• 9 •

13.4K 1.4K 43
                                        

Tadi malam saat sampai dirumah Agam tidak menemukan Ayah dimana pun. Detik itu juga Agam tau bahwa Ayah tidak akan pulang malam ini.

Dan sampai pagi menjelang Agam juga tidak melihat Ayah.

Padahal pagi itu Agam memasak ayam goreng, tumis kangkung, dan membuat teh manis dingin. Makanan favorit dan minuman favorit Ayah.

Agam berharap Ayah akan duduk bersamanya untuk memulai sarapan pagi ini.

Tapi Ayah tidak kunjung pulang. Agam akhirnya meninggalkan catatan kecil diatas meja ruang tamu. Yang berisikan bahwa di lemari sudah ada sarapan yang Agam siapkan untuk Ayah.

Pagi ini pula Agam berangkat diantar oleh Hasna. Hasna benar-benar datang ke sekolah Agam untuk memenuhi panggilan itu.

Agam hanya berharap datangnya Hasna bisa membuat pihak sekolah mau memberikan waktu pada Agam untuk bisa membayar uang sekolah.

Namun, yang terjadi justru diluar dugaan. Hasna bersedia melunasi uang sekolah Agam bahkan sampai akhir semester nanti.

Awalnya Agam menolak namun Hasna tidak mengindahkan. Hasna pikir ini yang bisa ia bantu agar Agam tidak perlu lembur di restoran miliknya.

Agar anak itu memiliki waktu istirahat yang cukup.

Kini mereka tengah berjalan di sepanjang koridor yang sepi. Sebab jam pelajaran tengah berlangsung.

"Agam kenapa diam aja? Marah ya sama ibu?" tanya Hasna pada Agam yang hanya diam semenjak mereka keluar dari ruangan tadi.

Agam menggeleng. Lalu menoleh pada Hasna.

"Agam ngerasa gak enak sama Ibu. Agam uda banyak nyusahin Ibu sama Om. Agam minta maaf ya bu. Agam janji kalau uda ada uangnya pasti uang Ibu Agam ganti" ujar Agam panjang lebar. Dari raut wajahnya. Hasna tau bahwa Agam merasa bersalah.

Hasna pun tersenyum hangat dan mengelus puncak kepala Agam dengan lembut.

"Agam gak perlu ngerasa bersalah apalagi sampai mau ganti uang itu. Ibu malah senang bisa bantu Agam. Ibu gak mau Agam harus lembur sementara Agam besoknya sekolah. Agam uda seperti anak Ibu. Jangan sungkan sama Ibu nak" balas Hasna panjang lebar.

Agam pun tersenyum dan mengangguk. Walau dalam hatinya ia masih merasa bersalah.

"Mulai hari ini sampau seterusnya Agam gak usah lembur-lembur lagi. Yang lain juga pada ngerti kok. Agam fokus aja sama sekolahnya" titah Hasna yang hanya mampu diangguki Agam.

Kini mereka berdua berhenti saat sudah dekat dengan kelas Agam.

Hasna tampak mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak bekal biru polos dan air mineral, lalu menyerahkannya pada Agam.

Agam awalnya ragu menerima. Namun, dengan lembut Hasna menarik tangan Agam dan memeberikan bekal itu.

"Yauda Ibu pulang dulu ya. Bekalnya harus habis. Mulai sekarang jangan sering telat makan. Mulai besok juga Ibu bakal kirimin bekal buat Agam. Biar makannya teratur" jelas Hasna yang membuat Agam hendak memprotes.

"Ini juga permintaan Om. Om bilang kamu harus sehat dan harus makan yang teratur. Ibu tau ini mungkin sedikit berlebihan. Tapi Ibu dan Om ngerasa senang ngekaluinnya. Kami merasa seperti punya anak sendiri" lirih Hasna dengan raut sendu.

Agam tak mampu berkata-kata. Bahkan sampai Hasna pergi dari hadapannya. Yang Agam rasakan sekarang ini adalah kekosongan yang seolah kembali terisi.

Agam merasa sosok Ibu dan Ayah kembali di hidupnya. Kehangatan yang Agam sempat rasakan kini seolah ia dapatkan kembali.

Agam tidak dapat berbohong bahwa ia begitu senang sekarang. Bahkan Agam tidak sadar bahwa matanya sudah berkaca-kaca.

AGAM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang