Waktu sudah menunjukkan pukul 16.16 yang berarti bel pulang sekolah sudah bunyi sedari tadi. Namun Aletea masih berada di UKS lantaran tengah menunggu Gavin.
Tadi pada saat istirahat Gavin menemuinya dan memberikan sekotak susu dan roti, lelaki itu pun memberikan pesan bahwa pulang sekolah nanti cowok itu akan datang lagi kesini untuk menjemputnya. Namun sudah jam segini Gavin belum datang juga.
"Mungkin masih ada urusan kali ya?" gumam Aletea.
Baru saja ia akan berbaring lagi pintu UKS terbuka memperlihatkan Gavin dengan membawa 2 tas dipunggungnya. Aletea kembali duduk lalu memperhatikan cowok itu yang sedang berjalan menuju kearahnya. Dilihatnya sudut bibir Gavin membiru. Dirinya yakin bahwa cowok itu bertengkar lagi.
"Ayo pulang!" ucap Gavin sembari menatap Aletea. Aletea hanya bisa diam menurut, ia tidak mempunyai keberanian lebih untuk bertanya pada cowok dihadapannya itu, apalagi dilihat dari rahangnya yang mengeras.
Ia tersentak dari lamunannya karena sepasang tangan besar yang menggenggamnya. Aletea melihat kearah tangannya yang di genggam oleh Gavin, jantungnya sudah melompat-lompat sedari ada di samping cowok itu dan sekarang ditambah lagi dengan genggaman yang erat membuat jantungnya makin tak karuan.
Sesampainya mereka diparkiran, Gavin melepaskan genggamannya, lalu menyerahkan tas gadis itu yang sedari tadi masih ada di punggungnya.
Gavin mengeluarkan motor ninja nya, lalu mengkode Aletea untuk segera naik.
Dalam perjalanan Aletea terus memikirkan tentang kejadian tadi. Dari dulu alasan Aletea tidak mau ada yang tahu bahwa ia adik dari Leo salah satunya ini, ia tidak ingin kehidupan yang semula tenang dan biasa saja berubah.
Apalagi sekarang ditambah dengan Kak Gavin yang menjadi pacarnya. Ia merasa sekarang hidupnya makin ruwet aja.
"Turun!" suara itu mengagetkan Aletea yang sedari tadi melamun.
Aletea cepat-cepat turun lalu melihat sekelilingnya. Didepannya ada tenda dan gerobak yang menjual nasi goreng dan semacamnya.
"Makan dulu." ucap Gavin sembari menarik tangan Aletea untuk mengikutinya masuk ke dalam tenda.
Mereka duduk di pojok tenda yang tidak terlalu banyak orang.
"Pesen apa?" tanya Gavin pada Aletea.
"Eum, gak deh Kaka aja yang makan." tolak Aletea yang langsung mendapat tatapan tajam dari cowok didepannya.
"Aku masih kenyang." lanjut Aletea dengan suara pelan.
Gavin terdiam lalu mengangguk, Aletea yang melihat itu pun merasa kalau Gavin menyetujuinya untuk tidak makan dan itu membuatnya senang karena ia merasa benar-benar kenyang padahal di sekolah hanya memakan satu bungkus roti.
"Pak!" seru Gavin pada penjual di sana.
"Iya, mau pesan apa mas?"
"Nasi goreng 2." jawab Gavin tanpa menghiraukan tatapan heran dari Aletea.
Gue kan udah bilang gak mau, kok pesennya dua sih? Ah jangan ge-er dulu dong Ale, mungkin Kak Gavin laper banget jadi pesennya dua. pikir Aletea.
"Pake pedes?"
"Satu pake satu gak." balas Gavin singkat.
"Tunggu sebentar ya Mas, Mbak." ucap bapak itu sambil berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kak?" panggil Aletea pelan yang dibalas deheman oleh Gavin.
"Habis berantem sama Gilang ya?" tanya Aletea to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Подростковая литература[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...