"Segera datang ke Namsin Hospital. Kecelakaan beruntun siang ini, Jimin salah satu korbannya."
****
Begitu mendengar kabar kecelakaan itu, Lisa dan Jennie bergegas menuju rumah sakit yang Seokjin sebutkan. Kali ini, hanya ada raut panik disertai deru napas yang tak beraturan.
Keadaan di UGD benar-benar kacau. Lisa bisa melihat Jungkook yang kini duduk di kursi tunggu dengan keadaan yang sama kacaunya. Kedua tangannya ia tangkupkan, pun dengan bibir yang tak henti mengucap rapalan doa. Tanpa pikir panjang, Lisa segera membawa Jungkook dalam dekapannya, menyapu jarak di antara mereka berdua.
Perasaan mereka sama kacaunya, ketakutan mereka sama. Lisa menyaksikan dari layar kaca betapa parahnya kecelakaan beruntun itu. Gadis itu benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Jimin di dalam sana.
Hanya saja, yang ia tahu, bahwa mereka harus siap dengan kemungkinan terburuknya.
Seokjin sudah menghubungi ayah Jimin. Meminta beliau untuk datang. Pemuda itu jelas tahu bahwa mereka memang harus bersiap untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Termasuk jika; kemungkinan itu adalah kehilangan.
Jungkook sudah muak dengan kata kehilangan. Sudah terlalu mati rasa hanya untuk mendengarnya. Jadi dengan sekuat tenaga dia berdoa pada Tuhan, agar Tuhan masih mau memberikan keajaibannya pada Jimin, agar Tuhan tidak terburu-buru membawa Jimin kembali ke sisi-Nya.
"Hyung, bertahanlah. Kau harus bertahan, kau tidak boleh kemana-mana. Jangan jauh-jauh, kau harus tetap disini. Tetap bersamaku, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku."
****
Semua terasa begitu kosong, terasa hampa sebab raut pucat Jimin terpampang nyata dengan kain putih yang menutup hingga sebatas leher. Dokter Song berdiri di sampingnya dengan kepala menunduk.
"Jimin sempat bertahan beberapa menit. Maaf, aku tidak bisa mempertahankannya lebih lama lagi," sesalnya. Pada detik itu pula, tangis mereka pecah, terisak di depan Jimin yang sekarang terbaring tanpa nyawa.
Jungkook jadi yang paling pertama maju, menyingkap kain putih di atas tubuh Jimin. Kemeja putih yang dikenakan Jimin sudah berubah warna sepenuhnya menjadi merah, masih terasa lembab dan anyir, tapi Jungkook tidak peduli. Ia dekatkan wajahnya di depan wajah Jimin, ia genggam tangan yang terasa dingin untuk ia hangatkan. Kendati percuma saja.
"Hyung, ini aku. Aku disini. Buka matamu, bukankah kau sudah berjanji untuk tetap disini?" Tetesan air mata Jungkook menderas seiring dengan kata yang ia lontarkan.
Tangannya bergetar saat tidak lagi mendapati detak kala meraba bagian dada Jimin. Menyakitkan sekali rasanya.
"Hyung, ayo pulang. Tubuhmu dingin sekali, aku akan bawakan selimut tebal untukmu."
"Jungkook, jangan begini." Seokjin menarik tubuh Jungkook dengan pelan, untuk kemudian ia dekap. "Jangan begini, Jimin sudah bahagia."
"T-tapi, Hyung, dia sudah berjanji untuk tetap bersamaku. Dia sudah berjanji."
"Jimin tetap disini, Jungkook. Jimin tetap ada di hati kita, dia tidak pernah benar-benar pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
FanfictionBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...