34. Seonggok Sasaeng

330 60 7
                                    

  Hanbin melangkahkan kaki perlahan menyusuri koridor setelah menutup pintu ruang rawat inap Dahyun. Langkahnya semakin lama semakin berat kala kian jauh dari Dahyun. Perasaan dalam dirinya berkecamuk, meninggalkan Dahyun sendirian bukan hal yang tepat namun aturan rumah sakit mengatakan pasien tidak boleh dijenguk lama-lama.

Ya, Hanbin diusir oleh seorang suster yang tiba-tiba masuk tadi.

Cukup aneh, Dahyun kan tidak sesakit itu. Kalaupun dia pulang sekarang bahkan memulai aktivitas bersama Twice lagi, rasanya masih sanggup-sanggup saja. Seandainya tidak ada berita miring tentang Hanbin, tentu saja Hanbin akan memprotes. Beraninya mengusir leader ikon! Harga baju Hanbin bisa lebih mahal dari gaji suster itu tahu.

  Pria itu merogoh sakunya untuk menelepon orang rumah bahwa Hanbin akan segera pulang tapi anehnya benda yang ia cari tidak ada. Di saku depan, belakang, dan juga jaket pun tidak ada. Hanbin tidak ingat dimana ponselnya berada.

  "Oh hyung!" mata Hanbin menangkap figur Gook Doo ketika ia menginjakkan kaki di lobi rumah sakit. 

  Gook Doo balik menyapa dengan tersenyum, "Baru menjenguk Dahyun?"

  Hanbin mengangguk, "Hyung sendiri ngapain kesini?"

  "Meminta laporan kesahatan Dahyun."

  "Memang itu perlu?" tanya Hanbin penasaran.

"Ya. Makin parah luka yang diterima Dahyun, hukuman bagi pelaku yang melukainya akan semakin berat. Manajer YG yang mencelakakan kalian itu sudah dinyatakan bersalah tapi sidang masih akan dilakukan minggu depan." 

Gook Doo berjalan menuju meja resepsionis rumah sakit diikuti Hanbin di belakangnya. Staf administrasi yang sedang kedapatan bertugas menyambut Gook Doo dengan ramah karena sudah tahu hal apa yang akan dilakukan polisi itu kemari. Staf tersebut memberikan arahan supaya mengambil hasil kesehatan Dahyun di laboratorium rumah sakit. Terletak di lantai yang sama dekat ruang operasi bedah.

Gook Doo berterima kasih dan segera melakukan apa yang diinstruksikan staf administrasi tadi.

"Hyung, bisa minta tolong telepon ponselku?" ucap Hanbin sebelum Gook Doo menuju laboratorium.

"Ponselmu tidak ada?"

"Ya, siapa tahu jika tertinggal di rumah atau di kamar Dahyun, seseorang pasti menerima teleponnya."

Gook Doo mengambil ponselnya sendiri, ia mencoba menghubungi ponsel Hanbin. Sayangnya tak ada tanda-tanda akan diangkat oleh seseorang. Jika ketinggalan di rumah pasti ibu Hanbin yang menerimanya, kalau di kamar rumah sakit ada Dahyun.

"Ah mungkin ketinggalan di mobil," gumam Hanbin.

Tiba-tiba di nada dering terakhir seseorang menerima panggilan ini membuat Gook Doo dan Hanbin terkesiap.

"Yeoboseyo?" sapa Gook Doo. Tidak ada jawaban langsung, hanya helaan nafas dan bunyi berisik yang tidak jelas. Hanbin dan Gook Doo saling tatap, perasaan keduanya mendadak jadi tidak enak karena situasi beberapa hari terakhir memang sedikit menegangkan, "Hanbin-ah eodiya?"

"Ini ayahnya, Hanbin pergi sebentar entah kemana. Tolong hubungi dia nanti malam saja." panggilan dimatikan secara sepihak dari seberang. Jantung Hanbin rasanya berhenti berdetak dan kakinya mendadak lemas begitu saja. Itu bukan suara ayahnya, lagipula ayah Hanbin sedang bekerja hari ini, tidak mungkin ayah bisa menjawab panggilan di hp anaknya.

"I-i-itu bukan suara ayah. Hari ini ayah bekerja di kantor."

  Gook Doo langsung berlari secepat mungkin, mengesampingkan tujuan aslinya datang kemari yaitu mengambil laboratorium test. Baik manusia maupun hewan selalu dibekali insting melawan dan bertahan hidup yang sangat kuat. Selama ini instingnya tidak pernah meleset. Jika benar, maka Dahyun sekarang tidak baik-baik saja.

Menatap Sorai; Hanbin DahyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang