Selepas mengganti baju, Agam pun diajak pergi keluar oleh Dendi dan Hasna.
Awalnya Agam menolak lagi. Agam hanya takut Mbak Tika dan yang lainnya berpikiran buruk mengenai dirinya.
Agam takut mereka berpikir bahwa Agam bisa seenak jidat tidak masuk kerja dan bisa sepuasnya jalan-jalan keluar dengan bos tanpa harus bekerja.
Namun yang terjadi saat berpapasan dengan mereka sungguh berbeda.
Agam bahkan masih terdiam saat Mbak Tika dan yang lainnya memberikan ia senyum tulus.
Lalu Mbak Tika mendekat dan mencubit gemas pipi Agam.
"Cie dedek gemes mau kemana nih?" goda Mbak Tika yang membuat mereka hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
Agam hanya mampu diam. Tidak berani menjawab.
Dendi yang mengerti situasi puun lantas menepuk lembut pundak Agam.
"Ditanyain tuh sama tante genit" ujar Dendi sengaja. Dan hal itu berhasil membuat mereka semua tertawa lepas.
Apalagi Hasna yang juga geli saat melihat ekspresi Tika yang sudah masam.
"Agamnya saya bawa dulu ya hari ini" ujar Hasna yang diangguki mereka semua.
"Bawa aja bu, disini bisa kami tangani dengan baik kok" jawab salah satu dari mereka yang tampak fokus memotong daging.
Hasna dan Dendi pun lantas bergegas pergi. Dendi pun dengan sabar memperhatikan tiap langkah Agam. Takut anak itu tersandung atau jatuh.
Sejujurnya Dendi bisa saja segera mengangkat Agam menjadi anaknya dam Hasna. Tapi, Agam berulang kali menolak dengan masih bisa sabar sebentar lagi.
Tentu saja Dendi dan Hasna tau semua tentang Agam. Tentang Ayah angkatnya bahkan saudara kandung Agam. Mereka tau pasti masalahnya. Hasna juga kerap kali khawatir jika Agam dirumah bersama ayah angkatnya.
Dendi dan Hasna benar-benar menyayangi Agam. Mereka seperti punya ikatan tersendiri dengan Agam. Yang membuat mereka nyaman saat bersama Agam.
Dendi tentu saja tidak tega melihat Agam yang masih sangat muda harus menanggung beban sedemikian berat.
Tapi disisi lain dia bangga pada kesabaran Agam. Agam itu anak yang baik dan tidak banyam tingkah.
Dendi hanya perlu bersabar menunggu waktu sampai pada saatnya Agam akan meminta dengan sendirinya untuk ia jemput.
Dan disinilah akhirnya mereka berada. Di area taman yang tampak ramai dengan pengunjung.
Banyak anak-anak yang tampak bermain dan juga ada yang sedang sekedar duduk melepas penat dengan melihat keramaian yang ada.
Hasna pun menuntun Agam untuk duduk disalah satu kursi taman.
Pandangan Agam meliar ke sekeitar dan senyumnya pun terbit. Suasana disini tampak hangat dan membuat Agam merasa tenang.
"Agam seneng ya?" tanya Hasna lembut seraya mengusap lembut kepala Agam.
Agam mengangguk antusias dengan pandangan yang masih fokus pada sekitarnya.
"Agam haus enggak?" tanya Dendi yang membuat atensi Agam beralih pada pria itu.
Detik selanjutnya Agam pun mengangguk kaku.
"Agam mau apa? Bilang aja biar Om beliin" ucap Dendi seraya menunjuk jejeran pedagang yang ada diseberang taman.
Mata Agam tampak berbinar saat melihat itu semua.
"Bingung mau pilih yang mana Om" ucap Agam dengan jujur yang berhasil membuat Hasna tersenyum geli.
Dendi pun bangkit seraya berucap,
"Yauda tunggu disini dulu ya biar Om beliin makanan yang enak"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAM (End)
Fiksi RemajaAgam itu selalu sendiri. Tidak ada penyemangat atau sosok yang selalu menyemangatinya. Ditengah kesulitan hidup yang pelik, Agam berusaha keras tetap bertahan. Menanti sebuah pelukan hangat dari satu-satunya keluarga yang ia punya. Selain pelukan, A...
