Lisa benar-benar membawa Jimin untuk bertemu dengan Jungkook dua hari kemudian. Membuat Jungkook memicing karena merasa tidak mengenal lelaki yang dibawa Lisa ke markas.
"Kau membawa temanmu, Sayang?" Jungkook meraih pinggang ramping Lisa, mengikis jarak.
"Ya, seperti yang kau lihat. Perkenalkan, dia Park Jimin. Dan Jimin, kenalkan, dia Jeon Jungkook, kekasihku."
Jungkook sempat menegang sebelum akhirnya membalas uluran tangan Jimin. Orang ini yang membuat pikirannya kacau berhari-hari, dan sekarang justru muncul tepat di depan matanya. Bersama Lisa pula! Huh, menyebalkan.
Lantas Lisa mengerutkan hidungnya, lebih merapatkan diri pada Jungkook.
"Kau merokok lagi?" tembaknya.
Jungkook mengangguk tanpa beban. "Sedang banyak pikiran."
"Yoongi Oppa tidak menghajarmu memangnya?"
"Aku bersembunyi darinya, tentu saja. Bisa habis wajahku kalau ketahuan merokok," balas Jungkook.
Yah, memang benar. Yoongi tidak akan segan-segan membuatnya babak belur kalau sampai pemuda Min itu tahu bahwa Jungkook sering menyesap lintingan racun itu.
Tapi bukan sepenuhnya salah Jungkook, Jungkook hanya belajar dari Yoongi. Meniru Yoongi yang selalu melampiaskan stresnya dengan rokok. Mencoba-coba, hingga akhirnya ketagihan meski tidak sampai candu.
"Tidak ada yang lebih menenangkan dari sebatang nikotin, Sayang."
"Terserahmu saja. Aku membawa Jimin kemari untuk bicara denganmu. Jadi bicaralah sebagai seorang teman. Jungkookie Sayang, pastikan kau bicara dengan mulut, bukan dengan otot."
Setelahnya Lisa masuk ke markas, menemui beberapa teman Jungkook yang juga menjadi temannya. Semenjak official dengan Jungkook, markas ini jadi seperti tempat bermain bagi Lisa. Teman-teman Jungkook semuanya tampan, Lisa bisa sekalian cuci mata.
Jungkook melirik Jimin di sebelahnya, sedang yang dilirik tampak tak terganggu. Menghela napas frustasi, Jungkook kemudian memijat pangkal hidungnya. Demi kerang ajaib, Jungkook benci harus membenarkan ucapan Yoongi.
Dari jarak sedekat ini, Jungkook bisa merasakan aura baik yang menguar dalam diri Jimin. Mungkin benar, Jimin adalah titisan malaikat.
"Jadi, Jimin-ssi, apa pasal yang membuatku harus bicara denganmu?" tanya Jungkook setelah diam selama beberapa detik.
"Temanku bilang, aku harus belajar banyak tentang kehidupan denganmu, Jungkook-ssi. Dan kurasa dia benar, kau terlihat punya pengalaman hidup lebih banyak daripadaku. Jadi, mau berbagi sedikit denganku?"
"Apa yang membuatku harus berbagi denganmu?"
"Kurasa kita teman?"
Jungkook berdecih. "Lelucon macam apa yang coba kau katakan, Park Jimin? Kita adalah rival, bagaimana bisa jadi teman?"
Jimin memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Ada yang harus diluruskan sepertinya."
"Apa?"
"Aku tidak menyukai kekasihmu. Yah, kuakui dia menarik, tapi sungguhan, aku tidak terpengaruh padanya."
"Mulut-mulut pendusta," desis Jungkook.
Jimin terkekeh. "Silakan bicara semaumu, Jungkook. Kenyataannya memang begitu. Perjodohan ini, orang tuaku yang menginginkannya. Sama sekali tidak melibatkanku dalam diskusi. Lucu sekali, kan? Padahal aku yang akan menikah. Tapi tidak masalah, selama mereka senang, itu bukan perkara besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...