Part 41

279 23 1
                                    

"Gimana keadaannya?"tanya Nathan kepada petugas medis yang ditugaskan untuk merawat Rissa sejak dari 1 bulan yang lalu.

"Keadaannya sudah mulai membaik dan dia juga sudah mulai memberikan respon positif dari setiap rangsangan yang kami berikan padanya. Hanya saja kami perlu terus mengecek keadaan paru-paru dan arteri nya yang mengalami luka terparah di tubuhnya."jelas Pavel pada Nathan sambil sesekali melirik salah satu pasien yang tengah ia rawat kini.

"Lalu tentang Alzra?"

"Sir Ezron kini hanya tinggal menjalani proses pemulihan. Dari data yang kami dapat kini, ia akan bisa mulai melakukan aktivitas seperti sediakala pada minggu depan."jawab Pavel lagi sambil melihat data-data milik Alzra. "Baiklah, lanjutkan pekerjaan mu."

Sesaat setelah kepergian Pavel, 2 dokter dan 4 perawat yang selalu menemaninya, kondisi di ruangan itu menjadi hening. Hanya suara alat EKG yang terdengar menggema di dalam kamar apartemen yang kini sudah seperti ruang rawat VIP.

Nathan kembali merenungi kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini. Mulai dari kepergian Rissa ke New York hingga kejadian tertembaknya Rissa dan Alzra ketika dalam misi mereka.

Nathan merenung tanpa menyadari kehadiran Marküs, Aero, Alzra dan William yang sudah sedari beberapa menit yang lalu memasuki kamar tempat Rissa di rawat.

"Alzra!"panggil William dengan nada yang terkesan tenang dan ringan. "Hm!"

"Ronald dan anak buahnya akan meninggalkan Italia 2 minggu lagi melalui jalur udara. Kata mata-mata yang kita tempatkan di dalam kelompok mereka mengatakan jika tujuan mereka kali ini ke Korea Selatan. Dia melaporkan akan ada aksi serangan teroris yang akan di laksanakan di Seoul beberapa minggu setelah mereka tiba disana."ucap William menjelaskan situasi yang tengah terjadi kepada Nathan dengan nada tenang guna tidak membuat sahabat serta rekan kerjanya itu panik atau bahkan sampai melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan.

"Lalu? Bukannya ini tanggung jawab mu Mark? Disini kamu adalah atasan kami."jawab Nathan dengan nada yang terkesan dingin datar sambil terus menatap wajah sang sahabat yang tengah terbaring dengan lekat-lekat.

"Aku akan segera kembali ke Jerman sore ini. Ada beberapa hal yang harus aku urus disana sampai acara penghormatan selesai."jelas Marküs, kakak angkat Rissa dengan nada yang penuh penyesalan di dalamnya.

"Serahkan itu pada Alzra. Bukannya dia wakil ketua kalian? Untuk Rissa biar aku yang mengurusnya disini."jawab Nathan masih mempertahankan wajah dinginnya itu.

Mereka memaklumi perubahan yang terjadi pada Nathan. Selama ini, Nathan lah yang sangat dekat dengan Rissa dan Revan. Dan sejak kepergian Revan, kini hanya Rissa lah yang ia punya. Rissa lah yang kini menjadi prioritas utamanya semenjak kejadian naas itu. Dengan menjaga Rissa, itu sama saja ia melanjutkan tugas Revan selama ini.

Ya! Nathan selalu menyalahkan dirinya sendiri atas meninggalnya Revan kala itu. Ia berpikir jika ia mampu menjaga dan membuat Rissa tetap aman akan mampu menebus kesalahan yang ia buat pada Revan meskipun berulang kali pula Rissa dan Marküs mengatakan jika itu bukan salahnya.

"Mm...kami pergi dulu."ujar Alzra yang sejak tadi lebih memilih diam karena ia juga merasakan apa yang tengah Nathan rasakan kini. Penyesalan.

"Kami pergi dulu."pamit Aero yang langsung disusul oleh yang lainnya.

"Rissa, please! Bangunlah! Keadaan lo yang kayak gini makin buat gue merasa bersalah."lirih Nathan sambil menatap wajah Rissa yang masih tampak pucat.

"Sasa, lo inget gak waktu lo cerita ke gue tentang masa-masa sulit kalian bertiga? Waktu itu gue nyesel kenapa gue gak masuk lebih awal bareng kalian bertiga. Gue gak tau gimana Ronald waktu masing bareng-bareng kalian dulu. Tapi please, jangan kayak Revan yang berakhir di tangan Ronald. Sekarang gue cuman punya lo sebagai saudara gue. Lo tau kan gimana kondisi keluarga gue sebenernya? Hahaha...sampe sekarang gak ada satupun dari mereka yang nanya kabar gue. Gue tau kalo mereka berdua udah pisah, tapi setidaknya mereka peduli walau cuman sekedar tanya kabar doang."lirih Nathan yang kini lebih memilih melihat sandal rumah yang ia pakai.

"Dan karena itu gue gak akan ninggalin lo my brother."ucap sebuah suara yang terdengar sangat lirih dan serak yang nyaris tak terdengar oleh Nathan jika ia tidak mendengarkan dengan seksama. Nathan yabg menyadari siapa sang pemilik suara dengan segera langsung memberikan atensinya pada sang pemilik suara dengan mata yang mulai berair.

"Sasa! Lo bangun?"ucao Nathan tak percaya dengan apa yang tengah ia alami kini. Ia merasa seolah-olah kini ia tengah bermimpi karena terus mengharapkan kesadaran Rissa selama ini.

"Air."pinta Rissa lirih sambil melepaskan alat bantu pernapasan yang terpasang menutupi hidung hingga dagunya.

Dengan segera Nathan mengambil air yang berada di nakas dekat tempat tidur Rissa sebelum membantu Rissa untuk duduk. "Pelan-pelan."

"Nathan!"panggil Rissa lirih setelah meminum setengah air yang ada di gelas guna memberikan cairan untuk tenggorokannya yang belum terisi cairan untuk beberapa waktu belakangan.

"Hm."jawab Nathan sambil merapikan beberapa barang yang tak tersusun rapi di nakas milik Rissa.

"Gue mau minta tolong sama lo tentang beberapa hal. Ini penting banget."pinta Rissa dengan nada lirihnya. "Apa?"

"Pertama, rahasiain perihal kebangunan gue dari mereka semua. Ini penting banget."

"Lah? Lo gak kasihan apa emang sama mereka semua? Apa lagi orang tua angkat lo yang tahu perihal keadaan lo ini!"tolak Nathan yang kini memberikan perhatian penuh pada Rissa dengan kening yang berkerut dalam.

"Ini penting! Karena hal ini yang bakal nentuin keberhasilan rencana gue selanjutnya!"tegas Rissa sambil menatap kedua manik hijau Nathan penuh keseriusan.

"Rencana apaan sih? Lo baru bangun ya! Badan lo juga belum pulih sepenuhnya! Jangan lakuin hak yang aneh-aneh! Lo gak tau gue udah berapa kali kena semprot sama Ray sama kembaran lo juga! Li juga gak kasihan sama keempat orang tua lo hah?! Mana katanya lo juga lagi deket sama cowok!"tolak Nathan keras sambil menatap tajam gadis yang sudah ia anggap sebagai saudara perempuannya itu.

"Please Nathan! Lo tau gue gimana kan? Tolong bantu gue sekali ini aja! Keberhasilan rencana gue ini bergantung sama apa yang lo lakuin kedepannya."pinta Rissa lagi yang kali ini sambil menggenggam kedua tangan Nathan guna meyakinkan sahabat, rekan serta keluarganya itu.

"Oke! Untuk yang ini gue setuju! Terus apalagi?"

"Kedua, gue minta lo buat telepon Sir Jang Jun Won buat lakuin beberapa persiapan dan tentang hal ini ingatkan juga supaya hanya cabang Korea Selatan saja yang tahu. Dalam artian kita melakukan hal ini dengan rahasia agar tingkat keberhasilannya juga tinggi."

"Lalu?"

"Ketiga, serahkan rencana ini pada sir Jang untuk segera di laksanakan bertepatan dengan kedatangan Ronald di bandara-"

"Dan yang terakhir, serahkan ini pada nama-nama yang gue tulis di masing-masing amplop kalau-kalau ada hal buruk yang nantinya terjadi."

"Tunggu! Ini sama aja lo mau lakuin misi yang bahaya bukan?!"sela Nathan dengan nada yang amat sangat menolak setelah membaca sekilas sebuah surat perintah pengerjaan yang akan ia berikan pada Sir Jang yang merupakan kepala cabang Korea Selatan.

The Secret (Complated) - Full version Webnovel, Mangatoon, Kubaca, IcanNovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang