• 22 •

13.5K 1.3K 55
                                    

Sekolah Agam sudah bubar 20 menit yang lalu. Tapi, Agam masih belum pulang.

Agam kini berada diruangan Pak John, Bu Nursia, serta beberapa teman sekelasnya pun turut hadir di ruangan itu.

Agam memandang sekitarnya dengan tatapan kosong. Tidak ada binar sama sekali di matanya.

Agam merasa apapun yang terjadi setelah ini semoga bukan membuat semuanya semakin buruk.

Kejadian tadi berputar di kepala Agam tanpa mau berhenti. Membuat Agam merasa bahwa memang tidak ada yang menyuainya hidup didunia ini.

Tidak ada yang mau menerimanya. Agam tidak pernah mengganggu mereka. Tapi, mereka semua selalu berusaha mencari celah agar bisa membuat Agam tersiksa.

Flashback on

Istirahat pertama sudah berkahir lima menit yang lalu. Tapi ketegangan didalam kelas Agam seolah tidak mau usai.

Agam memandang wajah Benedict tajam. Begitu pula dengan Benedict. Aura permusuhan ditunjukkan Benedict pada Agam.

"Mending lo jujur deh! Biar semja orang tau sekalian kalau sebenarnya selalin cacat lo juga pencuri!" bentak Benedict yang membuat telinga Agam terasa panas.

Pencuri? Semiskin-miskinnya Agam, ia tidak akan pernah menempuh jalan mencuri demi sesuap nasi sekali pun.

Agam paling benci dikatai cacat dan paling benci dibilang pencuri. Benedict tidak hanya mempermalukannya didepaj semua orang, tapi juga memfitnahnya.

Namun, mirisnya tatapan teman sekelasnya seolah lebih percaya pada Benedict. Mereka menatap Agam dengan pandangan sinis.

"Heh cacat! Lo bisu ya? Gue ngomong sama lo bangsat!"

Agam memberi tatapan tidak suka pada Benedict.

"Bukan gue yang ambil uangnya" jawab Agam seadanya. Berusaha meredam emosi walaupun tatapan Agam menunjukkan bahwa cowok itu tidak suka akan yang dituduhkan Benedict padanya.

"Jadi kalau bukan lo siapa?! Setan?!" balas Benedict tak terima. Benedict yang sudah termakan emosi pun mendorong bahu Agam yang mengakibatkan Agam sedikit oleng.

"Lo itu kalau uda cacat jangan nyusahin. Jangan caper apalagi bikin ulah! Lo kesel karena gue tagih uang kas kemarin makanya lo nyolong dompet gue?!" tuduh Benedict sambil menunjuk-nunjuk muka Agam yang sudah memerah menahan amarah.

"Jangan seenaknya lo nuduh! Kenapa dari sekian banyak orang dikelas ini, cuma gue yang dituduh?" tanya Agam seraya maju mendekati Benedict yang kini mundur.

"Y-ya karena cuma lo yang punya masalah sama gue disini. Mereka baik-baik aja sama gue. Jadi lebih mungkin lo yang ambil. Uda deh ngaku aja. Sebelum Bu Nursia masuk dan masalahnya makin runyam!" balas Benedict tak sabaran.

Agam menghela nafas kasar dan menatap tajam Benedict.

"Mulut lo itu gak berpendidikan banget ya! Mulut lo isinya cuma kata-kata gak berfaedah. Setelah lo permaluin gue gini lo minta gue ngaku buat kesalahan yang gak gue perbuat? Jangan harap!" bentak Agam untuk pertama kalinya.

Benedict mendesis tidak suka atas ucapan Agam barusan.

Bugh

Agam meringis saat Benedict memukul wajahnya. Meninggalkan bekas memar di wajahnya.

"LO UDA MISKIN GAK TAU DIRI LAGI! BANGSAT!" teriak Benedict murka dan hendam menghajar Agam lagi namun ditahan oleh teman-temannya.

"Lepas bangsat! Gue mau hajar bocah miskin itu!" bentak Benedict saat kedua tangannya ditahan oleh temannya.

"Jangan gegabah. Lo uda kelewatan. Pikirin akibat dari yang lo perbuat" peringat salah satu teman Benedict yang membuat Benedict berontak.

"Persetan sama itu semua! Gue cuma mau hajar si bangsat itu!" balas Benedict sambil menatap Agam yang berusaha berdiri dengan tongkatnya.

"APA-APAAN INI?!" sentak suara itu yang membuat perhatian seisi kelas sontak beralih kearah pintu dan terdiam melihat Bu Nursia yang menatap mereka tajam.

Ketua kelas mereka pun bangkit dan menjelaskan apa yang terjadi. Buk Nursia semakin murka saat melihat wajah Agam yang lebam dan wajah Benedict yang memerah karena emosi.

"Atas dasar apa kamu bisa menuduh Agam seperti itu?" tanya Bu Nursia yang membuat Benedict menatap Agam tajam.

"Bu, lebih baik kalau kita geledah semua tas. Biar masalahnya nemu titik terang" ujar sekretaris kelas yang diangguki Bu Nursia.

Mereka mulai memeriksa semuanya satu-persatu. Sampai akhirnya Bu Nursia berhenti di bangku Agam.

Bu Nursia lantas memeriksa isi tas Agam. Tak lama Bu Nursia terdiam dan Benedict yang langsung heboh.

"Itu dompet saya bu!" seru Benedict yang membuat seisi kelas hening.

"Kalian berdua ikut ibu keruangan Pak John sekarang. Oiya sekalian sama ketua kelas dan bendahara" perintah Bu Nursia yang langsung melenggang meninggalkan kelas.

Sementara Agam terdiam menatap kosong semua yang baru saja terjadi.

Sungguh, bukan Agam yang mencuri dompet milik Benedict. Tapi, kenapa dompetnya bisa ada di tasnya?

Agam pun mengayunkan tongkatnya pelan keluar kelas. Tanpa sadar bahwa seseorang tersenyum sinis menyaksikaj kejadian ini. Erlang.

Flashback off

Kini Agam hanya bisa pasrah saja sekarang. Membela pun tidak ada gunanya. Sekolah mereka tidak memiliki cctv. Jadi Agam akan sulit membela diri.

Orang tua Benedict sudah hadir. Hanya tinggal menunggu Alex. Ya, Agam terpaksa membebani kakaknya. Sebab, Agam tidak tau lagi harus menghubungi siapa.

Pak John masih menatap Agam yang terlihat putu asa. Awalnya Pak John tidak menyangka dan tidak percaya bahwa Agam mencuri.

Namun, dari bukti yang didapat bahwa dompet Benedict ada di tas Agam. Membuat Pak John mau tak mau harus percaya.

"Kemana kakak kamu Agam? Kenapa dia lama sekali?" tanya Bu Nursia yang tidak sabar menunggu.

Agam hanya bisa menggeleng sebagai jawaban. Agam takut jika kakaknya tidak datang. Tapi, mengingat kejadian kemarin, sepertinya Agam memang tidak punya harapan.

"Pak, kalau lima menit lagi kakaknya tidak datang. Kita bahas saja semuanya dan berikan hukuman pada Agam. Menunggu begini terlalu membuang waktu" ujar Benedict yang disetujui oleh mereka semua.

Pak John hanya diam dan memandang Agam yang kini juga menatapnya.

Pak John tersentak saat Agam justru tersenyum seolah mengatakn bahwa Agam baik-baik saja. Padahal jelas sekali senyum itu palsu.

Pak John menghela nafas sebelum mendengar suara pintu diketuk yang membuat mereka mengalihkan tatapan kearah pintu.

¤¤¤

Selamat membaca😊

Salam manis,
Ans Chaniago

18:12 WIB

Maafkan typo.

16 Mei 2020

AGAM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang