Chapter 3: Kumbang Lalu

14.1K 1.2K 16
                                    

Chapter 3

Kumbang Lalu


Aku selalu suka pergi ke toko buku. 

Terutama toko yang menyediakan tempat duduk dan bisa membuat pengunjungnya berlama-lama memilih dan memilah buku apa yang paling cocok untuk dibawa pulang.


Dulu, aku harus menabung beberapa bulan untuk bisa membawa pulang buku pilihanku.


Bukan karena orangtuaku kekurangan dan memberikan jatah bulanan sedikit, atau karena kami berasal dari keluarga tidak mampu. 

Bukan. 

Kalau boleh bilang, keluargaku termasuk keluarga berada walau tidak sekaya keluarga mas Ray. 

Kami tidak pernah kekurangan. 

Hanya saja, telingaku risih ketika mendengar mama yang sering membuatku tidak nyaman dengan mengungkit biaya sekolahku yang tidak murah. 


Menghamburkan uang untuk membeli barang yang kusuka, tentu bisa menjadi masalah. 


Aku harus menyisihkan uang yang kuperoleh dari bekerja sambilan sebagai penerjemah lepas bersama Alina untuk bisa berbelanja buku.


Sekarang berbeda. 

Setelah menikah, papa hanya bertanggung jawab untuk biaya sekolahku. Beliau memang bersikeras membiayaiku sampai lulus, walau mas Ray menawarkan untuk menggantikannya. 

Sedangkan uang bulananku, kini menjadi tanggung jawab mas Ray.


Untuk pertama kalinya aku bisa membelanjakan uangku sendiri, bahkan tanpa aku harus bekerja dulu. 

Bagaimana aku tidak senang? 


Dan aku akan memakainya membeli buku tentang pernikahan. 

Uang dari suami, larinya juga untuk kepentinganku menjadi istri yang baik untuk suami. 

Hm… kurasa sepadan, kan?


Pengantin AlQuran? Tulisan Quraish Shihab yang terkenal sebagai kado pernikahan untuk putra-putrinya?”


Aku mendongak mencari asal suara yang mengangguku membaca blurb buku di tanganku. 


Dia berdiri di sana, sebelah kiri, di lorong depanku. 

Kami hanya dipisahkan rak buku yang berjajar di depanku. 

Dia, yang membuatku tercekat.


“Apa kabar, Naya?” sapanya, masih seramah dulu. 

Nayyara, Lost in MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang