Chapter 2 : Cinta Sebuah Keluarga

115 18 2
                                    

Apapun hal baik yang kau lakukan mereka pasti mendukungmu
Tak ada cinta yang lebih indah selain cinta yang diterima dari keluarga
Karena terciptanya pribadi seseorang pasti berasal dari lingkungan keluarga yang menaunginya

-Afinda Nurul Mufiqoh

☘ ☘ ☘ ☘ ☘


"Kok ada darah?" Batin Arsy.

Setelah menyiram darah tersebut dia segera berlarian ke kamar dan melihat kalender. Sesaat setelah itu ia menepuk jidat nya sendiri. "Ah, elah ini kan emang udah waktunya tamu gue dateng napa jadi parnoan tadi", batinnya.

Ia segera menyusul mamanya di ruang sholat. Terlihat seseorang dengan mukena putih berseri dengan cahaya cerah di raut wajah ke-ibuannya.

Ia adalah Mama Arsy yang tengah mengaji. Berbeda dengan si anak yang berkelakuan bar - bar meski bukan tomboy.

Setiap kali ditegur pasti jawabannya sama. Mamah kan dulu juga tomboy. Padahal mamanya hanya tomboy bukan kecentilan seperti dia sekarang, yang banyak gebetannya tapi nggak ada kepastian dalam hubungan.

Mamanya termasuk tipe ibu - ibu tegas malah sangat tegas dalam mendidik putra - putrinya terutama dalam hal berhubungan dengan lawan jenis.

Bahkan Arsy sudah berulang kali diingatkan untuk berhijab namun lagi - lagi jawabannya sama Arsy belum dapet hidayah. Padahal hidayah akan datang ketika dia mencoba untuk lebih mendekatkan diri pada Ilahi.

"Mah,Arsy lagi nggak sholat." Ucapnya ketika sang mama menoleh ke arahnya.

"Berarti mama solat sendirian dong, karna papa udah berangkat ke mushola"

Arsy hanya mengangguk - anggukkan kepalanya.

"Arsy, bisa tolongin mamah masak nasi goreng nggak?" Tanya mama

"Bisa dong mah,masak rendang aja aku bisa apalagi cuma masak nasgor. Itu mah kecil !" Katanya sambil menjentikkan jari.

"Gegayaan banget kamu,lebaran besok mama tes kamu masak rendang beneran."

"Ih,ya jangan dong ma. Arsy kan cuma bercanda."

"Yaudah sana kedapur,bahan - bahannya udah mama siapin tinggal di masak aja."

"Tapi Arsy mandi bentar ya mah"

Seusai mandi Arsy bergegas kedapur dan bertemu sang papa yang telah pulang dari mushala dengan secangkir kopi ditangan kanannya.

Sudah menjadi suatu kebiasaan sang papa setelah solat subuh akan menikmati secangkir kopi dan membaca koran di ruang makan untuk menanti sarapan.

"Mau ngapain,Syi?" Tanya Papa Tito-nama Papa Arsy.

"Mau masak nasgor ,Pa. Papa mau nggak?" Tanya balik Arsy.

"Nggak mau ah"

"Yaudah,nanti Papa jangan ikutan makan nasgor buatanku"

"Nggak mau nolak,maksud Papa tadi gitu. Sensitif amat sih jadi cewek pantes cowok - cowok pada kabur." Ujar papa sambil terkekeh.

"Apaan sih,Pa. Nanti juga kalo Arsy punya cowok paling Papa sama Mama nyuruh putusin aja"

"Sini dulu duduk sebelah papa." Ajak Papa.

Arsy pun duduk disebelah sang Papa.

"Nih ya, dengerin baik -baik. Anak Papa itu nggak boleh pacaran dulu. Belajar yang rajin biar jadi manusia yang sukses dunia akhirat. Baru deh,kalo Arsy mau pacaran silahkan tapi setelah menikah." Kata Papa memberi petuah sambil mengelus rambutnya.

RasyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang