Sehun tidak tahu kenapa Ayahnya menjadi sangat kasar bahkan ketika dia masih berusia belia.
Dia tidak paham kenapa Ayahnya menjadi sering marah-marah padahal ia merasa tidak melakukan kesalahan.
Sehun juga tidak benar-benar mengerti kenapa dibeberapa kesempatan Ayahnya akan mengamuk untuk alasan yang tidak jelas.
Dan Sehun kecil lelah untuk mengadu pada Sang Ibu, lelah untuk merengek agar dapat digendong Ayahnya. Menyerah untuk waktu-waktu di mana terasa membingungkan.
Jadi ia memilih mengerti pada apa yang sebenarnya tidak jelas.
Banyak tanda tanya dalam otaknya tapi mulutnya dipaksa bungkam untuk berhenti menanyakan "Ayah kenapa seperti itu?" Dengan kalimat yang berulang.
Yang penting ia memiliki Ibunya, laki-laki cantik dengan paras menawan dan sikap lembut serta senyum teduh.
Bagi Sehun itu cukup.
Usianya 15 tahun sekarang, makin pandai melawan Sang Ayah untuk urusan adu mulut. Ia tidak mau ditindas, tidak penting apakah sikapnya ini kurang ajar atau tidak.
Sehun hanya mempertahankan apa yang ia punya: keutuhan hatinya.
Dia pulang agak larut malam ini, les tambahan untuk ujian nasional membuatnya selalu lelah, pulang setelah matahari terbenam dan harus bangun sebelum matahari terbit.
Ayahnya menatapnya dengan pandangan marah.
Sehun mencelos.
"Dari mana kau?" Suara dingin penuh rasa egois itu membabat habis seluruh semangat yang dari tadi berusaha Sehun kumpulkan. Menciutkannya untuk sekedar membela diri atau memberi kejelasan.
"Les, Ayah." Katanya, dengan nada lelah.
Tapi Chanyeol tetaplah Chanyeol, pria yang kasar padanya tapi sangat lembut pada Istrinya. Pria yang tak ragu membentaknya tapi sangat hati-hati dalam bertutur kata dengan istrinya.
Sehun merasakan matanya memanas.
Tubuhnya lelah, ia baru memasuki rumah dan mendapat sambutan seperti ini.
Otaknya berputar, memikirkan kemungkinan apa yang ia dapat untuk kesalahan yang tidak dia perbuat kali ini.
"Kenapa sampai jam segini? Tatap aku Park Sehun." Katanya, berjalan maju ke arah Sehun yang terpaku.
"Kau menantangku?" Sehun mencengkram ujung seragamya, menggeleng ribut dengan takut.
"Kau!" Chanyeol menujuk Sehun yang menatapnya penuh linang air mata.
"Kenapa kau harus ada?" Suaranya Chanyeol bertanya lirih.
Sehun tidak mengerti...
Sehun tidak tahu kenapa Chanyeol mengatakan itu.
Chanyeol tampak sangat emosional.
Sehun terluka.
"I'm ur son, dad." Katanya mencicit.
Chanyeol menggeleng dengan cepat.
"No, you're not." Katanya.
Sehun makin keras menangis.
"What the hell are you doing?!" Baekhyun memekik.
Berjalan cepat kearah keduanya, memeluk Sehun yang sesenggukan.
"Harusnya..." Chanyeol menatap istrinya dalam, perasaan bersalah terpancar dikedua mata bulat itu.
Baekhyun...
Laki-laki manis itu tidak tahu harus membalas apa.
"You have to stop." Hanya kalimat itu yang Baekhyun lontarkan untuk membalas tatapan bersalah sang suami.
Baekhyun menarik napas.
"No, i can't." Jawaban sedih Chanyeol membuat tangis Sehun makin keras.
Suaranya teredam perut Baekhyun yang dia peluk erat.
"Son, you have to know something." Pandangannya mengarah ke arah Sehun.
"Shut the fucked up, Chanyeol!"
"Close your mouth. It's not your business."
"Yes I'm! He's my son. He's mine!"
"He was mistaken." Jantung Baekhyun mencelos.
"No..."
"Itu kesalahanmu! Kamu yang selingkuh! Kamu yang membuat kalian mendapat kannya. SEHUN PUTRA KU! And damn Chanyeol." Baekhyun menarik napas.
"Kau yang mencurangiku. Kenapa kau menyalahkan Sehun untuk kesalahan yang dia tidak tahu?" Baekhyun memanas, tapi dia tidak mau menangis.
Chanyeol melepaskan sebuah napas panjang. Seolah dadanya tengah dihimpit berton-ton beban yang membuatnya sulit untuk sekedar menarik napas.
"Cause he make you sad. Baekhyun, melihatnya membuatku sadar betapa terlukanya kau. Melihatnya tumbuh dewasa seolah menyadarkanku besarnya kesalahan yang aku buat."
Chanyeol, laki-laki itu matanya memanas.
"your fault!"
"I knew that, so let me fix it. Let my son go, baekhyun."
"Are you fuckin' crazy?!" Baekhyun menangis sedangkan Sehun meronta.
Tangis anak itu mengencang.
Maksudnya?
Ayahnya akan membuangnya?
Situasi apa ini?
"Sehun's our fuckin' son. He's mine! He's yours! Stop being a shit Chanyeol!"
"JUST LET HIM GO, PARK BAEKHYUN!"
Chanyeol merasakan pipinya memanas.
Wajahnya berpaling sedang Baekhyun gemetar tidak karuan.
Menyembunyikan Sehun dipunggungnya.
"You cheated me! It's your fault! Why can you tell sehun was a mistaken?! You fuckin' bastard!"
Napas Baekhyun memburu.
Chanyeol yang berselingkuh.
Chanyeol yang gila-gila an bermain dibelakangnya dengan rose.
Bermimpi untuk memiliki sesuatu yang tidak bisa baekhyun berikan.
Keturunan.
Baekhyun...
Ingin mati saja rasanya.
Setelah ketahuan Park itu panik karena Baekhyunnya meminta cerai.
Semua berjalan begitu saja.
Laki-laki manis itu akhirnya mau menerima Sehun sedang dirinya yang notabenya ayah biologisnyapun enggan.
Dia merasa bersalah untuk detik setiap Sehun tumbuh.
Seolah anak itu mengejeknya yang begitu tidak tahu diri menghianati laki-laki selembut Baekhyun.
Fuck.
"You!"
"Kita bercerai. I'll let you fix it. You want our son go right? Then you get it. But, Sehun with me. I'm his mother."
Tidak tahu, yang Sehun tahu adalah setelahnya ayahnya marah besar.
Kepalanya pening karena dihantam dengan vas bunga besar yang ayahnya bawa.
Sehun tidak paham.
Ataukah dia akan mati atau akan hidup dengan bertitel anak 'haram' (lagi).
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
Short StoryTentang Sehun yang mendeskripsikan Ibunya. Atau Baekhyun yang mendeskripsikan anaknya. Chanyeol yang mendeskripsikan Baekhyun ataupun sebaliknya. Sehun yang menceritakan Ayahnya, atau Chanyeol yang mendeskripsikan keduanya.