--Exel PoV--
Sesak.
Kata itulah yang mampu mencerminkan perasaanku kini. Terhitung sudah 4 hari sejak ia mendapat kabar tentang sahabatnya yang telah tiada di Jerman. Ah koreksi, sahabat yang ia 'cintai' lebih tepatnya.
Sudah berulang kali aku mendapatinya tengah memandang kosong kearah depan sambil menangis dalam diam. Yang ku tahu sekarang, dia telah hancur menjadi tak tersisa.
Tapi apakah salah jika disatu sisi aku merasa senang?
Senang karena kini laki-laki yang ia cintai telah terbaring kaku didalam dekapan gelap peti kayu yang telah berada dalam pelukan bumi yang berarti aku memiliki kesempatan untuk mendapatkan sepenuhnya isi hatinya.
Dan kini, lagi-lagi aku melihatnya menangis dalam diam duduk dibawah pohon maple berwarna hijau dibawah terpaan sinar matahari yang tak sesuai dnegan suhu disini. Tak ada orang disini--di taman belakang sekolah--selain kami berdua.
Kulangkahkan kakiku kearahnya yang hingga kini belum menyadari keberadaanku. Tak ada respon apapun dari dirinya yang membuatku semakin yakin jika pikirannya tengah melalang buana diluasnya awan pikirannya.
Ku dudukkan diriku tepat disampingnya namun nihil, tak ada respon apapun dari dirinya seolah kini dia tengah berada didalam dunia lain miliknya.
"Menangislah jika itu dapat membuatmu menjadi sedikit lebih baik"ucapku lembut yang kini telah berpaling menghadap kearah lain sambil menidurkan tubuhku di rerumputan hijau yang sedikit basah karena udara yang lumayan dingin namun masih normal untukku.
"Tenanglah. Hari ini aku akan menjadi seseorang yang tidak bisa melihat, mendengar dan bicara. Aku akan melupakan kamu yang telah menangis hari ini seolah aku tak pernah melihatnya sebelumnya"ucapku lagi yang kini tengah melihat punggungnya yang semakin lama semakin bergetar dengan isakan lirih yang lama kelamaan beubah menjadi raungan keras yang mampu membuat hatiku tertusuk ribuan pedang.
"Menangislah hari ini supaya esok kamu bisa kembali ke diri mu yang lama"ucapku lirih yang mungkin telah terbawa oleh hembusan angin dingin.
Diam dan tak melihat seolah-olah aku telah menjadi seorang tuna-netra. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya.
15 menit berlalu dan hanya menyisakan dirinya yang mulai tenang dan mulai mengatur perasaannya yang mungkin telah kacau selama beberapa hari belakangan.
"Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?"tanyaku membuka topik sekaligus menepati ucapanku tadi kepadanya.
"Tidak ada"ucapnya yang kini mulai ikut berbaring disebelahku dengan menjadikan tangan kiriku sebagai bantalannya.
"Gimana kalau kita bolos? Tanggung kita udah telat masuk juga"ajakku sambil memposisikan diriku berbaring menghadapnya.
"Emang tau jalan keluarnya?"tanyanya dengan kening yang ditekuk dalam meragukan ucapanku sebelumnya.
"Kalau gak tau ya buat apa aku ngajak kamu? Ikut gak?"tanyaku yang kini telah berdiri menghadapnya yang juga ikut berdiri dihadapanku.
"Emang aku nolak?"tanyanya yang lebih kearah seperti kata ejekan.
***
Disinilah kami berada, taman yang berada ditengah kota New York atau lebih tepatnya Central Park yang berada di Manhattan yang mana saat ini tak cukup ramai karena jam yang masih menunjukkan waktu kerja.
Hanya ada beberapa orang tua maupun pasangan yang menghabiskan wkatu luang disini. Semuanya tampak menikmati suasana damai yang diberikan oleh rimbunan pohon yang berjajar rapi ditaman ini.
Kami hanya duduk direrumputan sambil sesekali bercanda tawa dan saling bertukar pikiran satu sama lain.
'Hal ini akan berlanjut. Selamanya'batinku meraung mengatakan hal itu ketika aku melihatnya tertawa dengan gembira seolah tak ada kejadian apapun sebelumnya.
"Apa kamu sudah pernah ke-Bali?"tanyaku penasaran sambil melihat kearahnya yang tengah tersenyum bahagia.
"Bali? Belum, aku hanya pernah melihatnya di google tentang tempat itu dan terkadang juga temanku yang pernah kesana menceritakan tempat itu kepadaku. Ah...aku ingin kesana rasanya ketika mendengar mereka bercerita tentang indahnya pantai dan pemandangan disana"keluhnya dengan raut wajah kesal ketika mengatakan kalimat terakhir.
"Sebenarnya aku tidak ingin bercerita tentang Bali"ucapanku terjeda beberapa menit untuk melihat ekspresi penasaran dari lanjutan kaliamatku yang terjeda.
"Lalu apa?"tanyanya penasaran dnegan kelanjutan kalimatku.
"Yogyakarta"lanjutku dengan senyum lebar sambil mengingat kenanganku ketika berkunjung disalah satu bagian dari sebuah pulau yang bernama Jawa beberapa tahun yang lalu.
"Yogyakarta?"tanyanya bingung dengan tubuh yang saat ini menghadap penuh kearahku.
"Yap! Yogyakarta! Disana sangatlah kaya akan budaya dan sejarah. Dulu aku pernah mengunjungi candi Borobudur dan demi apapun, itu sangatlah luar biasa! Dan lagi aku pernah mendaki disana dan kamu tahu? Gunung yang kudaki ternyata merupakan salah satu gunung paling aktif disana!"jelasku bersemangat sambil menunjukkan beberapa foto yang kuambil ketika berada disana.
"Woah! Kurasa Bali akan menjadi tujuan kedua-ku setelah Yogyakarta! Ah...rasanya aku ingin segera berkemas dan pergi kesana sekarang juga!"jawabnya dengan gembira dan dengan kedua bola mata yang berbinar bahagia.
"Hahaha...tenanglah! Beberapa bulan lagi kita bisa pergi bersama kesana. Plan ku ketika kesana aku ingin mendaki di beberapa gunung disana"ujarku sambil tersnyum lembut ketika melihatnya yang telah melupakan masalahnya yang lalu.
"Baiklah! Ketika liburan tiba, mari kita kesana bersama!"serunya antusias sambil tersenyum lebar dan mengangkat kedua tangannya keatas seolah tengah menunjuk sesuatu.
"Ya, mari kita kesana bersama"jawabku dengan sebuah senyuman yang penuh arti dan rahasia didalamnya.
Bersambung...
*pura-pura gak bersalah sambil nyemil jajan sisa lebaran*
Ma : "What's up guys! Long time no see yeah!"*sambil bersikap pura-pura santai*
Ma : "Sekarang giliran PoV-nya si Exel karena katanya gue udah terlalu lama memonopoli jalannya cerita(sebenernya dia yang ngancem*bisik-bisik*)"
Exel : "Siapa juga yang ngancem?! Lo yang lama gak up buat gue jengah nunggunya tau gak?!"*sambil ngelabrak didepan gue*
Rissa : "Seharusnya jangan kamu ancem Exel! Langsung tembak aja nih pakek Desert Eagle-ku"*sambil nyodorin pistol ke Exel*
Kumpulan para readers yang nunggu lama : "Ini udah siap bawa sandal, panci sama gayung nih! Jadi serang gak nih?!"*desak mereka sambil mengangkat tinggi-tinggi senjata paling berbahaya didunia*
Ma : "Wadaw! Ok guys kondisi udah gak aman buat gue, so yeah! Stay tuned for update yeah guys! Ba ba..."*lepas sandal**kabur sekenceng-kencengnya dari kejaran massa*
Para pembura Ma : "Jangan kabur lagi woi!"*sambil ngejar**lepaskan senjata ke Ma*
Alzra : "Baiklah para readers yang tetep calm down, biarkan Ma kecapaian sampai terkejar oleh para Massa pendemo yang udah sejak lama menantikan saat ini. Sayangnya dipart ini gue gak muncul. Mumpung Ma lagi gak ada, gue ubah ah judulnya"*jalan ke leptop Ma dan mulai ngerubah judul part**nyanyi-nyanyi gak jelas*
Cara : "Suasana udah gak kondusif untuk dilanjut karena pada nyatanya Ma sudah diikat terbalik diatas pohon dalam keadaan yang mengenaskan dimana Ma disuruh ngelanjutin cerita dengan Alzra sebagai juru tulis dan Ma yang nge-dikti lanjutan ceritanya. Oke guys...see you in the next part! Gue mau ikutan nonton Ma yang lagi disiksa. Bye bye..."*jalan kearah kerumunan*
Ma : "Gak ada yang mau nolongin gue?"*masang muka kasihan* *wajah udah merah dan urat-urat pada keluar*
Alzra : "Habis ini apa Ma?"*ngelirik tajam kearah Ma*
Ma : "Itu lanjutannya si Rissa..."*hanya bisa pasrah*
---------------
Don't forget to Vote and Comment yeah....
Ps dari Ma -"Dasar durhaka! Liat aja revenge dari Ma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret (Complated) - Full version Webnovel, Mangatoon, Kubaca, IcanNovel
Azione#Teen Fiction Series 1# #Action Series 1# Clarissa Nathaniel Devon harus berusaha untuk merelakan orang yang amat ia cintai di tangan orang dari masa lalunya yang mampu membuat ia merasakan berbagai macam perasaan dalam satu waktu. Keterpurukan yang...