16. Old school

3.4K 311 5
                                    

Vote and komen!

***

A

risa memakirkan mobilnya di parkiran sekolah Zaire yang sudah di sediakan. Arisa berada di sekolah ini untuk mengikuti rapat. Setelah memarkirkan mobilnya Arisa pun menatap datar kacamata di dasbor mobilnya yang selama ini dia benci.
 
"Sebenernya nih yha kalau bukan Zaire yang minta, aku juga ogah pakek kaca mata," geram Arisa yang kemudian memakai kaca mata itu dan langsung keluar dari mobil miliknya itu menuju pintu masuk sekolah.
 
Langkah Arisa berhenti setelah memasuki sekolah Zaire saat melihat wanita berambut panjang mengenakan gaun putih dengan lumuran darah yang berada di bajunya yang tak jauh darinya.
 
"Gak usah terkejut Arisa, masak udah gede masih takut sih," ucap Arisa datar yang kemudian menghembuskan nafas berat.
 
Jangan bilang Arisa hanya berpura-pura bisa melihatnya. Yah, memang Arisa juga bisa melihat mereka bahkan Zaire tidak mengetahuinya jika bundanya itu juga bisa melihat mereka.

Mengapa seperti itu? Karna Arisa menyembunyikannya dari Zaire, karena Arisa tidak mau jika Zaire menjadi penakut seperti Arisa dulu dan selalu mengandalkan kedua orang tuanya dalam keadaan mistis, Arisa hanya mau Zaire menjadi perempuan yang berani menghadapi keistimewaanya itu, dan mau menerima semua itu.

"Permisi," ucap Arisa yang berdiri di ambang pintu kantor guru.
  
Seluruh Guru pun langsung menatap Arisa yang berada di ambang pintu, menatapnya bingung dengan penampilan Arisa yang memakai kaca mata.
 
"Selamat pagi," sambung Arisa tersenyum menatap semua guru di kantor tersebut.
 
"Arisa?" panggil seorang guru tua yang menghampiri Arisa. "Vharisa Slorita Geusan?" tanya perempuan tua itu lagi dan menghampiri Arisa dengan senyuman.
 
"Bu dahlia?" Sahut Arisa yang mengenal suara itu, dan tak tanggung tanggung Arisa langsung memeluk perempuan itu.
 
"Udah besar," ucap bu Dahlia yang mengusap-usap rambut Arisa.
 
"Hahaha, ibu juga udah tua ya," jawab Balik Arisa yang membuat Bu Dahlia menatab Arisa tajam.
 
"Masih kurang ajar yah kamu!" ucap Bu Dahlia yang memukul kepala Arisa dengan gulungan kertas di tangannya.
 
"Ya enggak lah bu, udah kurang juga" jawab Arisa. "Ngomong-ngomong, ibu pensiun kapan?" jahil Arisa.
 
"Tahun depan udah pensiun."
 
"Wah makan-makan mie ayam dong bu."
 
"Kamu pikir itu perayaan saya saat keterima PNS waktu itu?'
 
"Hahaha, masih ingat juga ibu" tawa Arisa mengingat bu Dahlia mentraktir dirinya enam mangkuk mie ayam di warung sebelah sekolah, padahal murid lain hanya satu porsi saja.
 
"Permisi, dengan bu Arisa yah? Ibu Zaire?" tanya salah satu guru yang mendekati Arisa.
 
"Arisa anak kamu sekolah disini?" tanya Bu Dahlia kepada Arisa.
 
"Iya Bu, Zaire lorita."
 
"Anak baru sebulan yang lalu?" tanya Bu Dahlia yang diangguki Arisa. "Kok kamu gak bilang kalau dia anak kamu?" sambung Bu Dahlia.
 
"Maaf bu, memang saya gak kasih tau, Zaire gak mau kalau nama keluarganya berada dibawa di pendidikannya," ucap Arisa.
 
"Dengan keluarga Geusan yha, ada yang bisa saya bantu?" tanya guru itu sekali lagi.
 
"jangannn keras keras bilang Geusan nya, tolong yha untuk Bapak dan Ibu guru jangan menyebutkan nama Geusan di sekolah yha apalagi Lorita Geusan, karna ini permintaan anak saya, dia tidak mau kalau dirinya terkenal dengan nama keluarganya," ucap Arisa sabar kepada guru-guru  di sana.
 
"Baiklah," ucap serentak bapak ibu guru mengangguk Faham dengan ucapan Arisa.
 
Mendengar hal itu Bu Dahlia terkekeh dengan tingkah Arisa yang menyuruh agar menyembunyikan nama Geusan atas permintaan putrinya, memang sejak dulu Arisa sangat terkenal dengan sifat konyolnya itu, namun saja mentalnya yang dia miliki sangat kecil, apa lagi berhadapan dengan makhluk akstral dia akan sangat takut.
 
"Putrimu memang benar benar persis kamu, Ris," ucap bu Dahlia yang terkekeh dengan tingkah Arisa.
 
"Permintaan Bu, haruss diturutin," senyum Arisa kikuk. "Ya sudah bu saya pamit mau rapat dulu," sambung Arisa yang langsung berjalan menuju kelas Zaire setelah mendapatkan anggukan dari bu Dahlia.
 
Arisa pun langsung berjalan menuju kelas Zaire yang sudah banyak orang tua dan wali murid yang sudah duduk di bangku masing-masing. Saat Arisa masuk banyak pasang mata yang melihat Arisa yang memakai kaca mata hitam itu berjalan menuju kursi belakang, dan menduduki di kursi zaire bersama ibu dari Chesi.

Saat duduk di kursi itu, Arisa merasakan sesuatu yang mengganjal dalam diri seorang ibu itu. Tak tanggung-tanggung Arisa pun langsung berkenalan dengan ibu dari Chesi.
 
"Pagi, Bu," sapa Arisa kepada ibu dari Chesi. Namun balasannya dari ibu Chesi hanya mengangguk saja.
 
"Perkenalkan nama saya Vharisa Slorita, Bunda dari Zaire Lorita," ucap Arisa kepada perempuan itu sambil mengulurkan tangannya. Namun sedetik kemudian dia menggigit bibir bawahnya setelah dirinya mengoreksi ucapannya sendiri, "Maaf Zai, keceplosan," batin Arisa gelisah.
 
"Saya Amelda Fatma Aqtuar mama dari Chesi Aqtuar panggil saja Amel," ucap Amel yg membalas uluran dari dari Arisa.
 
"Ahh tidak-tidak, saya akan memanggilmu Mama Chesi," ucap Arisa yang membuat Amel tertawa akan tingkahh Arisa yang masih seperti anak kecil itu. "Em Aqtuar yha? Seperti pernah dengar," ucap Arisa mengingat ingatnya nama keluarga itu. "Anda istri dari Bapak Andre Wahman Aqtuar kah? Yang memiliki perusahaan yang ada di China?" sambung Arisa sesaat dirinya telah mengingat nama keluarga itu.
 
"Kenapa anda bisa tau?" curiga Amel karna tak banyak dari orang tua di sekolah ini yang mengetahui tentang perusahaan Aqtuar di china, karna perusahaan itu tidaklah terlalu terkenal.
 
"Saya tidak bisa berbohong, tapi saya minta anda jangan bocorkan ini, saya adalah Vharisa Slorita Geusan, istri dari Riquel Chaisen Geusan," ucap Arisa polos yang membuat Amel terkejut tak percaya.
 
"Apa kahh ini kau? Vharisa Slorita Geusan yang memiliki perusahaan di jerman yang terkenal itu kah?" tanya Amel yang masih tidak percaya.
 
"Yha tapi jangan keras-keras, saya tidak mau kalau saya ketauan, saya harap Mama Chesi bisa menyembunyikannya dan Chesi jangan sampai tau juga, karna anak saya tidak mau jika semua tau, biar mereka tau sendiri saja yha Mama Chesi," ucap Arisa kepada Amel yang diangguki saja.
 
"Bagaimana perusahaan di jerman lancarkan?" tanya Amel kepada Arisa.
 
"Lancar," jawab Arisa dengan wajah ceria.
 
"Kenapa anda tidak di jerman?" tanya Amel kepada Arisa.
 
"Perusahaan saya saya alihkan ke adik saya selama 1 bulan karna saya pindah di kota bandung ini dan akan ke jerman minggu depan ke sana," jelas Arisa yang diangguki oleh Amel.
 
Tak lama Kepala sekolah pun masuk kedalam ruangan dan menjelaskan mengapa semua wali di kumpulkan di sini dan memulai rapat. Beberapa jam kemudian rapat pun selesai, Arisa yang merasa lega dia langsung berpamitan dengan mama chesi untuk pulang.
 
"Mama chesi saya pulang dulu yha," ucap Arisa memeluk Amel, Amel yang mendapatkan pelukan dari Arisa, dia pun membalas pelukan itu.

***

Banyak typo jadi, maaf kan saya•́  ‿ ,•̀

Follow Instagram: @arellzhr_
 

INDIGO GIRL [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang