Saat akan berjalan ke sana, tiba-tiba ada sebuah motor berhenti di sampingnya. Lalu pengendara motor itu turun dan menghampiri Aletea.
Sesaat setelah melihat wajah sang pengendara itu, raut muka Aletea terlihat takut.
"Ketemu lagi kita."
***
Aletea berjalan dengan cepat, menghindari laki-laki itu. Belum sempat ia pergi tangannya sudah dicekal. Aletea mencoba memberontak namun terasa percuma karena tenaganya tidak sekuat tenaga lelaki itu.
"Tenang aja, gue gak bakal macam-macam kok." Alex mengeluarkan senyum smirk nya.
"Maaf Kak, gue gak ada urusan sama lo!" ucap Aletea.
"Tapi gue yang ada urusan sama lo!"
Aletea mencoba untuk tetap tenang, ia berada jauh dari gerbang jadi percuma juga untuk minta tolong.
"Gue gak akan macam-macam kalau lo nurut ikut gue!"
"Gue gak mau." tolak Aletea.
Namun Alex tidak mendengarkan, ia menarik paksa Tea untuk ikut dengannya.
Aletea semakin memberontak, ia mencoba untuk menggigit tangan Alex kencang dan usahanya pun berhasil. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Shit!!" Alex berteriak sambil mengibaskan tangannya saat melihat Aletea kabur.
"Awas aja lo!" geram Alex.
Aletea terus berlari. Sesekali ia menoleh kebelakang guna memastikan lelaki itu tidak mengejarnya.
Dari arah samping sebuah motor ninja melesat begitu cepat, membuat Aletea cepat-cepat menghentikan lariannya.
"Awhh..." Aletea meringis saat badannya terjatuh karena terserempet motor itu.
"Gapapa?" tanya orang itu singkat
Deg...
Aletea kenal dengan suara itu. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Gavin menatapnya datar.
Aletea tersadar lalu ia menggeleng. "Oh iya gapapa," ucapnya mencoba biasa saja.
"Ngapain?"
"Hah?" Aletea tidak mengerti.
Gavin diam, tidak memberikan penjelasan atas perkataannya itu. Ia melihat kaki Aletea yang mengeluarkan darah dan itu membuat Gavin mengeraskan rahangnya.
Gavin menarik tangan Aletea untuk berdiri. Ia membawa gadis itu ke motornya.
"Naik!" perintah Gavin.
"Hah?" Aletea masih tidak mengerti.
"Naik ke motor gue!"
"Oh gak usah kak, gue naik angkot aja." tolak Aletea.
Aletea melepaskan cekalan tangan Gavin. Ia berjalan tertatih-tatih menjauhi Gavin.
Gavin berdecak, ia menarik tangan Aletea membuat gadis itu sangat dekat dengannya.
"Gue gak terima penolakan!" ucapnya penuh tekanan.
Sangat dekat dengan Gavin membuat Jantung Aletea semakin berdetak tak karuan.
Gavin sudah duduk di atas motornya. "Cepet!"
Aletea melihat ke bawah, roknya pendek. Ia tidak membawa jaket dan sweater nya pun sekarang dipakai untuk menutupi noda jus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refulgence
Teen Fiction[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuanya semu semenjak kematian orang terpenting dalam hidupnya. Aletea adalah seorang gadis biasa, hidupn...