15. Prekognis?

3.6K 337 10
                                    

Vote+Coment!

***

Kini Zaire menatap jalanan di hadapannya. Zaire menghembuskan nafas berat dia bingung kini dirinya berada dimana. Namun tak lama dari beberapa meter dimana dia berdiri terlihat semua orang mengrobrol mengelilingi salah satu perempuan yang tergeletak di jalan tak jauh darinya.

Zaire yang merasa ingin tahu dia pun mulai mendekati sekumpulan orang itu. Namun saat melihatnya tubuh Zaire membeku di tempat menatap tubuh dirinya sendiri yang sudah tergeletak di jalanan yang penuh dengan darah di kepalanya dan berbagai tubuh lainnya. Zaire memundurkan langkahnya, tubuhnya gemetar begitu hebat melihat dirinya sendiri yang sudah babak belur dijalanan itu.
 
"Keluarin gue dari penglihatan ini!" teriak Zaire tak tahan diri. "BUNDA!" teriak Zaire yang kembali pada dunia nyata dan memeluk tubuh Arisa yang berada di sampingnya itu.
 
"Zaire, kamu gak apa apa kan?" tanya Arisa yang diangguki Zaire.
 
"Non maaf ya Non Bibi gak tau kalau kejadiannya bakal kayak gini," ucap Bi Dian bersalah.
 
Zaire tersenyum kaku, lalu mengangguk,"Bibi gak salah, Zaire seneng kok kalau bibi gak kenapa-kenapa."

"Makasih ya, Non. Dan sekali lagi Bibi minta maaf," ucap Bi Dian.
 
Zaire mengangguk. Lalu, menatap sekitar dengan perasaan cemas, kini dirinya masih berada di trotoar depan rumahnya itu, tepat setelah kejadian beberapa menit menimpanya. Tubuh Zaire bergetar mengingat penglihatan yang baru saja dia lihat, tangannya lemas, bahkan seluruh badannya lemas, kedua matanya pun tertutup perlahan yang membuatnya kini tak sadar diri lagi.

***

Zaire mengusap matanya pelan menatap sekitarnya yang kini dirinya sedang tertidur di kasur milikny. Namun, kedua matanya kini menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.45, kedua mata Zaire terbuka lebar, menatap tak percaya jam itu, dimana sekarang adalah hari sabtu, hari setelah jumat dirinya pulang dari hutan itu, dan dia baru pertama kali bangun jam ini yang menurutnya ini sudah sangat siang.
 
"Udah bangun?" tanya Arisa yang terbangun dari tidurnya di sofa yang tak jauh dari tempat tidur Zaire.
 
"Udah hari sabtu, bund?" tanya Zaire yang diangguki Arisa.
 
"Kamu tau, bunda kawatir sama kamu, kamu belum sadar-sadar sejak kejadian itu."
 
"Maaf, Bund."
 
"Yaudah, mau makan apa? Biar Bunda siapin."
 
"Terserah Bunda, yang penting berkuah," ucap Zaire yang diangguki Arisa.
 
Setelah Arisa keluar dari kamarnya, Zaire pun mulai berlari kecil menuju meja belajarnya untuk membuka laptopnya itu menulusuri google untuk mencari suatu hal yang membuatnya kini terus betanya-tanya.
 
"Apakah seorang indigo bisa meramal dirinya sendiri?" batin Zaire sambil menekan keyboardnya itu menulusuri pencarian di google. "Sial, kagak ada," ucap Zaire menatap malas laptopnya itu yang sama sekali tidak ada jawaban dari apa yang dia tanyakan sekarang.
 
"Jangan buka laptop, Zaire. Kamu belum pulih!" tajam Arisa yang baru saja datang, dan membuat Zaire menutub pelan laptopnya dan kembali menuju tempat tidurnya.
 
"Maaf, Bund."
 
"Ini minum dulu, bentar lagi sup nya udah matang, setelah itu kamu makan," ucap Arisa memberikan secangkir berisi susu hangat itu kepada Zaire.
 
