7 | Other Side

5.3K 690 67
                                    

Lagi-lagi Jungkook mendapati Yoongi berdiam di sudut ruangan dengan sebatang rokok di sela jarinya. Yoongi tampak kacau, bahkan lebih kacau dari yang terakhir dilihatnya.

Milisekon selanjutnya Jungkook bernapas lega saat Yoongi mematikan puntung rokok. Namun kelegaannya tidak bertahan lama ketika dilihatnya punggung Yoongi yang mulai bergetar. Jungkook panik, langsung berlari menghampiri Yoongi.

"Hyung!"

Yoongi mendongak, menatap Jungkook dengan mata merahnya. Tanpa aba-aba langsung menubruk tubuh yang lebih tinggi, menangis disana tanpa suara.

"Hyung, ada apa? Kau sakit? Biar kuantar ke ruang kesehatan." Jungkook menepuk-nepuk punggung Yoongi.

"Tidak, hanya biarkan saja begini sebentar."

Dan Jungkook mengabulkannya, membiarkan Yoongi membasahi hoodie yang tengah ia kenakan. Rencananya ia akan menemui Lisa, tapi tidak mungkin meninggalkan Yoongi dalam keadaan seperti ini. Sedang tidak ada orang di markas, dan Jungkook tidak yakin Yoongi akan baik-baik saja jika dibiarkan sendirian.

Beberapa menit kemudian Yoongi melepaskan pelukannya, mengusap kasar wajahnya dan berbalik memunggungi Jungkook.

"Kau kenapa, Hyung?"

"Tidak apa-apa, kau bisa pergi. Maaf aku mengotori bajumu, biar nanti aku yang cucikan," balas Yoongi. Suaranya masih bergetar, dan Jungkook tahu Yoongi belum baik-baik saja.

"Aku tidak mempermasalahkan bajuku. Kau bisa berbagi padaku kalau ada masalah, kita ini keluarga."

Yoongi menghembuskan napas. "Tidak ada, perasaanku hanya sedang kacau. Dan entahlah, rokok juga tidak terlalu membantu."

Jungkook membalik tubuh Yoongi untuk menghadapnya. Hatinya cukup ngilu melihat Yoongi berusaha menyimpan masalahnya sendirian. Dia ingin membantu, ingin berguna. Setidaknya sebagai pendengar.

"Berbagilah padaku, Hyung. Jangan simpan masalahmu sendirian. Kau anggap apa aku ini?"

"Berbagipun percuma, Kook. Kau juga tidak akan bisa membuat Tuan Kim merestuiku dengan putrinya." Yoongi kalah.

Jungkook mencelos. Ini tentang Jennie. Yoongi hanya akan lemah bila itu bersangkutan dengan kekasihnya.

"Kau menemui Tuan Kim?"

Yoongi mengangguk. "Ya, semalam. Saat aku mengantarkan Jennie pulang. Aku bisa merasakan tatapan mengintimidasi milik Tuan Kim, dan aku juga melihat Kim Taehyung ada disana. Menatapku dengan penuh kemenangan seolah dia bisa memiliki Jennie. Aku marah, aku ingin menghajarnya."

Yoongi luruh, berjongkok dengan tubuh yang ditopangkan pada dinding. Matanya menerawang jauh, sesekali mendesis untuk menghalau sesak di dada.

Jungkook tidak pernah melihat Yoongi yang putus-asa. Yoongi yang dikenalnya adalah pemuda dingin dan mata tajam. Terlihat keras di luar meski sebenarnya Yoongi adalah sosok yang menyenangkan. Meski mulutnya penuh dengan kalimat sarkas, nyatanya Yoongi hanya pemuda yang teramat mencintai kekasihnya. Yoongi hanya tidak mau kehilangan Jennie.

"Aku tidak ingin mengalah, tidak mau menyerahkan Jennie pada siapapun. Tapi Taehyung benar, aku hanya akan membuat Jennie menderita jika bersamaku."

"Dan kau percaya begitu saja?"

Yoongi mengusap wajah. "Inginnya tidak percaya. Tapi apa yang mau diharapkan dariku, Kook? Aku ini pembunuh, cepat atau lambat juga pasti ketahuan. Kalau hukumannya hanya penjara, aku mungkin masih bisa nekat. Tapi lebih dari itu, aku bisa dihukum mati kalau sampai tertangkap. Dan hingga masa itu tiba, aku hanya tidak mau Jennie bersedih."

[✔] DARK | LIZKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang