Ini bukan tentang siapa yang paling beruntung, tapi Jeon Jungkook dan Lalisa Park adalah dua orang yang sama-sama beruntung karena saling memiliki.
Di tengah segala ketidakjelasan tentang hidupnya, Jungkook benar-benar merasa bahwa Lisa adalah malaikat yang sengaja Tuhan kirimkan untuk hidupnya.
Ada banyak hal yang tidak bisa Jungkook pahami. Tentang mengapa ayah dan ibu meninggalkannya bersama Somi. Tentang mengapa ayah dan ibu tidak pernah pulang lagi setelah hari itu. Mengapa dan mengapa?
Ia hela napasnya, menatap lurus presensi Jimin dan Chaeyoung yang tengah bersenda-gurau di ruang tengah. Hanya dengan melihat Jimin, Jungkook bisa paham, tidak semua kehidupan berjalan dengan baik.
Jungkook tersenyum, tidak berniat mendekati ataupun mengganggu. Memilih menjauh hanya untuk mengambil sebatang rokok di saku celana. Yoongi sedang keluar, jadi dirinya mungkin tidak akan ketahuan.
"Aku berusaha membuatmu selalu sehat, Jung, tapi kau justru memilih mengotori paru-parumu sendiri."
Diulasnya senyum kecil kala matanya menangkap sosok Jisoo yang keluar dari dapur, membawa setoples cookies cokelat dan susu pisang kesukaannya.
"Hanya sesekali, Noona," balasnya.
"Kau tahu bagaimanapun itu tidak baik. Kemarikan rokokmu, ganti saja dengan camilan ini."
Jungkook menurut, menyerahkan rokoknya pada Jisoo dan mengambil makanan yang disiapkan oleh perempuan itu.
"Aku pulang."
Suara khas milik Min Yoongi menggema di ruangan, membuat Jungkook sedikit meringis dan bersyukur lantaran Jisoo datang tepat waktu untuk merampas rokoknya. Jisoo terkekeh gemas saat mendapati bagaimana raut wajah Jungkook berubah seketika karena kehadiran Yoongi.
"Selamat datang, Oppa. Aku akan mengambil beberapa camilan lagi untuk kalian."
Yoongi mengangguk, sertamerta mendudukkan diri di samping Jungkook yang anteng dengan cookies cokelatnya. Ia menguap tepat satu detik setelah punggungnya menyentuh sandaran kursi.
"Siapa perempuan berambut merah yang bersama Jimin?" tanyanya.
"Gebetan Jimin."
Yoongi mengangguk. "Lisa kemana?"
"Pulang, ayahnya mencarinya." Jungkook kembali menghela napas. "Mungkin ingin membicarakan kelanjutan perjodohan Lisa dengan Jimin."
Jika ada satu hal yang disukai Jungkook dari Lisa, maka itu adalah kesederhanaan dan keceriaannya. Jika Lisa adalah matahari yang cerah dan selalu bersinar, maka Jungkook adalah kebalikannya.
"Kau tahu benar tidak ada dari mereka yang akan menerima perjodohan itu," ujar Yoongi.
"Tetap saja jika dibandingkan dengan Jimin Hyung, aku jelas tidak ada apa-apanya, kan? Orang tuaku saja aku tidak tahu ada dimana. Bagaimana bisa mempertahankan Lisa dengan asal-usulku yang tidak jelas begini?"
"Kau hanya harus berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan Jimin. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini, semua itu hanya topeng. Kau sendiri jelas tahu hal itu."
"Yah, aku hanya merasa sedikit tidak percaya diri, Hyung."
Pendosa.
Sebuah kata yang selalu lekat dalam pikiran Jungkook. Momok menakutkan yang seringkali menghantuinya dalam mimpi buruk.
Berapa banyak nyawa yang melayang di tangan Jungkook? Berapa banyak timah panas yang menembus bagian tubuh manusia akibat ulah Jungkook? Berapa banyak kepala yang terpenggal dari kedua tangannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
FanfictionBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...
![[✔] DARK | LIZKOOK](https://img.wattpad.com/cover/224204689-64-k516105.jpg)