"Makasih, Bunda," ucap Zaire menerima secangkir susu hangat tersebut.
 
Zaire mulai meminum secangkir susu itu, setelah meminum dia pun mulai menatap datar cangkir yang dia bawa tersebut, sambil memikirkan satu hal yang akan dia tanyakan kepada Arisa. Namun dirinya ragu untuk bertanya.
 
"Tanya apa?" ucap Arisa seolah-olah mengerti apa yang akan Zaire katakan.
 
Zaire tersenyum menatap Arisa yang duduk di sampingnya. Entah mengapa dari dulu hingga sekarang walau Arisa selalu memarahinya, namun dia selalu mengerti apa yang di rasakan Zaire, seolah-olah Arista pernah menjadi dirinya.
 
"Bund, apa seorang indigo bisa melihat masa depannya sendiri?" tanya Zaire.
 
Arisa mengerutkan alisnya. "Bunda tidak tau pasti tentang hal itu, tapi yang terpenting ada yang bisa, ada juga yang tidak bisa," ucap Arisa yang membuat Zaire tertunduk saja. "Apa yang kamu lihat?" ucap Arisa curiga.
 
"Ahh Enggak, Bund. Cuman nanya aja," elak Zaire menatap Arisa tersenyum kikuk.
 
"Jangan bohong Zai!" tajam Arisa.
 
"Enggak, Bund," geleng Zaire. Dia hanya tak mau membuat Arisa kawatir saja.
 
"Yaudah habisin minumnya, bunda mau ke dapur dulu," ucap Arisa yang kemudian keluar dari kamar Zaire.
 
Zaire menghembuskan nafas lega, dia pun mulai meletakkan secangkir itu di meja samping tempat tidurnya. Zaire menatap datar kamarnya yang sepi tak ada suara sedikit pun, tatapan Zaire kosong menatap dinding langit kamarnya, mengingat janjinya kepada Ice untuk menyelamatkannya keluar dari hutan itu.

Zaire menghembuskan nafas berat. Kemudian dirinya menatap kosong ikan geppy miliknya yang berada di dalam aquarium kecil meja belajar miliknya. Melihat hal itu Zaire terdiam mengamati pergerakan ikan itu yang hanya bergerak di aquarium itu saja. Senyumannya Zaire mengembang begitu saja, dia akhirnya tau suatu hal yang membuat Ice masih terjebak di hutan itu.
 
"Kaca Aqurium itulah yang membuatmu tidak berenang bebas," gumam Zaire tersenyum.
 
Zaire pun mulai berjalan menuju meja belajarnya itu, mengambil aquarium kecil yang berisi satu ikan geppy itu, dan Zaire pun mulai keluar dari kamarnya sambil membawa aquarium itu menuju taman belakang rumahnya.

Saat berada di depan kolam yang cukup besar Zaire pun mulai menuangkan ikan tersebut pada kolam itu. Melihat ikan yang tadinya terkurung di aquarium miliknya kini sudah berkeliaran berenang di kolam belakang rumahnya membuat senyumman Zaire mengembang.

"Sama seperti kaca Aquarium, pasti hutan itu mempunyai rantai pengikat di sekitarnya," ujar Zaire yang kemudian mulai duduk di pinggir kolam tersebut.
 
Di ambang pintu belakang rumah, Arisa menatap tersenyum punggung Zaire putrinya itu yang kini selalu mengerti suatu hal sejak berada di sini, dia hanya berdoa Zaire bisa melakukan apa yang dia tak bisa lakukan diwaktu lalu.
 
"Akhirnya kamu mengerti Zai."

***

800 kata.

Dikit banget Thor hahah

Oke"

Kita bakal lanjutt. Doa aja agar author bisa revisi cepet, biar bisa lanjuttin cerita lain, dan buat cerita Baru\(°o°)/

Jangan lupa follow Instagram aku!

Jangan lupa follow Instagram aku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INDIGO GIRL [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang