Jungkook masuk ke markas, langsung menghampiri Yoongi yang tengah merokok di sudut ruangan. Tanpa babibu merebut rokok Yoongi dan menginjaknya.
"Datang-datang langsung merusuh, kenapa lagi?" Yoongi mendengus, hendak mengambil rokok lagi namun segera direbut oleh Jungkook.
"Hyung, berhentilah merokok. Itu merusak paru-parumu," desis Jungkook.
"Apa pedulimu, huh? Jaga saja paru-parumu, biar tetap sehat. Siapa tahu suatu hari aku collapse karena ISPA," ujarnya santai.
"Lalu? Kau mau kuberi napas buatan, begitu?" Jungkook mendelik.
Yoongi mengedikkan bahu. "Siapa tahu hanya ada kita berdua kalau hari itu datang."
"Maaf saja, ya, Hyung. Bibirku ini tidak diobral bebas."
"Gayamu, bocah!"
Jungkook tertawa saja, tidak berniat mengembalikan rokok Yoongi kendati pemuda di sampingnya itu sudah mengulurkan tangan, meminta lagi rokok yang baru dibelinya itu.
"Tumben kau mendatangiku. Ada masalah apa?"
Yang lebih muda menghembuskan napas, memutar-mutar rokok di genggamannya. "Lisa."
"Kenapa lagi?"
"Dijodohkan."
"Dengan?"
"Park Jimin."
"Oh."
Jungkook melotot, melemparkan bungkusan rokok pada Yoongi. Yang kemudian disambut gelak tawa dari pemuda pucat itu.
"Apa begitu responmu pada orang yang sedang galau, huh? Buruk sekali."
"Lantas kau ingin aku bagaimana? Memelukmu dan bilang, tenanglah, semua akan baik-baik saja. Begitu? Huh, sama sekali bukan gayaku."
"Setidaknya bicaralah sesuatu."
"Sesuatu."
"Hyung!"
Lagi-lagi Yoongi tertawa. "Kook, serius, hal seperti ini sudah lumrah terjadi. Orang tua mana yang rela putrinya dinikahi oleh pembunuh seperti kita? Yah, kecuali orang tua Jisoo tentunya."
"Tapi ayahnya Lisa tidak membenciku, Hyung. Beliau tetap memberiku kesempatan, tapi juga memberi kesempatan Jimin untuk merebut Lisa. Kau tahu siapa Jimin, Hyung?"
Yoongi mengangguk. "Tahu. Anak konglomerat nomor satu di Korea. Orang baik-baik. Titisan malaikat, bukan titisan setan seperti kita. Wajar kalau ayahnya Lisa menjodohkan Lisa dengannya."
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Ayahnya Lisa bilang apa?"
"Tidak bilang apa-apa. Hanya memberitahuku begitu. Atau aku memang harus berhenti saja, ya? Tabunganku sudah cukup untuk menghidupi tujuh turunan." Jungkook menerawang.
"Masih ada satu misi untukmu, Kook. Kita satu team kali ini. Setelah ini, aku juga akan berhenti. Kau tahu? Jennie juga dijodohkan, dan aku tidak bisa tinggal diam."
"Serius? Jennie Noona dijodohkan dengan siapa?"
"Kim Taehyung, pengusaha muda."
"Wah, sainganmu berat, Hyung. Yang kudengar, Kim Taehyung itu sangat mempesona. Hati-hati saja, bisa jadi Jennie Noona terpikat pada pandangan pertama."
"Tutup mulutmu, bocah. Aku jelas lebih tampan darinya." Yoongi mendengus.
"Yah, semoga beruntung, Hyung." Jungkook menepuk pundak Yoongi, lantas beranjak.
"Mau kemana?"
"Menemui Namjoon Hyung."
"Untuk apa?"
"Memastikan dia tidak merusak action figur kesayanganku."
****
Jungkook berbohong. Dia tidak menemui Namjoon seperti ucapannya, melainkan putar arah ke gudang belakang. Menyesap sebatang rokok yang dicurinya dari Yoongi.
Kendati dia bilang rokok merusak paru-paru, nyatanya tidak ada yang lebih menenangkan dibanding lintingan nikotin itu. Kendati Yoongi bilang untuk menjaga paru-parunya tetap sehat, nyatanya Jungkook sudah terlanjur berteman dengan benda itu.
Tidak sering, hanya ketika stress saja.
Park Jimin. Anak konglomerat nomor satu Korea. Titisan malaikat, bukan titisan setan sepertinya.
Jungkook terkekeh. Meski Yoongi terkenal dengan mulut pedasnya, Jungkook tetap mengakui kalau ucapan Yoongi banyak benarnya.
Memang apa yang bisa diharapkan dari pembunuh bayaran seperti mereka? Bahkan ketika Yoongi bicara dengan sesantai itu, Jungkook yakin ada banyak kecamuk yang dipendam.
Jungkook memang kaya, mungkin juga tidak kalah jika disandingkan dengan kekayaan milik Park Jimin. Tapi tetap ada beda antara pekerjaan terhormat dan pekerjaan haram yang dilakoninya.
"Jungkook." Sebuah suara menginterupsi, membuat Jungkook menoleh hanya untuk mendapati presensi Namjoon yang kini berjalan ke arahnya.
"Ada apa, Hyung?" Jungkook mengisap rokoknya sekali, sebelum kemudian membuangnya ke tanah dan menginjaknya.
"Yoongi Hyung mencarimu, katanya kau ke ruanganku, tapi yang kulihat adalah Jungkook yang sedang merokok di gudang," ucapnya.
"Ada apa Yoongi Hyung mencariku? Kami bahkan baru bertemu," balas Jungkook.
"Dia mengkhawatirkanmu. Baru menyadari kalau kau pergi dengan sebungkus rokok yang kau rampas darinya." Namjoon mendekat, menepuk pelan pundak Jungkook.
"Ya, aku merampoknya." Jungkook mengacungkan sebungkus rokok pada Namjoon. "Kapan misi baru akan dilaksanakan, Hyung?"
Namjoon mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu. Mungkin bulan depan, atau bisa jadi tahun depan."
Jungkook menghembuskan napas. "Apa aku tidak bisa berhenti sekarang saja?"
"Jelas tidak bisa. Kau sudah tanda tangan kontrak untuk misi terakhir, bukan?"
Jungkook mengangguk dengan lesu. "Tapi, Hyung, kisah cintaku dipertaruhkan disini."
"Aku mengerti, kami mengerti." Namjoon menyandarkan tubuhnya pada tembok. "Sejujurnya, Jungkook, kami juga mengalami hal yang sama."
"Tapi kalian semua terlihat tidak terbebani," balas Jungkook.
"Yang terlihat, belum tentu sama dengan yang dirasakan. Kalau pacarmu bukan berasal dari kalangan bawah, kau tidak akan semudah itu mengantongi restu dari orang tuanya. Kau tahu, orang-orang terpandang itu tentu tidak mau mengotori namanya sendiri kalau sampai putrinya menikah dengan manusia semacam kita. Meski, yah, kalau aku boleh sombong, organisasi kita adalah yang nomor satu di Korea."
Namjoon menghela napas sejenak. "Tapi pembunuh tetap pembunuh, kan? Mengambil nyawa orang lain, tidak punya hati, tidak punya masa depan. Mereka tidak tahu saja, seisi Korea juga bisa kubeli kalau aku mau. Meski sudah begitu, tetap tidak ada yang baik dari predikat pembunuh, kan, Jungkook?"
Jungkook diam saja. Dalam hati membenarkan ucapan Namjoon. Dirinya sudah cukup beruntung ayah Lisa memberinya kesempatan, restu ibunya juga sudah ia kantongi. Tapi tetap saja.
Park Jimin, bukan lawan yang sepadan, kan? Dilihat dari sisi manapun, Park Jimin akan tetap lebih baik dari Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
FanficBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...