You tell me you'll back(?)

598 58 0
                                    

"Aku akan kembali." Chanyeol mengatakan itu berulang kali, kalimat yang sama terus-terusan Baekhyun dengar.

Rasanya juga sama, mengahantarkan getaran sesak yang tidak dapat dirinya tolak.

Pria itu berdiri di sana, memandangnya sedih dengan raut sendu yang begitu kentara.

Ia akan bertugas di perbatasan, dipindah tugaskan. Jiwanya seorang tentara, yang tanpa pernah menolak perintah negara sekalipun ia pemimpin pasukan kuat.

Baekhyun dari tadi bungkam, menatap Chanyeol yang mulai menjauh dengan langkahnya yang sesekali berhenti.

Mata bulan sabit itu Chanyeol lihat dari tadi tidak berkedip, seolah tidak ingin melewatkan satu detikpun untuk bisa melihatnya lebih lama.

Baekhyun gemetar sekarang, membayangkan bagaimana lelakinya yang ada jauh di sana. Padahal ini resiko sebagai suami seorang pengabdi negara. Harus rela berjauhan, harus rela ditinggalkan sekalipun yang menyamput adalah kematian di medan perang.

"Aku akan kembali," Mata Chanyeol terlihat mulai tenang, badannya kuat, pantang menyerah dan tidak takut mati. Tapi yang ia takutkan adalah melihat bagaimana mata suaminyaya itu meliriknya dengan perasaan penuh sesak.

Mereka berpelukan lagi karena Chanyeol yang mulai mendekat dengan langkah cepat.

Mengucapkan puluhan kata cinta tanpa jeda.

Baekhyun mulai menangis sekarang.

Negara mereka tengah berperang, Chanyeol diperbatasan. Sepertinya akan lama, jika perseteruan dengan negara tetangga kian memanas dan saling menyerang sulit untuk suaminya itu pulang.

Baekhyun paham.

Satu-satunya yang bisa membuat laki-laki itu pulang sebelum perang benar-benar berakhir hanya ada dua kemungkinan.

Pulang cacat atau mati.

Ya, hanya ada dua dan Baekhyun tidak siap untuk keduanya.

Mengeratkan pelukannya, Baekhyun mulai sesenggukan.

Dan benar, satu bulan kemudian ia memegang sebuah surat.

Surat dengan amplop corak khas tentara.

Surat ini...

Baekhyun gemetar.

Semua tentara diharuskan menulis surat untuk orang terdekatnya jika mereka tumbang. Sebuah antisipasi jika mereka tidak dapat kembali.

Baekhyun tidak pernah mengharapkannya.

Tangannya gemetar, tangisnya mengaung pilu dalam ketidakrelaan

Semua berdengung, ibunya ikut menangis tersedu.

Gemetar, Baekhyun memegang surat itu dalam pelukannya kuat seolah tengah mendekap Chanyeol.

Chanyeol, katamu akan kembali.

Chanyeol, harusnya jangan berjanji.

Suara-suara tawa Chanyeol menggema dikepalanya disusul potongan manis kisah mereka berdua.

Menyergampnya tanpa ampun dan jeda, membuat kepalang mati rasa.

Semua terlalu mendadak.

Baekhyun bersimpuh dilantai, menunduk dengan isakan mulai melirih.

Lalu mendongak, berteriak sekencangnya.

Memanggil Chanyeol tanpa harapan.

Mati, semua terasa mematikan.

Setelahnya yang ia dapati dihidupnya adalah kosong.

Adalah apa yang Chanyeol tinggalkan mengisi separuh hidupnya.

Baekhyun, jika aku tidak kembali, berjanjilah untuk terus hidup. Aku mengharapkan kamu untuk tetap berdiri, sekalipun aku tumbang di sini.

-Sir Chanyeol.

MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang