Jimin datang dengan parsel buah di tangannya, menatap Jungkook yang kini duduk bersandar di bed. Ditatapnya lekat wajah babak belur yang selalu menistakannya itu.
"Kukira kau tidak bisa babak belur, Jung."
"Awalnya kukira juga begitu," balasnya santai.
"Bodoh. Ingin kupukul, tapi sedang sakit," rutuk Jimin. "Serius, Jung. Kau bahkan bisa menelepon teman-temanmu, tapi kau memilih menghadapi mereka sendirian. Apa yang sebenarnya ada di dalam kepalamu itu?"
Jungkook tampak menghela napas. Netranya berpendar sendu dibalik softlens yang ia kenakan, menatap balik Jimin yang masih juga menatapnya, menuntut jawaban.
"Tidak ada yang kupikirkan selain Yoongi Hyung. Sungguh. Aku bahkan tidak berpikir untuk menelepon siapa-siapa. Aku total hanya mengandalkan diriku sendiri untuk menolongnya."
"Dan lalu mengorbankan dirimu sendiri untuk menggantikan Yoongi Hyung yang hendak dihantam dengan balok kayu, begitu?" Jimin mengusap wajah.
"Bahkan nyawakupun bisa kuberikan kalau itu untuk mereka, Hyung. Serius. Mereka bahkan lebih berharga dibandingkan diriku sendiri. Karena tanpa mereka, aku mungkin tidak bisa bertahan hidup sampai sekarang."
"Bagaimana rasanya, Jung?"
Jungkook mengernyit, mencoba mencerna pertanyaan Jimin yang baru saja terlontar. Tapi kepalanya sakit, dan dia menyerah untuk berpikir lebih jauh.
"Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah keluarga yang mencintaimu? Menyayangi dan disayangi. Melindungi dan dilindungi. Apa itu menyenangkan?"
Dan Jungkook paham kemana arah pembicaraan Jimin. Pemuda itu, sedang membicarakan dirinya sendiri. Sedang membicarakan hidupnya. Membicarakan keadaannya.
"Ya, itu menyenangkan. Meski tentu rasanya berbeda jika dengan keluarga aslimu."
"Bisakah aku tinggal bersama kalian saja?"
Jungkook tersenyum kecil. Wajah malaikat Jimin kini hanya serupa anak-anak di hadapannya. Seorang anak yang meminta perlindungan, meminta tempat tinggal. Jimin--- serupa Jungkook belasan tahun yang lalu. Tersesat. Kebingungan. Tidak tahu arah.
"Markas ini tidak ada apa-apanya dibandingkan istana megahmu, Hyung. Kau tidak akan bisa tidur dengan tenang disini. Tidak ada kicau burung yang bisa kau dengar di pagi hari, tidak ada sapaan khas pelayan seperti di istanamu, tidak ada yang memanggilmu Tuan Muda. Hanya ada orang-orang buangan disini, Hyung. Hanya ada kami, seonggok daging yang tidak pernah diinginkan."
Jimin menatap lekat-lekat wajah Jungkook yang penuh lebam. Tatapan matanya teduh-- berbeda sekali dengan pertemuan pertama mereka. Kalimatnya tenang-- kentara sekali ingin menenangkan gejolak di hati Jimin. Jungkook-- terlihat lebih dewasa dibandingkan Jimin saat ini.
"Kenapa semua orang selalu membicarakan kemewahan, Jung? Apa hidup hanya tentang uang dan kekuasaan? Mansion mewah itu, tidak lebih dari sekadar penjara bagiku. Kau mungkin tidak akan percaya jika kukatakan bahwa aku hanya memiliki kalian sebagai temanku." Jimin berujar lirih, menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.
"Aku lelah, Jung. Sungguh. Aku mencintai seseorang, tapi bahkan aku tidak punya kuasa untuk menjadikannya milikku. Aku mencintainya, tapi semesta tidak pernah berpihak padaku. Dosa apa yang telah kuperbuat? Apa aku bahkan tidak bisa menyuarakan rasa? Apa aku bahkan tidak berhak memperjuangkan hatiku? Apa seperti itu cara mainnya?"
Jungkook mengusap punggung Jimin yang tampak rapuh berbalut jaket itu. Samar-samar dirasakannya getaran dibaliknya. Jimin tertawa, meski suaranya sumbang. Menertawakan dirinya sendiri.
"Kau ingat pembicaraan kita tempo hari tentang kebahagiaan?"
Jimin mengangguk.
"Kejar kebahagiaanmu, Hyung. Jangan terus bersembunyi di balik cangkang kepompongmu yang rapuh. Aku disini, kami disini. Kapanpun kau merasa lelah, ada kami yang akan mengulurkan tangan padamu."
Lalu hanya dengan kalimat itu, mampu membuat Jimin mendongakkan kepalanya. Menatap lekat-lekat wajah Jungkook yang penuh luka itu. Seolah memutar kembali kilasan-kilasan di kepala Jimin-- tentang seseorang di masa lalu, yang pernah mengatakan hal yang sama.
"Ayo bermain, Jiminnie. Jangan terus berdiam di kamar."
"Jiminnie, ayo ikut aku berpetualang. Aku tunjukkan tempat-tempat indah, kau pasti belum pernah kesana."
"Pegang tanganku, Jiminnie! Jangan sampai ayahmu tahu!"
****
Langit bersih, awan bergulung. Meski begitu, mendung tetap setia menggantung di raut wajah pemuda pucat bernama Min Yoongi.
Ada Kim Taehyung yang duduk dengan tenang di hadapannya sambil memain-mainkan gelas berisi wine. Tatapannya datar, seolah tak terusik sedikitpun dengan kedatangan Yoongi ke rumahnya. Hari ketujuh setelah penyerangan yang dilakukan oleh anak buah Taehyung, Yoongi mendatangi pemuda itu di rumahnya.
"Apa yang kau inginkan dariku, Kim?" Suara rendah Yoongi menggema di ruangan lengang itu. Ada Jungkook di sebelahnya, secara tidak langsung bertugas mengontrol emosi Yoongi.
"Kim Jennie." Taehyung menjawab lugas. Tanpa basa-basi.
"Kenapa memintanya padaku? Minta saja pada yang bersangkutan," jawab Yoongi tenang, meski jelas tangannya sudah mengepal di bawah meja.
"Aku menginginkan Kim Jennie menjadi milikku. Seutuhnya. Sepenuhnya. Tinggalkan dia, Yoongi-ssi. Kau bahkan tidak cukup baik untuk bersanding dengannya." Taehyung terlihat lebih tenang dari Yoongi.
"Ya, aku memang tidak cukup baik untuknya. Tapi aku juga tidak bisa mempercayakan Jennie di tangan manusia sepertimu, Taehyung-ssi."
"Lepaskan dia untukku. Aku lebih bisa membahagiakan dia dibandingkan dirimu. Apa yang bisa diharapkan darimu? Dari pembunuh sepertimu? Min Yoongi? Atau, harus kupanggil Min Suga?"
"Tidak. Langkahi dulu mayatku sebelum merebut Jennie dariku." Yoongi berdiri, diikuti Jungkook di sebelahnya.
"Sebelum namaku terukir di salib, sebelum tubuhku menjadi abu dan menyatu dengan udara, jangan harap kau bisa menyentuh Jennie meski hanya seujung rambut."
____
AISHHHH AKU KOBAM MV COMEBACK BLACKPINK - HOW YOU LIKE THAT SAMA MV BTS - STAY GOLD!!!!!
ASDFGHJKL!!!! VISUAL SEMUA ANJIR ANJIR MONANGEEESSSSS 😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] DARK | LIZKOOK
FanfictionBagaimana rasanya menjadi kekasih dari seorang pembunuh bayaran? Menahan kekhawatiran setiap kali misi terlarang dikumandangkan? Tanyakan pada Lisa. Lisa merasakannya. Menjadi kekasih seorang pembunuh bayaran ulung bernama Jeon Jungkook. Harus menah...