kesembilan orang tersebut terdiam melihat sesosok gadis cantik di depannya itu. Gadis yang di tatap tersebut hanya tersenyum sumringah tanpa tau apa yang terjadi.
"seharusnya kau sudah mati..." tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulut Bangchan.
"ap...
“aku mencoba membuat sesuatu yang bengkok terlihat lurus.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sembari berjalan pelan ia menyentuh dinding kamarnya yang sama seperti terakhir kali ia tinggali, bedanya sekarang lebih bersih padahal dulu kamarnya selalu berantakan karena ia jarang sekali membersihkannya hingga ibunya selalu memarahinya.
Letak benda benda yang tidak berubah, lemari yang masih di sebelah kasur. Kasur yang sama hanya berbeda spreinya saja.
Ketika ia membuka lemarinya air mata kembali mengalir.
Pakaiannya yang ia gunakan dulu masih tersimpan dengan baik, bahkan lemarinya tak ada debu sama sekali seperti dibersihkan setiap hari.
Badannya yang kecil karena penyakit yang ia derita dulu membuat pakaiannya juga terlihat kecil, ia mengambil salah satu baju berwarna hitam merah yang dulu sangat suka ia gunakan.
Rangkaian memori seperti terekam diruangan itu, dia menangis sendirian mengingat segalanya.
Ketika mereka bersembilan kumpul dirumahnya dan bermain dikamarnya, kamar Rena yang cukup besar membuat mereka masuk ke dalam kamarnya.
"Dan lagi, laki laki tak bisa hamil!" Seru jisung.
Rena tertawa, "ayahku memang perutnya besar jadi dikira Felix hamil." Mereka tertawa bersama,
Selalu dan selalu ketika mereka bermain ibu Rena selalu ditelepon oleh ibu masing masing dari mereka, karena kalau sedang bermain mereka selalu lupa waktu.
"Aku rindu.." isaknya,
Dia menyenderkan tubuhnya di lemari tua itu. "Ibu, aku bisa merasakannya.. hanya saja dengan wujud yang berbeda,"
"Aku harap kalian bisa melihatku, bisa menyentuhku, bisa tertawa bersamaku dan bisa memelukku seperti dulu." Ia tersenyum getir mengingat semuanya,
Saat saat ia selalu dirumah sakit yang selalu ditemani kedua orang tuanya.
"Aku.. bahkan ketika aku kembali ke akhirat nanti aku janji tak akan pernah melupakan kalian, aku hanya berharap kalian bisa bahagia dan aku akan memperhatikan kalian disana."
Rena kembali menaruh pakaiannya di dalam lemari, ia membuka perlahan pintu kamarnya lalu menutupnya. Disana terpampang ibunya yang sedang berkaca kaca menahan tangis,
"Setiap membahasnya aku pasti selalu sedih, hah..." Ia menarik nafasnya,
"Hanya saja, aku ingin agar ia tahu bahwa disini kami selalu menunggunya. Kami berharap ada sebuah keajaiban yang datang hingga kami bisa melihat putri kami yang sedang tersenyum ke arah kami, tapi itu tak mungkin.. kami hanya bisa berharap dan berdoa untuknya disana."