"Kapan kau akan berhenti dari pekerjaanmu, Kook-ah?"
Lisa menatap sendu kekasihnya yang kini tengah meraih sebuah jaket kulit berwarna hitam dari lemari. Setelahnya mengambil sebuah pisau lipat dan pistol berjenis Glock 20 untuk kemudian dibawa bertugas.
"Sebentar lagi, Lisa. Aku janji setelah ini aku akan meninggalkan dunia ini. Untukmu. Dan kita akan menikah setelahnya, kau mau?" Jungkook menangkup pipi Lisa, mengusapnya pelan.
Jungkook bukan tidak tahu risiko dari pekerjaannya. Tidak juga terlalu bodoh untuk mengerti bahwa Lisa mengkhawatirkannya. Tapi bayaran yang ia terima juga bukan main-main. Cukup untuk membeli sebuah pulau dan tidak habis menghidupi tujuh turunan.
"Aku hanya takut kau pergi sebelum sempat mewujudkannya. Aku tidak mau jadi janda sebelum menikah."
Jungkook terkekeh. Apa-apaan itu? Jadi janda sebelum menikah? Heol, yang benar saja.
"Aku janji akan melindungi diriku sendiri. Dua misi terakhir, dan kemudian aku akan berhenti. Aku sudah punya cukup tabungan untuk kita berdua, jadi tenanglah, oke?"
Lisa tidak punya pilihan lain selain mengangguk mengiyakan. Percuma mendebat Jungkook, karena lelaki itu akan tetap pada pendiriannya. Jadi dibanding sia-sia, Lisa memilih untuk mendoakan Jungkook saja.
"Aku pergi, jaga dirimu baik-baik."
"Hei! Aku yang harusnya bilang begitu, idiot!"
Jungkook terkekeh lagi. Ah, Lisanya manis sekali. Jungkook tidak tahan untuk mencium kening kekasih cantiknya itu.
"Aku pergi."
Lisa mengangguk resah. Malam ini, sudah dipastikan dia tidak akan bisa tidur lagi.
Lisa dan Jungkook saling mengenal dalam ketidaksengajaan. Lisa yang kala itu dipaksa oleh sepupunya untuk bertemu sang kekasih, justru dipertemukan dengan Jungkook di tempat yang sama.
Jennie, kekasih pemuda pucat sedingin es bernama Yoongi. Yang sialnya, satu profesi dengan Jungkook. Atau bisa dibilang, seniornya. Gila, dunia memang sudah gila. Apalagi ketika Lisa kemudian diperkenalkan pada teman-teman Jungkook yang lain.
Gadis itu sukses melongo. Hei, yang benar saja. Teman-teman Jungkook itu semuanya tampan, tapi kenapa memilih profesi mengerikan seperti ini?
Lisa akui, bayaran yang diterima setiap misi memang terbilang banyak. Bukan banyak lagi, Jungkook sampai punya black card hanya dengan profesi yang jam kerjanya tidak setiap hari itu. Tidak beda jauh dengan Jungkook, Yoongi malah sudah lebih dulu membeli pulau untuk dihuni bersama Jennie setelah dia pensiun nanti. Dan jejaknya itu, akan diikuti oleh Jungkook.
Lisa jadi benar bisa gila kalau begini caranya.
****
Pintu rumah terbuka. Lisa dengan segera berlari keluar dan mendapati Jungkook berjalan ke arahnya dengan sedikit terhuyung. Ada lebam di sudut bibir kekasihnya. Sesegera mungkin Lisa menarik Jungkook untuk duduk di sofa ruang tamu, namun terhenti ketika terdengar suara ringisan pemuda itu. Lisa menelisik, mendapati sayatan yang masih mengeluarkan darah di telapak tangan Jungkook.
Inilah sebabnya Lisa selalu menginap di rumah Jungkook tiap kali kekasihnya mendapatkan misi. Hal yang juga dilakukan Jennie ketika Yoongi bekerja. Karena kemungkinan kecil untuk mereka pulang dalam keadaan utuh. Pasti selalu membawa luka, sekecil apapun itu.
Setelah Jungkook duduk, Lisa segera melesat guna mengambil kotak P3K yang selalu disimpan Jungkook di dekat televisi.
"Kuharap ini terakhir kali aku melihatmu seperti ini, Kook-ah," gumam Lisa sambil terus mengobati luka Jungkook.
"Kau jelas tahu bahwa itu tidak mungkin, Sayang. Tanya saja pada Jennie noona, apa pernah dia melihat Yoongi hyung pulang dengan tubuh bersih tanpa luka?"
"Apa kau tidak bisa meminimalisir serangan yang ditujukan padamu? Katamu kau ini hebat, kelompok pembunuh bayaran nomor satu di Korea. Tapi kenapa masih juga terluka," dengus Lisa.
"Kami memang pembunuh nomor satu, tapi yang kami bunuh juga bukan orang sembarangan. Kau pikir berapa banyak ajudan yang harus kami lawan?"
Lisa tidak menjawab, mengakui kebenaran dari ucapan Jungkook. Yah, untuk pembunuh sekelas mereka, tentulah korbannya juga tidak main-main. Lisa bahkan pernah hampir hilang akal ketika Jungkook terbaring di rumah sakit selama satu minggu akibat peluru yang menembus tubuhnya setelah melaksanakan misi membunuh presiden.
Gila. Dunia yang digeluti Jungkook benar-benar gila. Dan Lalisa lebih gila karena mau ikut masuk kesana.
Lisa selesai membalut tangan kekasihnya dengan perban, lantas merapikan alat-alat yang tadi digunakannya. Mulutnya tidak berhenti mengoceh sampai Jungkook rasanya gemas sendiri. Jadi tanpa persetujuan apapun, Jungkook nekat memberi kecupan singkat di pipi Lisa. Membuat si empunya menegang dan mendengus dengan semburat merah yang tercetak jelas.
Jungkook terbahak. "Sekarang di pipi dulu, ya. Di bibirnya nanti saja kalau aku sudah beli pulau untuk berdua."
Lalu pemuda itu beranjak sebelum Lisa benar-benar melemparinya dengan kotak yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
FanfictionBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...