Part 15

596 34 3
                                    

"Pada tanggal 15 Januari 2019, mereka berhasil membobol sistem keamanan baik dari pihak militer maupun dari markas kita yang mengakibatkan 10 orang dari anggota kita meninggal. Ke-sepuluh orang itu antara lain adalah Sersan Satu Yofi Noriga usia 32 tahun asal Afrika, Letnan Satu Melania Yorita usia 27 tahun asal Indonesia, Sersan Dua Gionio Lotico Mryenu usia 25 tahun asal Rusia, Sersan Kepala Nata Orgion usia 24 tahun asal Mexico, Letnan Satu Fresco De Capito usia 29 tahun asal Prancis, Mayor Galino Van Jerco usia 45 tahun asal Belanda, Sersan Dua Hong Wie Fang usia 38 tahun asal Cina, Letnan Satu Shin Seo Dok usia 54 tahun asal Korea Selatan, Letnan Dua Fang Xi Yang usia 21 tahun asal Taiwan Dan yang terakhir adalah Letnan Kolonel Revan Router Hartolino usia 18 tahun asal Jerman telah dinyatakan tewas pada saat perlawanan Jerman terhadap para teroris yang kini berhasil kita pojokkan hingga meninggalkan Jerman"jelas Nathan berusaha terlihat tennag meskipun dalam hati terasa sangatlah sesak ketika mengingat salah satu sahabatnya menjadi korban dalam penyerangan itu.

Hening. Hanya suara hembusan nafas yang terdengar disana menandakan jika masih ada orang didalam sana.

"Dan ini Dog Tag dan juga surat yang ia berikan untuk anda. Dan juga upacara penghormatan akan dilaksanakan 6 bulan dari sekarang karena saat ini Jerman tengah dalam keadaan siaga mengingat kejadian kemarin yang sudah menewaskan banyak korban dari warga sipil. Laporan selesai!"lanjut Nathan sambil menyerahkan Papper bag kecil kepada Rissa.

"Tadi itu laporan sebagai seorang prajurit dan sekarang ucapan dari seorang teman, sahabat dan saudara dari kalian dan juga Revan. Revan udah gak ada. Dia-dia pergi ninggalin kita disini sendirian"lirih Nathan dengan pandangan penuh dnegan kesedihan dan luka yang mendalam dengan air mata yang perlahan kembali turun setelah sebelumnya ia menangis dipesawat ketika menuju kemari.

Bruk

Rissa jatuh terduduk dengan pandangan kosong dan air mata yang mengalir, Liona dan Cara yang jatuh tertunduk dnegan raungan pilu yang terdengar keluar menyebabkan pintu yang semulanya tertutup kini terbuka lebar menampilkan Kelvin, Exel, Mark, Zeo dan Daniel yang tengah menunjukkan raut wajah bingungnya.

Sedangkan Ray dan Chico memalingkan wajahnya guna menutupi air mata yang tengah mengalir beranak pinak dikedua bagian pipi mereka, Raka yang duduk dan memeluk Liona yang tengah meraung pilu, Alzra yang sudah membawa Cara kedalam dekapannya dnegan pandangan kosong kearah depan. Dan Nathan yang dengan perlahan berjalan mendekati Rissa yang terduduk dan duduk tepat didepannya.

"Maaf...maaf...saat itu aku yang baru keluar dari rumah sakit hanya bisa berusaha sekuat ku, namun itu belum cukup. Roland menusuk Revan tepat diperutnya dan setelah itu Roland pergi entah kemana meninggalkan Revan yang tengah sekarat. Dan diakhir nafasnya dia berkata-"ucapan Nathan terpotong oleh isakannya yang terdengar lirih namun sangat memilukan mereka yang mendengarnya dan entah sejak kapan ruangan yang tadi terdapat beberapa guru dan kepala sekolah itu pergi entah kemana.

Flashback on...

Nathan yang saat itu tengah menembak satu persatu musuh yang berada di hadapannya pun terhenti ketika melihat satu sosok yang ia kenal dnegan baik pergi meninggalkan markas mereka dengan tangan yang dipenuhi darah.

"Roland!"pekik Nathan terkejut lantaran tadi ia sempat melihat jika mantan sahabat dari orang yang ia kenal dekat itu tengah bertarung dengan Revan, sahabtanya dan mantan sahabat dari Roland.

"Shit! Revan!"umpat Nathan terkejut ketika mendapati sosok yang ia kenal baik itu tengah terbujur lemah diatas genangan darahnya dan juga sebilah pisau Jagdkommando yang sangat ia tahu jika produksinya sangat terbatas di dunia.

"Na-than."lirih Revan dengan nafas yang mulai tersendat dan tangan kanan yang berusaha menutup jalur darahnya yang keluar dengan paksa diperutnya.

"Lo diem aja! Gue bawa lo ke dokter sekarang!"panik Nathan yang melihat kondisi Revan jauh dari kata 'baik-baik' saja.

"Per-cuma Nath! Tu-suk-an-nya uhk ud-ah nge-rusak ha-ti gu-e uhk!"ucap Revan dnegan nafas yang tersendat-sendat dan juga darah yang berulang kali keluar ketika ia batuk.

"Please! Lo harus selamat! Bentar lagi lo ketemu Rissa kan? Lo harus hidup."lirih NAthan yang mulai melakukan penanganan pertama setelah membawa Revan ketempat yang sepi dan jauh dari baku tembak.

"Ka-sih i-ni ke Sasa uhk...uhk...bi-lang ke dia, gu-e min-ta ma-af gak bi-sa tepa-ti jan-ji gu-e ke dia uhk...uhk...uhk...gu-e ber-har-ap se-pening-gal gu-e dia te-tep ja-di Sasa ya-ng ka-yak biasa-nya. Gu-e ba-kal li-at dia dari sana uhk...uhk...dan ju-ga hah...gu-e cin-ta sama di-a cuman dia selam-anya uhk...uhkk..."ucap Revan yang diakhiri dnegan batuk keras yang lagi-lagi mengeluarkan banyak darah.

"Ah Nath!"panggil Revan lagi yang kali ini dnegan senyum indahnya.

"Diem Rev!"lirih Nathan sambil melirik kearah Revan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya sambil terus berupaya melakukan pertolongan pertama bagi sahabat karibnya itu.

"Malaikat ter-nyata baik ju-ga uhk...dia liat gu-e sam-bil sen-yum ke gue. Dia bi-lang Tuhan sa-yang sa-ma gu-e uhk...uhk...bil-ang ke Sasa, gu-e bakal nung-gu dia di-sam-ping Tuhan nan-ti. Dan lo uhk...uhkk...ka-lo na-ngis ka-yak ku-ra-ku-ra da-rat he...he...uhk...uhk...gu-e du-lu-an Nath. Gu-e gak pa-pa."ucap perpisahan Revan dengan pandangan yang selalu mengarah kepada Nathan dengan senyum hangat yang perlahan-lahan senyum itu berubah menjadi senyum dingin yang tak lagi dapat melontarkan candaan dan kata-kata dukungan untuknya dan orang-orang terdekatnya.

Dipeluknya tubuh yang telah mendingin dan penuh akan darah itu dengan erat. Dulu ia masih bisa memeluk dan merangkul tubuh hangat milik sahabatnya yang kini menjadi dingin. Dulu dia sering kali membuat marah pria di pelukannya hingga harus membuatnya lari dibalik punggung Rissa yang berakhir dengan adegan mesra keduanya yang sering membuatnya jengkel.

Tapi itu hanya dulu, tubuh dingin didekapnya itu tak lagi memiliki semuanya untuk esok. Dimana besok seharusnya ia berada di New York dan bertemu dengan orang yang ia cintai, namun besok dia akan dimakamkan dengan sejuta kenangan yang ia tinggalkan didalam memorinya dan juga orang yang mengenalnya, membawa semua harapan dan rencana yang pupus terhalang oleh keputusan Tuhan diawal perjanjian kehidupan setiap manusia.

Kini sudah tak ada lagi Revan. Yang ada hanyalah kenangan yang sempat ia tinggalkan didalam memori setiap orang.

Flashback end...

"Ini barang yang dia titipkan waktu itu."lirih Nathan sambil menyerahkan sebuah kalung dengan inisial ЯR yang berasal dari emas putih yang dilapisi dengan berlian dibagian huruf ЯR dan terdapat dimasing-masing huruf beberapa berlian biru yang semakin mempercantik kalung putih itu.

Pecah sudah tangisan Rissa sambil memeluk erat kalung dari Revan didalam pelukan Nathan yang juga ikut meraung pilu mengingat sosok yang seharusnya dia yang berada disini tergantikan olehnya.

Semua yang melihat itu sontak dnegan segera mengalihkan pandangannya dan juga turut menangisi takdir yang telah terukir indah dan mengikat mereka yang berada didalam sana.

Tak ada yang tahu takdir apa yang sebenarnya tengah bermain diantara mereka. Seolah benang-benang takdir itu mengikat dan menjerat setiap insan yang berada didalam ruangan itu hingga membuat mereka sesak menghadapinya.

Bersambung...

Yang di mulmed fotonya duo R(Rissa x Revan)

The Secret (Complated) - Full version Webnovel, Mangatoon, Kubaca, IcanNovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang