Setelah diantar pulang oleh Gavin, Aletea langsung bergegas ke kamarnya. Untungnya Leo belum pulang jadi ia tidak perlu khawatir untuk diintrogasi.
Sekarang Aletea tengah bersiap pergi ke tempat itu. Tadinya ia akan pergi langsung setelah pulang sekolah namun karena kejadian itu membuat rencanannya di undur.
Mengingat kejadian tadi membuatnya tersenyum. Ini kali pertama ia berinteraksi langsung dengan Gavin. Perasaan yang sudah ada dari lama membuatnya bertambah semakin besar.
Kalian bertanya apakah enak mencintai dalam diam? Aletea akan segera menjawab tidak enak, namun ia bisa apa? Ia tidak berani mengungkapkan perasaanya secara gamblang seperti kebanyakan orang. Ia hanya bisa memendamnya.
Aletea menghela napas mencoba melupakan itu sejenak. Ia harus bergegas pergi, pasti orang itu sudah menunggunya lama. Ia akan menghubunginya terlebih dahulu.
Aletea mencari ponsel miliknya, ia lupa menyimpan dimana. Aletea menepuk dahi sepertinya gejala pikunnya kembali kumat.
"Hp gue kan ada di Kak Gavin, kok bisa lupa sih?" ringis Aletea.
Bagaimana ia mengambilnya? Ia kan tidak terlalu dekat dengan cowok itu. Kalau ia minta tolong abangnya, pasti abangnya itu akan langsung mengintrogasi.
Tapi tidak ada pilihan lain. Ya sudahlah malam nanti ia akan meminta bantuan Leo karena jam segini Leo belum pulang.
Aletea keluar kamar dan turun ke lantai bawah.
"Mau kemana, Ale?" tanya Alisha yang sintakembuat Aletea menghentikan langkahnya.
"Ouh itu Ale mau ke toko buku," untung saja ia mendapatkan alasan.
"Sama siapa?" tanya Alisha.
"Hm sendiri."
"Di anter sama Mang Asep kan?"
"Ale sendiri aja, Mah. Sekalian mau jalan-jalan sendiri." pinta Aletea.
Alisha terlihat ragu untuk mengizinkan Aletea sendiri, apalagi ini sudah sore.
Aletea melihat wajah Alisha yang ragu. "Tenang aja, Mah. Ale gak bakal kenapa-napa kok." ucapnya mencoba meyakinkan.
Alisha menghela napas. "Ya sudah, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa langsung telfon!"
"Iya," Aletea tidak mungkin memberitahu Alisha bahwa handphone nya tertinggal.
"Ale pergi dulu ya, Assalamualaikum." Aletea menyalami tangan Alisha lalu bergegas keluar.
"Waalaikumussalam." jawab Alisha.
Aletea berjalan ke depan komplek untuk mencari angkutan umum.
Selang beberapa menit ia sudah sampai di rumah sakit. Yap tempat yang Aletea kunjungi itu rumah sakit. Ia langsung mendatangi ruangan Kak Darel.
Terlihat dari kaca ruangan, cowok yang bernama Darel itu tengah duduk di kursinya.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk." ucap Darel di dalam.
Aletea pun masuk. "Halo, kak."
Darel mendongak. "Oh kamu, Tea. Duduk." perintahnya.
"Maaf Kak terlambat."
Darel tersenyum. "Tenang saja, kebetulan saya lagi tidak ada jadwal yang lain."
"Gimana keadaan kamu?" tanya Darel.
"Masih sama kak, terus tangan saya pernah kena lempar bola tidak terlalu kencang tapi kenapa bisa sampai memar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...