Sepanjang pelajaran mood Soojin sangat jelek. Kata kata si penabrak tadi terus menerus muncul dalam pikirannya. Hal itu membuat Soojin tidak fokus dengan pelajaran hari ini.
"Seo Soojin, nanti pulang sekolah kamu dipanggil ke ruangan kepsek ya nak," ucap Bu Irene sebelum mengakhiri pelajarannya.
"Baik Bu," jawab Soojin.
Sepulang sekolah, Soojin berjalan ke ruang kepsek seperti yang diminta. Ia merasa sulit untuk pergi kesana karena ruang kepsek berada di lantai 2 dan itu berarti dia harus menaiki tangga.
Tangan kirinya memegang pegangan tangga sedangkan tangan kanannya meraba raba lantai dengan tongkat. Dengan perlahan Soojin melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga.
Namun sepertinya, hari ini Soojin harus dicobai dengan banyak hal. Seorang siswa menabarak dia hingga hampir meluncur ke dasar tangga untung saja, dia memegang pegangan dengan erat.
"Eh buta, kalau jalan lihat lihat dong,"
"Eh gua lupa, lu buta kan ya? Mana bisa lihat jalan. Hahahahahaha,"
Soojin mengenal suara ini, Miyeon, rival nya dalam belajar. Selama ini Soojin selalu berada diperingkat 1 umum sedangkan Miyeon berada di peringkat 2. Mungkin itulah alasan kenapa Miyeon terdengar sangat membencinya.
"Kalau lu buta, jalan nya agak pinggiran dikit dong! Orang kan jadi susah lewat kalau lu jalan di tengah kayak gini,"
"Buta ya buta aja, jangan pakek ngerepotin orang lain," ucap Miyeon.
"Maaf," ucap Soojin dengan lirih.
"Udah deh, capek gua berurusan sama lu, buang buang waktu gua aja," ucap Miyeon lalu pergi.
Perasaan kesal Soojin semakin menjadi jadi, entah berapa kali dia sudah dihina hari ini. Dadanya terasa sesak, matanya terasa panas namun dia berusaha untuk menahan aliran air yang siap menyembur keluar.
Setelah berjuang untuk naik ke atas, Soojin berjalan ke ruang kepsek yang letaknya di sebelah kiri tangga, hanya butuh 11 langkah untuk mencapainya.
Tok.. tok...
"Permisi Pak," ucap Soojin.
"Masuklah,"
"Soojin, kemari duduk di sini," ucap kepsek sambil menuntun Soojin untuk duduk di sofa.
"Terima kasih Pak," ucap Soojin.
"Jadi kita langsung ke intinya saja. Soojin dan Miyeon kalian bapak utus untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat tingkat nasional," ucap kepsek.
"Tapi Pak-," sanggah Miyeon.
"Tunggu dulu nak, bapak belum selesai," ucap kepsek memotong.
"Kalian berdua kan murid unggulan di sekolah kita ini. Dan bapak dengar dari murid lain, hubungan kalian terlihat tidak baik. Jadi bapak memberi kesempatan untuk kalian berdua menjalin hubungan dan saling mengenal," jelas kepsek.
"Bapak udah gila ya? Menjalin hubungan dengan si buta ini? Aku gak mau!" Ucap Miyeon dengan suara melengking.
"Tahan Soojin, tahan...
Gak ada gunanya berdebat dengan orang ini," batin Soojin."Ini sudah keputusan bapak Miyeon. Kalau kamu tidak suka, bapak bisa cari yang lain sebagai pengganti kamu. Tapi kamu tau kan, jika kalian menang dalam lomba ini, kalian akan mendapatkan beasiswa?" Tanya kepsek.
Miyeon terdiam mendengar hal itu. Melepaskan kesempatan untuk mendapat beasiswa adalah tindakan yang tolol.
"Baiklah kalau begitu. Tapi kalau sampai si buta ini menjadi penghalang, aku minta dia di ganti," ucap Miyeon.
"Bapak yakin kok, Soojin tidak akan menjadi penghalang. Dan lagi kamu ini, dia punya nama jangan lagi panggil dia seperti itu," jawab kepsek sambil menatap Miyeon dengan tajam.
Miyeon membuang muka, tidak sudi memanggil Soojin dengan nama. Kepsek hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat hal itu.
"Baiklah, hari ini sampai sini saja. Mulai besok kalian berdua akan mengikuti pelatihan," ucap kepsek.
"Baik Pak," ucap Soojin.
"Miyeon tolong titip Soojin ya. Antar dia sampai gerbang," ucap kepsek lalu mempersilahkan mereka untuk pulang.
Sesampainya di luar ruangan.
"Kak, lu kok lama banget sih?" Tanya seseorang yang sudah menunggu Miyeon dari tadi.
"Maaf ya Shu, tadi kepsek ngomong panjang lebar banget," ucap Miyeon.
Soojin memalingkan wajahnya ke asal suara, dia mengenal suara ini, bukankah ini suara orang yang menabrak dia tadi?
"Eh, Kak,"
"Aku minta maaf ya tadi udah nabrak kakak,"
"Gakpapa kok dek, tadi kamu juga udah minta maaf kan," ucap Soojin sambil tersenyum.
"Oh iya, kenalin Kak, aku Shuhua. Aku adeknya Kak Miyeon," ucap Shuhua sambil meraih tangan Soojin untuk bersalaman.
"Kakak Soojin, salam kenal," ucap Soojin.
"Gila, adeknya Miyeon berbanding terbalik banget sama dia," batin Soojin.
"Udah udah, ngapai pakek acara salaman lagi," ucap Miyeon melepaskan genggaman Shuhua.
"Ih kak lho kenapa sih?" Protes Shuhua.
"Lu tuh yang kenapa, jangan mau berurusan sama si buta ini, ngerepotin. Udah yok ah pulang, gua laper," ucap Miyeon lalu menarik Shuhua dengan paksa.
"Kak lepasin! Gua mau bantu Kak Soojin," ucap Shuhua sambil berusaha melepaskan genggaman Miyeon namun sia sia, Miyeon lebih kuat darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light of The Blind || SooShu
RomanceSeo Soojin, seorang gadis yang terlahir buta menemukan cahaya terang dalam gelapnya dunia