Ini bukan bagian dari Aku (juga) ada.
Ini sacam another story dari chast pemain yg sama.Pernah tidak kau kecewa pada sesuatu yang tidak pasti?
Seperti kau kecewa karena tidak bisa seceria orang lain, sebahagia orang lain atau sehebat orang lain.
Pernah tidak?
Perasaan aneh yang membuatmu nyaris mati ditelan kecewa tanpa menemukan titik ujungnya.
Semacam perasaan tidak terima yang menikammu tanpa celah.
Melihat bagaimana senyum itu indah terukir sedang air matamu membanjir.
Bagaimana luka tidak berujung yang selalu kau telan mentah-mentah menjadi senyum ceria secerah mentari di mata orang lain?
Ada, tapi rasanya kamu itu seperti boneka.
Wajahmu pias, basi sekali untuk selalu mengatakan semua baik-baik saja.
Kecewa.
"Aku gak pernah mau apapun." Kataku.
Tapi, dalam hati dan pikiran aku meliar.
Membayangkan sebuah senyuman terbit tanpa paksaan.
Ayah menoleh, tersenyum.
Yang kudapati hanya kosong, sekalipun senyum itu secerah awan disiang hari.
Aku mundur, kaki ku aku tarik paksa.
Menjauh, menatap Ayah yang masih melihatku juga.
Aku tersenyum, tapi kemudian luntur.
Kakak di sana, menatapku dalam dan sedih.
Tapi yang ia dapati adalah aku menatapnya dingin tanpa minat.
Ayah merangkulnya, hangat sekali.
Jadi yang aku lakukan hanya terus berusaha mundur.
"Ayah, Kakak," Mereka tampak khawatir.
Aku sudah sampai titik terendahku.
Menatap bagaimana bola mata Oh Sehun-Ayahku yang kian panik.
Ibu ikut mendekat, berusaha setenang mungkin.
Kalian ular, bodoh.
Aku memaki mereka dalam hati.
Perasaan kecewa yang hendak membunuhku.
Sebuah luka tanpa perasaan yang siap menikamku.
Dan setelahnya, aku tidak ingat apapun.
Selain mataku yang mulai menggelap dan sebuah tepukan ringan dibahuku.
"Ayah, jangan jadi tidak adil lagi."
Itu bukan tepukan.
Ternyata punggungku bertemu dengan kerasnya lantai.
Aku jatuh.
Tapi menemukan cahaya yang entah apa namanya.
Membawa kehangatan saat aku tahu dorongan dibahuku datang dari Ibu.
Ternyata, yang mati kali ini perasaanku.
Bukan tubuhku.
Bayangan itu ternyata dari otakku.
Tapi tak apa, setidaknya dalam mimpi aku dapat ingat bagaimana kerasnya pukulan Ibu yang tampak ringan mendorongku.
Cambukan Ayah yang terasa lembut menyentuh punggungku.
Ayah, Ibu.
Yang lemah kakak.
Jangan paksa aku kuat hanya agar bisa melindunginya.
Aku berteriak, marah.
Beberapa orang datang.
Menggenggam tanganku.
Menyuntikan sesuatu.
Mataku memberat, menatap Ayah dan Ibu yang menangis melihatku dari jauh.
Aku gila, menggila di sini sedangkan kalian tampak menyesal tanpa makna.
Bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
Krótkie OpowiadaniaTentang Sehun yang mendeskripsikan Ibunya. Atau Baekhyun yang mendeskripsikan anaknya. Chanyeol yang mendeskripsikan Baekhyun ataupun sebaliknya. Sehun yang menceritakan Ayahnya, atau Chanyeol yang mendeskripsikan keduanya.