Aku (juga) ada

547 53 1
                                    

PART 1.

Sehun kira dengan merawat anak pertamanya dengan penuh rasa sayang sebagaimana Ayah lainnya akan cukup, memberinya perhatian yang lebih dari sekedar yang ia bisa.

Tapi, tidak semudah itu, tidak sesederhana itu.

Ia punya anak perempuan, dua orang. Masih kecil. Masih sangat butuh perhatian. Anak pertamanya ia beri Clarissa dengan harap anak itu akan bersinar sebagaimana arti dari namanya.

Tapi, kenyataannya tidak. Jantung anak itu lemah, sering sakit dan daya tahan tubuhnya kurang membuatnya selalu bergantung pada orang lain. Sehun dan istrinya tidak masalah sama sekali, walau kadang harus sangat sedih saat anaknya itu tengah drop.

Sehun berusaha, sangat keras memberi kasih sayang lengkap, Clarissa selalu mendapat yang pertama lebih dari yang Yeri, adik nya dapatkan.

Terlebih istrinya yang selalu berlebihan.

Sehun kira Yeri akan paham situasi, ia dan istrinya kira anak itu akan dewasa dalam cara berpikirnya.

Tapi, pola pikir mereka kolot, Yeri memang dewasa dengan sendirinya. Benar-benar sendiri. Tanpa campur tangan keduanya.

Saat itu usia Clarissa 7 tahun sedangkan Yeri 4 tahun.

Yeri membujuknya untuk bermain, seperti anak kecil kebanyakan, seperti balita seharusnya.

Sehun menolak dengan halus mengatakan jika ia memiliki pekerjaan yang menumpuk.

Itu bohong, laki-laki itu berbohong, nyatanya setelah itu ia mendatangi kamar putri pertamanya yang meminta dibacakan buku dongeng yang baru ia beli bersama Sang Ibu.

Yeri tahu, Yeri mengerti, tapi waktu itu dia masih sangat kecil. Pikirannya sederhana dan ia juga terlatih untuk tidak cemburu, ia diharuskan berfikir dewasa melampaui usianya.

Anak malang itu memutuskan bermain sendirian, tanpa teman padahal orang tuanya ada tapi semua terlihat tidak nyata.

Seminggu kemudiam ia ingat saat Ibunya datang, Baekhyun datang dan mengatakan dengan suara menggebu kalau cucunya meminta tinggal dengan Sang Nenek.

Anak kecil malang itu...

Pikiranya harusnya sesederhana anak sebayanya.

Tapi Yeri berbeda, Yeri telah jauh mengerti.

"Sehun, Yeri masih kecil untuk dipaksa paham situasi apa yang sebenarnya terjadi. Dia belum cukup besar untuk memahami situasi kalian." Baekhyun menatap anak semata wayangnya itu.

"Mah, Sehun-" Terputus, omongannya belum selesai yang segera disambar Ibunya.

"Sehun, kelak kamu akan paham bagaimana rasanya melihat Yeri tumbuh jadi sosok yang dewasa." Baekhyun menepuk bahu anaknya pelan.

"Ia akan bersikap dewasa tanpa campur tangan kalian. Ia akan bersikap seolah tanpa ada kalian juga ia akan berdiri. Seolah ada atau tidak adanya kalian disisinya bukan masalah. Anakmu akan dewasa, tanpa kamu ikut andil bagian di dalamnya." Itu petuah, Sehun tahu seharusnya ia menuruti tapi semua kembali keposisi awalnya lagi.

Saat itu Yeri berusia 4 tahun, jatuh dan tersandung batu dengan kuku kakinya yang terbuka dan hendak copot dari jarinya.

Sehun panik, istrinya apalagi.

Tapi yang membuat keduanya membeku adalah Yeri menangis tanpa memanggil namanya atau Sang istri.

Anak itu sesenggukan dengan memanggil nama baby sitternya, suaranya sesenggukan dan tidak jelas.

Seharusnya yang keluar dari bibir kecil itu adalah namanya dan Sang Istri.

Sehun hendak menggendongnya, anak terlalu dewasa itu hendak meminta gendong tapi segera berhenti ketika Sang kakak mendekat dan memeluk kaki Ayahnya.

MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang