Najwa

262 31 2
                                    

"Sehun!" Chanyeol berteriak marah.

Tapi yang anaknya lakukan hanya memandangnya dengan sorot yang sama marahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Pertanyaan putus asa itu membekas pilu dihati Sehun tapi dia tidak menemukan jawabannya.

Dia tidak mengerti kenapa dirinya berubah jadi seperti ini, pemabuk, tukang judi, gila seks.

Terlebih akhir-akhir ini dia gemar mencoba hal baru. Narkoba dan sejenisnya.

"Keluar." Kata Sehun egois.

"Aku ayahmu, Sehun. Ini rumahku."

"Kalau begitu aku yang keluar."

Pemarah, egois, kekanakan.

Sifat itu entah kenapa mendarah daging dalam diri Sehun.

Chanyeol menarik napas, matanya terpejam pedih. Sebagai seorang ayah melihat bagaimana anaknya yang hilang kontrol menyakiti hatinya.

Entah untuk mati bagian yang mana. Chanyeol merasakan kaku diseluruh tubuhnya.

"Sehun. Baekhyun menitipkan mu padaku. Dia memberiku hadiah terindah yang dia pernah berikan."

Sehun tidak mau dengar.

Kenyataan tentang ibunya membuatnya sakit hati

"Sehun, hiduplah dengan benar." Sehun beranjak-melangkah menjauh.

Tapi saat melewati Chanyeol dia membeku.

"Jangan biarkan perjuangan papa mu sia-sia."

"Kau tidak tahu apapun." Sehun berucap dingin.

Dunia kejam, Sehun ikut menjadi kejam.

Pada saat larut setelah perdebatan panjang mereka Sehun pulang hampir mendekati pagi, kacau.

Badannya babak belur, hatinya tak kalah hancur.

Dan Chanyeol di sana, berdiri, merentangkan tangan menawarkan semua pelukan yang mungkin sempat Baekhyun tawarkan.

Dulu.

Sehun membeku, gemetar kaku.

Dunia jahat, dia kehilangan segalanya.

Dia kehilangan Baekhyun.

Dunia terlalu sadis, dia ingin menangis.

Berlari memeluk Chanyeol dengan langkah tergopoh.

Lalu mengadu, sedih, pilu sekali.

"M-Mau Papa, mau Papa."

Katanya.

Yang Chanyeol lakukan adalah mengusap surai legam Sehun dengan sabar.

Menahan diri untuk tidak kehilangan kontrol dan menangis.

"Sehun, bertahanlah, sedikit saja."

Tapi sehun tidak mau dengar.

Baekhyun mati, membawa kenangan bahagianya.

Membawa hatinya terkubur bersama dengan jasad Baekhyun yang mulai menghilang.

Kenapa?

Kenapa perih sekali?

Baekhyun kenapa ceroboh?

Baekhyun...

"Papah. hiks..."

Dan Sehun paham, yang menyakitkan adalah saat sadar bahwa dia yang egois.

Egois dalam caranya menyikapi luka keduanya yang ditinggal Baekhyun.

"I'm sorry." Katanya lirih.

Chanyeol menepuk bahunya lembut.

"Gwencana." Katanya tak kalah lirih.

MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang