"Gavin!" panggil seseorang dari ujung tangga, sontak keduanya pun menoleh dan mendapati seorang gadis berambut panjang dan mengenakan pakaian rumah.Gavin menatap tajam pada sosok itu. "Ngapain Lo disini?"
***
Gadis itu melangkah mendekat. "Emangnya gue gak boleh jenguk sepupu sendiri?"
Gavin terus memandang ke arah gadis itu, berharap sosok itu hilang karena terus ditatapnya.
"Btw, Lo pacarnya Gavin?" Gadis itu mengeluarkan tangannya sambil tersenyum, "gue Ghitsa."
"Aletea," tangannya terulur untuk membalas.
"Santai aja kali muka Lo jangan tegang gitu! Gue sepupu nya nih anak." Ghitsa terkekeh sambil menunjuk Gavin.
"Kalian mau nge-date ya?" tanya Ghaitsa. "Udah Lo sana ganti baju, masa mau nge-date pake baju seragam." lanjutnya sambil mendorong Gavin, namun tangannya langsung di tepis oleh cowok itu.
Gavin memberikan tatapan tajam pada Ghatsa sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Aletea dan Ghitsa berdua disana.
Sementara itu Ghitsa tidak memperdulikan tatapan Gavin, ia langsung saja duduk di sebelah Aletea.
"Eh iya gue manggil Lo apa nih? Ale? Tea? Alet? Atau Ea? Soalnya kalau manggil nya Aletea panjang gitu, takutnya belibet." tanya Ghitsa heboh.
Aletea tersenyum. "Panggil aja Tea." Ghitsa mengangguk.
"Oke, eh gimana bisa Lo pacaran sama tuh orang?" Aletea mengerutkan keningnya, tak paham dengan maksud pertanyaan Ghitsa.
Ghitsa berdeham, "gini nih, secara kan tuh orang kaku banget gitu ya, kalau diajak ngomong aja susahnya minta ampun. Kok bisa dapetin cewek secantik Lo?"
Aletea menahan nafas sebentar, harus jawab apa ia. Dia saja bingung kenapa bisa berpacaran dengan Kak Gavin.
Apa gue bilang aja kalau dipaksa, eh tapi kan gue nya juga suka sama Kak Gavin. Terus ini jawabnya gimana dong? tanya nya dalam hati.
"Tea! Kok malah jadi bengong?"
Aletea tersadar. "Eh iya, tadi Lo nanya apa?" pura-pura lupa.
Ghitsa menghela nafas, "lupain aja. Btw Lo satu sekolah sama Gavin?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...