4. Persiapan.

5.6K 498 17
                                    

Vote dulu sebelum membaca!!

***

Hari ini adalah hari Sabtu, tepat dimana hari ini teman Zaire datang dirumahnya untuk membahas tentang camping minggu depan dan tak hanya itu,mereka juga dirumah Zaire bermain untuk pertama kalinya. Sedangkan Zaire sendiri kini dirinya sedang terdiam di kamar memandang foto dirinya dan Hawa yang ada disalah satu bingkai foto dinding kamarnya. Hawa adalah sahabat Zaire waktu Zaire berumur 10 tahun,dan itu adalah teman pertama Zaire setelah sekian lamanya dirinya menyendiri.
"Hawa." Sendu Zaire tertunduk.

Setelah tertunduk cukup lama, Zaire pun mulai bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. Senyuman Zaire mengembang saat melihat Ayahnya yang berada di meja makan meminum secangkir teh hangat miliknya. Riquel Chaisen Geusan itulah nama Ayah Zaire.

"Ayah pulang kapan?" tanya Zaire pasalnya Riquel selalu pulang larut malam.

"Jam 3 pagi tadi," jawab Riquel yang membuat Zaire mengagguk faham.

"emm abis ini Ayah mau kemana?" tanya Zaire yang mulai duduk di sofa yang tak jauh dari meja makan.

"mau kejakarta beresin kasus disana, mungkin dua hari lagi balik kesin,i" ujar Riquel, "Zaire gak makan?" tanya Riquel menatab Zaire yang sedang merebahkan tubuhnya disofa sambil menyalakan tv.

"Lagi di buatin bi Dian bubur " sahut Zaire yang membuat Riquel mengagguk.

"Non Zaire makannya dimana?" tanya Bi Dian yang mebawa senampam mangkuk berisi bubur hangat.

"Disini aja bi," sahut Zaire.

"Zaire makan dimeja makan, jangan disitu!" tegas Riquel yang mau tak mau Zaire menurutinya,dia pun segera bangun dari sofa dan berjalan menuju meja makan dan memakan bubur itu. Benar! Zaire tak berani membalas ucapan Riquel, walau dirinya tidak dekat dengan ayahnya namun bagaimana pun Zaire tak bisa melawannya, karna jika Riquel sudah marah besar dipastikan tetangga akan mendengar suara lantang sang Pak Tentara itu.

"Bi Dian, Bunda kema-"

"Zaire kalau lagi makan jangan bicara!" potong Riquel tegas yang membuat Zaire bungkam seketika.

"

Begitulah Zaire sangat patuh dengan Ayahnya kecuali ibunya, walau Zaire sangat tak dekat dengan kedua orang tuanya namun rasa simpatinya sangat besar. Seperti, jika ortunya akan keluar kota atau keluar negara Zaire selalu mendoakan agar keselamatan orang tuanya baik baik saja, tak hanya berdoa Zaire selalu mengirimkan pesan kepada ortunya jika diluar kota.

"Ayah keluar kota pakek apa?" tanya Zaire.

"Zaire, Ayah udah bilangkan? kalau kamu lagi makan jangan pernah bicara!" tegas Riquel.

"Maaf yah" tunduk Zaire takut. Benar! Dimarahi orang tua lebih menakutkan dibandingkan dengan melihat hantu yang berkeliaran diluar Sana.

"Ayah naik kereta"Jawab Riquel yang diangguki Zaire.

Suasana rumah kembali Sunyi, hanya ada suara garpu dan sendok saja yang terdengar. Namun setelah beberapa menit kemudian suara ketukan pintu terdengar di kedua telinga Zaire dan Riquel yang membuat Riquel menghembuskan nafas berat mendengar ketukan pintu itu.

"Bi Dian bukain pintunya." Teriak Zaire lantang.

"Gak usah biar ayah aja," ujar Riquel yang mulai bangkit dari bangkunya.

"Yah, Zaire aja." Bangkit Zaire yang mulai berjalan mendahulukan Riquel. Tentu saja Riquel hanya menggeleng dia pun mulai membalikkan badannya kembali pada bangkunya.

INDIGO GIRL [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang