Hanya mimpi, memang.
Ruas-ruas kehidupan seolah mengoloknya, menenggelamkannya dalam rasa sedih yang tak berdasar. Membuatnya merasa kecil, bukan apa-apa.
Jungkook tak pernah merasa semerana ini sebelumnya. Dia hanya tidak terbiasa dengan hatinya yang mendadak menjadi serapuh kertas. Hanya karena mimpi. Karena Jungkook, bukanlah apa-apa tanpa Lisa.
Ada sesuatu dalam dirinya yang mengakui bahwa cinta itu nyata, memberi rasa yang meletup dalam dada, membekukan seluruh isi kepala. Dan demi apapun, Jungkook hanya ingin Lisanya tetap tinggal. Seberat apapun, sepelik apapun.
Pintu markas terbuka, menampakkan sosok yang beberapa minggu ini tidak terlihat batang hidungnya.
"Oh, Hyung, bagaimana liburanmu?" Jungkook menoleh, kedatangan Namjoon mampu mengalihkan atensinya.
Namjoon tersenyum samar, menghempaskan diri di samping Jungkook. "Liburan apanya?"
Ada tawa terbahak sebelum Jungkook mengulurkan tangannya. "Mana oleh-olehku?"
"Aku takut yang kubawa bukanlah kabar baik." Namjoon menatap tepat di kedua mata Jungkook, membuat pemuda itu menarik kembali tangannya yang terulur.
"Kenapa?"
"Kau bilang, akan berhenti setelah satu misi terakhir, benar?"
Jungkook mengangguk.
"Aku membawanya."
"Mana?"
Namjoon menghela napas. "Sebaiknya kau berhenti sekarang, aku jadi yakin ini bukan berita bagus."
"Hyung, kenapa begitu? Kau tahu aku selalu menjalankan misi dengan baik."
"Kuberi pilihan, berhenti sekarang atau tidak sama sekali. Aku bersumpah, ini benar-benar bukan berita bagus."
"Aku ini laki-laki, dan laki-laki tidak akan mengingkari ucapannya."
Terdengar helaan napas yang keluar dari bibir Namjoon, seolah pemuda berlesung pipi itu amat keberatan dengan keputusan Jungkook. Meski pada akhirnya, ia berdiri, memberi isyarat agar Jungkook mengikutinya.
****
Ini mudah.
Iya, sepertinya.
Kim Jennie menarik napas, meredam debar yang bertalu di dada. Lagi-lagi perempuan itu menarik napas, lebih dalam dari sebelumnya. Mendadak matanya memanas, hatinya ngilu, seolah tertikam sembilu tak kasat mata.
Bukankah ini mudah?
Di hadapannya, berdiri sosok yang selama lima tahun menjadi kekasihnya. Min Yoongi, pemuda yang berhasil mencuri hatinya sampai ke akar-akarnya. Membuat Jennie merasa, dirinya tidak akan bisa mencintai orang lain lagi. Sekalipun seluruh dunia berkata bahwa Min Yoongi tidak menjanjikan untuk hidupnya, tapi Jennie kepalang mencintai pemuda pucat itu. Membutakan mata dan telinga atas ujaran di luar sana.
Jennie terlanjur menyerahkan hatinya pada Yoongi. Satu kalipun tidak pernah terbesit meninggalkan Yoongi, kecuali Tuhan menciptakan pemuda itu lebih dari satu.
Sayangnya, kasta lagi-lagi jadi penghalang.
Min Yoongi. Seorang pembunuh, 26 tahun, sukses, seksi, dan sosok idaman baginya.
Tapi definisi sukses bagi Jennie dan ayahnya jelas berbeda. Jennie, putri tunggal keluarga Kim yang terhormat. Mana sudi ayahnya merestui Jennie dengan Yoongi sementara ada Kim Taehyung yang amat menjanjikan di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
أدب الهواةBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...