Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore namun kedua gadis yang bersahabat itu masih betah menikmati minuman mereka.
"Del pulang yuk?" ajak Aletea pada gadis dihadapannya yang masih sibuk memainkan ponselnya.
"Bentar Aletea,"
Aletea menghela nafas, sudah sedari tadi ia mengajak Dela untuk pulang, namun cewek itu terus saja beralasan agar tidak pulang dulu. Salah satu alasan yang diucapkan Dela adalah cafe nya instagramable banget, sayang kalau gak foto-foto.
Padahal Aletea yakin sudah banyak foto yang diambil oleh Dela, bahkan foto berdua dengan dirinya pun ada, banyak malah ditambah dengan foto cewek itu sendiri.
"Dela, ini udah jam setengah lima lho." ucap Aletea pelan.
"Oke oke kita pulang." balasan dari Dela membuat Aletea tersenyum.
Aletea pun mengangguk semangat lalu berdiri dari duduk, ia merogoh saku roknya untuk mengambil handphone. Namun benda yang dicarinya itu pun tak ada, tadi seingat Aletea saat masih di sekolah, ia menyimpan handphone nya di dalam saku dan saat tadi pun ia tidak memainkannya.
"Kenapa?" tanya Dela yang melihat Aletea kebingungan.
Aletea menatap Dela. "Handphone gue gak ada."
"Lah kok bisa?"
Aletea menggeleng, ia mencoba mencari lagi di dalam tasnya namun nihil ponsel nya masih belum ditemukan.
"Coba lo ingat-ingat lagi." ucap Dela ikut membantu. "Atau gue coba telfon, kali aja ada disekitaran sini." Aletea mengangguk setuju.
"Ada gak suaranya?" Aletea menggeleng, ia melihat-lihat lagi di bawah meja dan hasilnya tetap tidak ketemu.
"Kita ke mobil gue dulu aja yuk! Kali aja tadi jatuh di mobil." ajak Dela yang diangguki oleh gadis itu.
Keduanya pun meninggalkan cafe itu setelah sebelumnya membayar pesanan mereka. Sesampainya di mobil, Dela langsung mencoba lagi untuk menghubungi ponsel Aletea, namun setelah dicoba beberapa kali pun tidak ada bunyi ringtone yang menandakan ada panggilan masuk.
Aletea menghela nafas. "Ya udah lah, mungkin hp nya bukan rejeki gue lagi." kata Aletea pelan.
Dela berdecak, "Ya tapi masalahnya hp lo masih baru, kan sayang ilang gitu aja."
Aletea menghela nafas untuk kesekian kalinya, benar kata sahabatnya. Padahal ponselnya itu belum lama, tidak semudah yang orang lain pikirkan untuknya membeli ponsel baru. Ponsel itu Aletea beli sendiri dengan uang tabungannya, Aletea tidak mau apabila barang keinginannya itu dibeli dengan uang orang tuanya.
"Untuk sekarang gue harus ikhlas." ucapnya sambil menatap Dela. "Ayok pulang."
Keduanya pun masuk kedalam mobil, tak lama mobil yang dikendarai oleh Dela pun melesat pergi meninggalkan parkiran cafe.
***
Sudah sekitar lima belas menit Gavin duduk di kursi teras rumah Aletea, namun Aletea masih belum pulang. Tadi sesampainya di rumah pacarnya ia langsung diajak masuk oleh Tante Alisha untuk menunggu perempuan itu didalam, namun Gavin menolak secara halus dan lebih memilih menunggu di luar.
Ia memainkan ponselnya, sesekali memberi pesan lagi pada gadis itu. Tetapi sama seperti tadi, pesannya tidak dibalas bahkan belum dibaca. Ia menghela nafas kasar, apa sebegitu asyiknya urusan pacarnya dengan lelaki kemarin? Entah mengapa memikirkan Aletea dengan cowok lain membuatnya ingin marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...