35. akhir?

2.6K 285 3
                                    

Bruk
Tubuh Rara mulai ambruk lemas di lantai. Dia belum sadar,karna kalian tau tubuh Rara sangat kecil jika sudah di masuki Arumi dengan energi yang sangat besar,mungkin itu akan membutuhkan energi yang sangat besar untuk menopang Arumi. Pintu berhasil di buka, mereka pun segera masuk kedalam rumah Pak Rama. Sedangkan Zaire dia mulai mengecek kondisi pak Rama. Satu hal yang membuatnya terkejut,pak Rama sudah tidak bisa benafas. Itu berarti Arumi berhasil merenggut kematian Pak Rama.
"Aku maaih belum tau hal yang sebenarnya terjadi, kenapa Arumi mengatakan pak Rama adalah dalang dari peristiwa itu?" gumam Zaire yang mulai memegang tangan kanan Pak Rama.
Kedua mata Zaire kini melihat sebuah ruangan yang ditempati oleh seorang laki laki paruh baya yang sedang duduk di kursi dengan menatab dokumen di hadapannya, Zaire tak kenal laki laki itu, bahkan tempat ini, Zaire juga tidak mengenalnya. Tak lama pintu ruangan itu terbuka,menampilkan pak Rama yang memakai jaz rapi dan mendejati laki laki paruh baya itu tadi.
"Dengan pak Rama yah?"tanya laki laki itu yang diangguki Pak Rama, "Saya mohon untuk segera mengundurkan diri dari sini"
"Ada salah apa pak?, saya selalu bekerja dengan baikkan?" tanya Pak Rama tak terima.
"Sangat baik, hingga saya tidak tau jika Anda sudah sangat bayak sekali korupsi di sini!" tajam laki laki itu.
"tapi pak saya tid-"
"Saya mempunyai bukti jika anda melakukan hal itu, jika kamu tidak mau mencari masalah, segeralah keluar atau saya lapor perbuatanmu ini ke polisi" ucap laki laki itu yang memperlihatkan berkas berkas hasil yang diperbuat oleh Rama.
"Apa bukti yang kuat?"
"Beberapa akhir bulan ini, bank ini melakukan pendaftaran untuk anggota baru, dan dalam pembayaran ini banyak sekali anggota yang masuk, bahkan lebih dari dua ribu orang, setiap orang hanya membayar 20.000 untuk mendaftar, bisa dibilang jika dua ribu orang itu sama saja uang yang terkumpul hasil pendaftaran sekitar 40 juta lebih sesuai hitungan, anda yang menulis di sini 40 juta lebih Kenapa uang hanya terkumpul 36 juta saja?" tajam laki laki paruh baya itu. "Untung saya tau secepatnya dari Pak Dito, atau saya bangkrut gara gara kamu!"
"Dito?"
"Ya, tangan kanan anda sendiri" ucap laki laki yang membuat Rama mengeram seketika, "Anak baru itu, sialan dia masalah terbesarku"
"tidak hanya kejadian sekarang, bahkan bapak sudah melakukan hal ini dari dua tahun yang lalu!, saya sangat kecewa sekali dengan anda" ucap laki laki itu tajam, "Sekarang anda boleh keluar, saya tidak mau melihat mu ada disini lagi!" sambung laki laki tua itu yang membuat Pak Rama mendesis pelan dan keluar dari ruangan itu, di ikuti Zaire dari belakang.
Saat berada di lantai bawah Zaire melihat pak Rama yang sedang menatab tajam Ditonyang sedang bersaliman dengan seorang laki laki yang menyalimanya memberikan selamat atas penghargaan sebagai Direktur utama yang sebelumnya dipegang oleh Rama.
"Selamat pak Dito, akhirmya anda bisa naik pangkat sebagai direktur utama" ucap selamat laki laki itu yang membuat Pak Rama mengeram menatab tajam Dito.
"terimakasih pak Rion"
"Sial Dito!, akan ku buat hidup kamu menderita setelah ini!" ucap Rama yang kemudian keluar dari tempat ini.
Zaire yang melihat itu dia hanya terdiam saja, ternyata akar permasalahan ini berawal dimana Pak Rama dipecat dari tempat ini, dan itu karna Dito yang melaporkannya, sungguh masalah rumit ini ternyata berakibat fatal di masa depan.
Zaire membuka kedua matanya menatab Pak Rama yang sekarang tengah tergeletak dihadapannya, lalu pandangan Zaire kini berada di sekitar ruangan dimana benda benda untuk penangkal setan yang memenuhi rumah ini, kini dia sekarang tau kenapa pak Rama tidak pernah keluar dari rumah, dia talut jika Arumi datang dan membunuhnya, karna dia tau dia dalang dalam kejadian hutan itu
Setelah proses pemakaman pak Rama selesai, Zaire dan lainnya memilih pulang kembali kerumah. Sesampai di rumah Zaire terdiam menatab datar segelas teh panas yang berada di tangannya itu. "Yosh akhirnya misi hutan itu selesai" ucap Zaire bergembira yang kemudian meminum segelas teh panas miliknya.
"selamat zai" ucap Niken tersenyum melihat Zaire yang sedang tergeletak dikasur dengan keadaan senang.
"akhirnya itu masalah hutan sudah terselesaikan" lega Zaire yang diangguki Niken.
"Iya Zai, lalu bagaimana dengan ice?" tanya Niken yang membuat Zaire langsung memikirkan janji yang sudah Zaure tepati itu.
"mungkin dia sekarang sudah pergi dari dunia ini, aku seneng kalau dia udah pergi, berarti janjiku sudah lunas" senyum Zaire lega.
***
Dipagi hari Zaire berjalan menulusuri koridor sekolah, yang dia pikirkan kusus sudah selesai. Dia merasa bangga karna sudah menyelamatkan angkatan selanjutnya, tidak hanya itu guru pun dan juga kepala sekolah sangat sangat berterima kasih kepada Zaire dan teman temannya. Bahkan mereka tak mengira jika ada rantai penghalang di sekitar hutan itu.
"Zaireee" teriak perempuan dengan ceria yang berlari menuju Zaire siapa lagi kalau bukan Chesi.
"Apa ches?" tanya Zaire menatab Chesi yang ada disampingnya.
"Gue Duduk bangku sama Vanes yha sehari aja pliss"mohon Chesi.
"trus aku duduk sama siapa?"tanya zaire sebal.
"Sama bang Nandoo"teriak Chesi yang mulai lari meninggalkan Zaire.
"Sial!"
Zaire mulai duduk di bangkunya,ya sudah dia duga Nando juga berada di sampingnya.
"Hai"sapa Nando.
"Hai"sapa Zaire kepada Nando balik.
"Kasus hutan itu udah selesai kan?"tanya Nando.
"Sudah dong"jawab Zaire yakin.
"Arumi?"
"Udah Balik ke alamnya"jawab Zaire.
"emang Arumi nyamperin lo?"
"tadi malem dia kerumahku"
"Ngapain?"
"Dia cerita tentang dalang dari hutan itu,dan dia juga berterima kasih kepada kita"jawab Zaire tersenyum.
"Dalang dari cerita itu?"
"Hemm"angguk Zaire.
"Apaan?"tanya Nando yang mulai penasaran.
"Katanya..."gantung Zaire.
"Apa zai?"serius Nando.
"Hanya aku sama arumi Aja yang tau,yang lain gak boleh" Jawab zaire tersenyum singkat, sedangkan Nando dia mulai sebal tak tau siapa Dalang di balik cerita ini.
"Sialan!!"
"hehhe maaf"
"Habis ulangan akhir semester ini lo mau liburan kemana?" tanya Nando yang mengalihkan pembicaraan.
"Aku ke jogja"jawab Zaire.
"Ngapain?"
"aki masih ada janji Sama Hawa waktu itu"
"ohh yang di alam itu?"ucap Nando yang teringat drngan Hawa.
"Hemm"
"Gue ikut"Mohon Nando.
"Mau?"
"Iya bolehkan?"
"Boleh"angguk Zaire tersenyum. Pelajaran pun di mulai, Zaire menhikuti pelajatan hari ini dengan tenang.
Semalam
Zaire menatab tersenyum pemandangan di luar balkon kamarnya, angin malam berhembus menerpa kulit putih Zaire yang membuat bulu kuduk Zaire berdiri seketika. Namun tak lama.Zaire meresakan udah dinsekitar lebih dingin dibandingkan yang sekarang, Zaire tersenyum merasakan energi yang sangat dia kenal, dia pun mulai membalikkan badannya menatab perempuan yang tepat berdiri tak.jauh darinya.
"Arumi" gumam Zaire menatab Arumi yang tersenyum menatabnya.
"terimakasih Zai" ucap Arumi yang diangguk Zaire, "Maaf pernah merepotkan mu" ucap Arisa bersalah.
"tidak masalah" geleng Zaire.
"Apa kamu tau alasan kenapa saya membunuh Rama?"
"Karna dia orang yang membuatmu berada didalam hutan itu"
"tidak hanya itu, dia mempunyai dendam kepada keluarga saya"
"karna jabatan"
"ya, bahkan dia berkerja sama dengan Ratih untuk menghancurkan hubungan ku dengan mas Dito, tapi yang Ratih tau pak Rama hanya ingin menghancurkan hubunganku dan Dito, bukan untuk menghancurkan karir mas Dito yang sudah di tancang oleh pak Rama"
"lalu Pak Dito meninggal?"
"Karna ulah Rama, dia sengaja menabrak Dito yang berada mobil dengan truck yang dia kendarai" ucap Ratih yang baru saja datang.
"Ratih" gumam Zaire menatab Ratih yang tak jauh darinya.
"lalu kenapa waktu aku melihat keberadaan pak Dito di kamar itu?" tanya Zaire bingung.
"mungkin itu hanya energi Mas Dito saja yang masih di ruang itu" jawab Arumi yang diangguki Zaire.
"Zai, makasih untuk semuanya" ucap Arumi dan Ratih bersamaan yang membuat Zaire mengangguk tersenyum sebagai jawaban.
Setelah itu Arumi dan Ratih menghilang begitu saja, aire menghembuskan nafas lega, tersenyum senang akhirnya dirinya kini tau kisah akhir dari hutan itu.

INDIGO GIRL [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang