Sesaat, Ronald terdiam dibuatnya.
'Ini jebakan!'pikir Ronald tiba-tiba sesaat setelah menyadari apa yang tengah mereka hadapi.
"Berhenti menembak! Dia anggota dewan!"teriak Ronald sesaat setelah ia menyadari siapa target mereka sesungguhnya.
Dengan sigap, Revan dan Rissa mulai berhenti menembak lantaran terkejut mendengar teriakan dari Ronald.
Menyadari siapa yang menjadi target mereka, dengan tiba-tiba mereka berdua menjatuhkan senjata mereka dengan wajah terkejut yang tampak nyata tergurat di wajah yang sebelumnya menatap tajam setiap target yang berada didepan mereka.
"A-apa yang te-terjadi?"tanya Rissa linglung sesaat sebelum ia dijatuhkan oleh polisi militer yang tiba bertepatan dengan mereka yang menjatuhkan senjata mereka.
"Kalian semua kami tangkap atas insiden penyerangan kepada anggota dewan Ernest Bavello. Beberapa hari lagi kalian akan melaksanakan sidang militer yang telah di tetapkan oleh Mahkamah Agung."ucap salah seorang polisi militer yang menangkap mereka kini.
Dengan keadaan yang masih shock, ketiganya dibawa kedalam mobil tahanan khusus dengan kedua tangan yang telah diborgol kebelakang dan semua senjata serta perlengkapan yang telah diamankan oleh polisi militer yang tiba di tempat kejadian.
"Bu-bukankah seharusnya ya-yang berada di dalam adalah pemimpin teroris? Me-mengapa berubah menjadi anggota dewan?!"seru Rissa yang terguncang dengan apa yang baru saja ia dapati.
'Tidak mungkin Sir Rudolf menjebak mereka! Tidak mungkin!'teriak Rissa dalam pikirannya mengenyahkan apa yang kini tengah menampar alam bawah sadar miliknya.
"Aku tidak tahu Sasa. Aku tidak tahu."racau Revan yang masih terguncang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menampik kenyataan yang kini berada tepat di depan matanya.
Ya, atasan sekaligus pengasuh mereka kini menjebak mereka. Mereka dijebak. Ini semua adalah rencana Rudolf untuk menjatuhkan mereka.
"Kalian berdua tenang ok? Kita berdua akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang terluka disini. Kalian tenang saja ok?"tenang Ronald yang memang berusaha bersikap dewasa diantara keduanya mengingat usianya yang lebih tua dibanding keduanya.
"Kenapa Ronald? Kenapa ini bisa terjadi? Katakan jika ini semua bohong. Katakan jika ini semua tidak nyata!"teriak histeris Rissa yang mulai menangis meraung sesaat setelah ia berteriak.
Ronald dengan segera berusaha merubah tangannya yang semua berada di belakang menjadi ke depan dan mulai beranjak mendekati Rissa yang menangis dan memeluknya seraya menepuk pundak Rissa berusaha menenangkan.
"Tenanglah ok? Semua akan baik-baik saja. Ya kalian akan akan baik-baik saja. Tak perlu khawatir ok?"tenang Ronald berusaha menahan air matanya ketika melihat kedua rekannya, kedua keluarganya dan kedua temannya menangis dengan keadaan yang berbeda.
"Tapi kenapa Ronald? Kenapa?"tangis Rissa yang mulai melirih sambil tetap berada dalam posisinya yang menyender di dada bidang Ronald.
"Tenang ok? Revan, kau tak perlu menangis seperti itu. Kemarilah sebentar. Aku tau kamu pasti juga perlu sandaran untuk bisa tenang juga bukan?"ucap Ronald sambil menatap kedua manik biru yang kini menampilkan tatapan sendu dan berbagai jenis emosi lainnya.
Dengan segera, Revan berdiri dan duduk disebelah Ronald dan mulai menyandarkan kepalanya di pundak sang kakak. Ya, Revan telah menganggap Ronald selama ini sebagai kakaknya mengingat Ronald yang lahir terlebih dahulu dibanding dirinya.
Ya, kenapa semuanya terjadi? Mereka hanyalah anak-anak yang akan memasuki fase remaja awalnya sebentar lagi. Mereka hanyalah anak-anak yang berusia 11 dan 12 tahun. Tapi mengapa kini mereka harus terancam berada di balik pembatas besi yang entah akan mengurung mereka berapa lama.
***
Beberapa hari berikutnya, mereka bertiga dinyatakan tidak bersalah dan dengan segera mendapatkan penanganan psikologis mengingat jika keadaan mereka yang telah terguncang akibat tindakan gila sang pengasuh yang kini hilang entah kemana.
Dan mereka juga perlu mendapatkan penanganan psikologis juga akibat dari pelatihan kejam Rudolf yang membuat mereka selayaknya mesin pembunuh dan menghancurkan perasaan simpati dan empati mereka terhadap orang lain.
Selama beberapa hari ini mereka mendapatkan perawatan terbaik yang diberikan oleh PBB mengingat mereka bisa saja menjadi aset berharga PBB nantinya.
Namun kejadian tak menyenangkan kembali terjadi ketika dengan tiba-tiba Ronald pergi meninggalkan Revan dan Rissa tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan kepada mereka.
Kejiwaan keduanya kembali terguncang hebat setelah kepergian teman, kakak dan rekan seperjuangan mereka yang telah lebih dari 4 tahun bersama dengan mereka.
Ditambah dengan kabar bergabungnya Ronald dengan sekelompok teroris yang tengah berkembang semakin luas di daerah Asia itu.
Lagi dan lagi membuat kondisi psikologis keduanya menjadi bertambah buruk dan kian memburuk.
End...
"-sa!"
"-sa!"
"-issa!"
"Rissa!"panggil Komandan Frederick ketika mendapati sejak 5 menit yang lalu Rissa diam termangu dengan tatapan kosong yang terus mengarah kepadanya dan air mata tang dengan perlahan mulai beranak pinak di kedua sisi pipinya.
"Ah!"sadar Rissa sambil mulai menghapus air mata yang sudah membuat sungai di kedua pipinya dan mulai menatap sang komandan penuh.
"Sudah saatnya kamu berangkat. Ingat, apapun nanti alasannya. Jangan tunjukkan sisi lemahmu. Dan kembalilah dengan selamat."ucap Komandan Fredrick dengan senyum tulus yang terukir di kedua sudut bibirnya. Entah perasaan tak enak apa yang tengah merasuki hati sang komandan yang membuatnya tak ingin mengijinkan anak didiknya untuk pergi ke tempat tujuannya kini.
"Terima kasih coach untuk pelajaran yang telah anda berikan kepada kami. Mungkin Ronald dan Revan tidak berada disini. Tapi saya mewakili keduanya sangat berterima kasih kepada anda atas pelatihan yang anda berikan kepada kami. Maaf jika dalam masa pelatihan kami membuat anda kecewa dan marah. Tapi kami akan selamanya berterima kasih atas bantuan anda kepada kami selama ini."ucap Rissa dengan senyum manis yang terukir di kedua ujung bibirnya dan tatapan penuh terima kasih yang terpancar jelas di kedua manik matanya.
"Berterima kasihlah ketima kamu kembali."ujar sang mantan pelatih yang entah kenapa perasaan tak enaknya semakin kuat mendengar ucapan sang mantan anak didiknya itu.
"Baiklah. Jika saya sempat, saya akan berterima kasih lagi kepada anda. Jika seperti itu kami permisi Komandan Fredrick."pamit Rissa yang diikuti oleh para anggota tim sekaligus sahabatnya itu.
"Semoga kau kembali dengan selamat, muridku."ucap lirih Komandan Frederick yang kini menatap sendu punggung sang mantan anak didiknya itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret (Complated) - Full version Webnovel, Mangatoon, Kubaca, IcanNovel
Action#Teen Fiction Series 1# #Action Series 1# Clarissa Nathaniel Devon harus berusaha untuk merelakan orang yang amat ia cintai di tangan orang dari masa lalunya yang mampu membuat ia merasakan berbagai macam perasaan dalam satu waktu. Keterpurukan yang...