Chapter 2: Not That Close

15.6K 1.2K 14
                                    


Sepandai-pandai tupai terbang, akhirnya akan jatuh juga. 

Sebaik-baik bangkai tersimpan, baunya akan tercium juga. 

Tapi pernikahanku bukan bangkai.

 Aku hanya tak pandai menyimpan rahasia itu terlalu lama. Beberapa dosenku yang kutahu dulu seangkatan dengan mas Ray saat kuliah mulai bertanya. Teman-teman jurusan yang tahu tentang mas Ray, juga mulai penasaran. 

Mereka tidak penasaran denganku, tapi penasaran dengan kebenaran seorang Rayhan Alfatih yang tiba-tiba menikah.

Seorang alumni UM lulusan terbaik, pemilik Café yang tekenal sebagai tempat tongkrongan paling asyik buat anak muda di kota Malang. 

Pengunjung Café mas Ray, tentu saja, banyak juga yang datang dari kampusku. 

Mendengar pemilik café yang banyak dipuja perempuan karena keramahannya itu menikah, tentu saja membuat mereka jadi heboh. Tak menunggu lama, untuk mereka tahu siapa perempuan yang menjadi pelabuhan mas Ray.

“Dia? Masa sih?”

Nada bisikan yang sengaja dikeraskan kudengar saat melewati antrian login ke perpustakaan kampus. 

Aku tahu, itu bisikan yang ditujukan padaku. Aku hanya pura-pura tak mendengar.

“Aisyah Nayyara Kamila.” Petugas pintu masuk perpustakaan membaca kartu mahasiswa yang kuangsurkan kepadanya untuk memastikan bahwa aku benar-benar mahasiswa Universitas Negri Malang. 

“Itu nama kamu?”

“Iya, Bu.”

“Katanya kamu ya yang nikah sama Rayhan?”

Kedua alisku terangkat kaget. 

Ya ampun, sampai petugas perpus aja bisa kepo begini. 

Kuambil kartu mahasiswaku yang ada ditangannya sambil tersenyum tanpa menjawab rasa ingin tahunya. Dengan alasan tak mau mengganggu antrian, kutinggalkan dia lebih cepat. 

Ingin rasanya segera mencari buku yang kubutuhkan, dan menenggelamkan diriku diantara meja berkubikel di lantai dua tanpa ada siapapun yang tahu. 

Ah, aku benar-benar tidak menyangka, menikahi mas Ray bisa membuat banyak orang ingin tahu. Memangnya siapa sih mas Ray bagi mereka? 

Busted! Sembunyi di sini, Nay?”

Hampir saja aku terjingkat karena sapaan mengejutkan itu. 

Monik, si gadis beasiswa dari Jakarta yang hobinya bertolak belakang dengan prestasinya itu mengambil kubikel di sebelahku. Kenapa  harus dia yang menemukanku?

“Jadi gossip itu bener, ya?” Monik mencondongkan tubuhnya ke tempatku. Aroma parfumnya menyeruak mengganggu indera penciuman. Wangi, tapi membuatku mual saking wanginya. 

“Pantas aja, waktu gue minta tolong buat deketin Ray, lu nolak. Ternyata lu embat sendiri. Muna banget sih lu pake ngga ngaku kalo kalian pacaran waktu itu. Kenapa?”

“Aku ngga pacaran sama mas Ray, Mon…” Aku menghela nafas mencoba membela diri. 

“Aku ngga pernah sekalipun pacaran sama mas Ray. Dia itu udah kaya abang buatku. Lagipula, waktu itu memang dia udah punya pacar.”

Monik tertawa tertahan, tak mau ditegur oleh petugas perpus kalau terlalu berisik. “Dan sekarang lu tikung sendiri? Kasian banget sih, pacar Ray.”

Tak mau menjawab tuduhan Monik, aku kembali membaca buku yang ada di depanku. 

Kurasa, tak penting menjelaskan apapun pada gadis sok tau ini. Dia akan selalu berpikir apa saja yang menurutnya benar, dan tak akan pernah menggubris apapun yang kukatakan. 

Nayyara, Lost in MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang