• 13 •

13.5K 1.5K 91
                                        

Sepertinya yang namanya keberuntungan akan sulit didapat dalam hidup Agam.

Entah karena terlalu sibuk meratapi hidupnya atau karena memikirkan Dendi dan Hasna, yang jelas semalam Agam tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Agam baru tertidur pukul 2 pagi tadi. Akibatnya Agam menjadi telat berangkat ke sekolah.

Tidak sampai disitu saja. Seolah tidak pandang bulu dan tidak mau repot-repot bertanya, guru piket yang berjaga didepan langsung menyuruh Agam ke lapangan.

Dan disinilah Agam. Berdiri ditengah lapangan yang luas. Agam sejujurnya merasa kesulitan harus berdiri dengan menyangga tubuh menggunakan tongkat.

Bukan hal yang mudah tentunya. Apalagi kedua tangan Agam terasa pegal dan perut Agam pun terasa lapar.

Tadi karena terlalu buru-buru Agam sampai tidak sempat sarapan. Walau pun hal itu memang sudah sering di alami. Nyatanya Agam tidak pernah terbiasa.

Suasana sekitar pun tampak sepi sebab jam pelajaran tengah berlangsung saat ini.

Agam mencoba tersenyum saat melihat Pak John, guru olahraga disekolahnya kini tengah berjalan kearahnya.

"Capek Gam?" tanya Pak John basa-basi.

Agam pun mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu itu kenapa bisa telat toh?" tanya Pak John sambil bersedekap dada.

"Maaf Pak, tadi saya bangun kesiangan" jawab Agam apa adanya.

Pak John lantas menghela nafas. Seperti bosan mendengar alasan Agam. Alasan yang dipakai murid yang telat dari generasi ke generasi.

Tidak pernah ada perubahan alasan yang lebih elit lagi.

"Bapak tadi dari ruang guru. Katanya beberapa nilai kamu turun" ujar Pak John yang membuat Agam diam membisu.

Agam memang belakangan ini tidak mengerti beberapa materi yang dijelaskan dikelas.

Agam pernah meminta teman sekelasnya mencoba mengajarinya materi yang tidak Agam mengerti.

Alih-alih menolak, mereka justru mengabaikannya. Entah apa yang membuat mereka seperti itu yang jelas Agam merasa bahwa mereka enggan berteman dengannya.

"Ayo ikut Bapak, hukuman kamu sudah selesai"

Lantas Pak John berbalik dan berjalan menuju kantin.

Agam hanya mengikuti dalam diam. Tidak berani mengeluarkan suara.

"Bapak uda izinin kamu sama guru yang mengajar. Bapak tidak ingin basa-basi Gam. Sebenarnya apa yang membuat kamu tidak fokus sehingga membuat nilai-nilai kamu turun?" tanya Pak John pada anak muridnya itu.

Agam diam sejenak. Agam bingung harus menjawab apa.

"Saya kurang mengerti materi yang disampaikan Pak"

Kerutan didahi Pak John muncul. Tanda bahwa pria itu tengah bingung.

"Kalau tidak pada gurunya langsung, setidaknya kamu bisa bertanya pada temanmu yang mengerti. Jangan diam saja. Apa kamu tidak punya teman dekat?"

Agam pun memaksakan senyumnya.

"Uda pernah dicoba Pak. Tapi pertanyaan saya juga diabaikan. Sulit mendapatkan teman dengan kondisi saya yang seperti ini Pak" jawab Agam dengan senyum getirnya.

Sementara Pak John tampak terdiam. Tidak memungkiri bahwa menjadi Agam memanglah sulit.

"Demi memperbaiki nilai itu, kamu tanyakan langsung pada gurunya. Jangan diam saja" tegas Pak John. Agam pun mengangguk tanda mengerti.

AGAM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang