Refulgence 14

4.8K 280 34
                                    

Aletea menyudahi menonton film nya karena sudah larut malam, setelah membereskan laptop Aletea bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Sekedar informasi, Aletea sudah melaksanakan solat isya pukul setengah delapan malam.

Ia berjalan ke tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya di sana. Aletea mematikan lampu utama di kamarnya dan menyisakan lampu tidur yang menerangi kamar itu.

Saat akan menyelami mimpi, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar jendela kamar, ia mengerutkan keningnya. Pikiran-pikiran negatif mulai menghantui Aletea, membuatnya semakin parno.

Aletea memberanikan diri melangkah menuju suara itu, pelan-pelan ia membuka gorden. Di sana terlihat seorang cowok yang sedang memunggunginya.

Aletea semakin was-was, bisa saja itu maling. Namun sepertinya Aletea mengenali postur tubuh orang itu. Tiba-tiba sosok cowok itu membalikkan badannya, membuat tatapan mata mereka bertemu.

Aletea memelototkan matanya, ia shock. Ternyata orang itu adalah Gavin, ia membuka pintu balkon kamar.

"Kak Gavin?" tanya Aletea untuk memastikan bahwa ia tidak salah.

Raut wajah Gavin terlihat sangat kacau membuat Aletea bertanya-tanya.

"A-ada apa k-kak?" tanya Aletea lagi.

Gavin melangkah mendekati Aletea sembari melihat intens gadis itu, membuat si yang ditatap semakin tidak nyaman di tempatnya.

Aletea memelototkan matanya ketika dirasa tangan besar itu memeluk tubuhnya. Ia merasa jantungnya berhenti saat itu juga.

"Bentar." suara Gavin terdengar serak.

Aletea tidak memberontak tetapi ia juga tidak membalas pelukan hangat itu. Namun tidak lama ia mencoba untuk membalas pelukan Gavin sembari mengusap-usap punggung tegap cowok itu.

Gavin melepaskan pelukannya setelah cukup membuat Aletea merasa kehilangan.

"Kenapa Kak?" Aletea memberanikan diri untuk bertanya, karena ia tahu pasti cowok itu sedang ada masalah.

Gavin hanya diam tidak menjawab, dirinya tidak biasa bercerita pada orang lain. Namun ini Aletea, gadis yang saat ini sudah menjadi orang terpenting di hidupnya.

Aletea yang melihat Gavin diam pun mengerti. Mungkin Kak Gavin belum mau cerita. pikirnya.

"Ya udah kak gak pa-pa kalau belum mau cerita." ucap Aletea.

"Eum.... Udah malem kak." lanjut Aletea, pasalnya kalau sampai papanya lihat bisa gawat.

Gavin menaikkan alisnya, "Terus?"

"Kakak gak pulang?" tanya Aletea hati-hati.

Gavin mendengus, "Lo ngusir?"

"Ma-maksud gue bukan ngusir."

"Aku Ale!"

"Kakak juga bilangnya Lo, kok gue disuruh bilangnya aku?" entah dapat keberanian dari mana Aletea menjawab seperti itu.

"Terserah gue,"

Aletea merenggut tak suka, walaupun ia suka pada Gavin tapi kalau keadaanya begini mah Aletea juga tidak mau.

Gavin dengan santainya memasuki kamar Aletea, membuat gadis itu membelalakkan matanya.

"E-eh kak! Mau ngapain?"

"Numpang tidur!"

"Jangan kak!" balas Aletea cepat, masalahnya kalau sampai Papanya tahu ada cowok malam-malam di kamar bisa gawat.

RefulgenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang