Hari Senin merupakan hari yang paling tidak disukai oleh anak sekolah. Kebanyakan anak sekolah memberi istilah MONster DAY. Termasuk Aletea yang tidak menyukai hari Senin. Alasannya karena harus mengikuti upacara bendera, apalagi kalau cuacanya sangat terik.
Seperti saat ini, Aletea sedang baris di barisan kelasnya. Posisinya berada di tengah barisan. Aletea tidak bisa berlama-lama di bawah terik matahari. Bukannya ia lebay, namun kondisinya lah yang membuatnya seperti ini.
"Tea, lo kuat gak?" tanya Dela yang berada di pinggirnya saat melihat wajah Aletea yang sudah pucat.
Aletea mengangguk, mencoba terlihat baik-baik saja. Ia melihat ke depan, upacara akan segera dimulai. Petugas upacara sudah memberikan aba-aba. Seketika lapangan yang tadinya ricuh kini menjadi hening.
Keringat muncul di dahi Aletea, membuatnya terlihat sedang menahan sesuatu. Upacara bendera sudah berlangsung selama tiga puluh menit, namun amanat yang disampaikan oleh salah satu guru belum usai juga.
"Lama banget sih wejangannya," gerutu Dela.
Aletea tidak begitu mendengarkan, kepalanya berdenyut cepat. Ia memijat dahinya berniat untuk mengurangi rasa sakit.
"Untuk kelas 12, kalian harus memberikan contoh yang baik pada adik kelas kalian. Kalian di sekolah ini tidak lebih dari satu tahun lagi, berilah kenangan yang baik untuk sekolah ini. Sekian pesan dari saya wassalamu'alaikum wr.wb."
"Pidatonya itu-itu aja lama banget, gimana kalau nemu topik baru? Bisa sejam kali," terdengar omelan Dela lagi.
Dela menoleh ke arah Aletea, dilihatnya Aletea yang sedang memijat dahinya. Wajah gadis itu pun pucat.
"Tea? Mending lo ke UKS aja, muka lo pucet banget gitu!" bisik gadis itu.
Aletea menoleh ke arah Dela. "Gak usah, bentar lagi juga selesai upacaranya."
"Muka lo pucet banget, Tea! Lo gak sarapan ya?" mata Dela memicing sambil tetap memelankan suaranya.
"Sarapan kok,"
Dela ingin menjawab lagi, namun Aletea memberinya peringatan bahwa mereka masih melaksanakan upacara.
Tidak lama kemudian upacara selesai, seluruh murid menuju kelasnya masing-masing setelah petugas upacara membubarkan.
"Yakin nih gak mau ke UKS? Nanti biar gue temenin." Dela masih berusaha membujuk Aletea.
"Iya, gue udah agak baikan ko."
"Ya udah kalau nanti lo pusing atau sakit yang lain, langsung bilang!"
"Iya-iya."
***
Di waktu upacara ini, anggota inti ironclad malah asyik bolos di rooftop.
Terlihat Gavin sedang menghisap rokoknya sambil duduk di sofa usang. Pandangannya lurus ke depan.
"Pagi-pagi udah ngerokok aja lo, Vin!" ujar Arga.
"Ngaca, Ga! Lo juga sama. Mending kaya gue, gak ngerokok." ucap Leo bangga.
"Lo gak mau ngerokok atau takut ketauan sama mama lo?" tanya Agam dengan nada mengejek.
Leo cengengesan. "Itu faktor utamanya."
"Anak mami lo!"
"Gue kan emang anak mama gue." jawab Leo dengan menampilkan muka pura-pura polosnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...