Rutinitas Agam perlahan kembali seperti biasa. Semuanya perlahan kembali seperti semula.
Hanya ada yang berbeda. Agam sedikit berubah. Agam menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara jika tidak dibutuhkan.
Semenjak kejadian kemarin, Agam tidak pernah lagi datang ke halte untuk menunggu kakak pulang.
Agam lebih memilih bekerja di salah satu cafe sebagai tukang cuci piring juga. Sepulang dari sekolah Agam punya waktu 2 jam untuk bekerja.
Upahnya memang kecil tapi Agam bersyukur karena pemilik cafe menerimanya bekerja walau cuma 2 jam saja.
Pulang dari cafe Agam kembali bekerja di restoran Ibu Hasna. Agam mengerjakan tugasnya sampai jam kerjanya selesai.
Tidak lagi Agam iyakan jika Mbak Tika dan yang lainnya meminta ia pulang duluan. Agam akan tetap bekerja sampai selesai.
Tidak berhenti sampai disitu, pulang dari restoran Agam akan membuat donat untuk ia titipkan di warung. Hasilnya lumayan.
Agam mendapatkan modal membuat donat dari Alex yang sempat menaruh beberapa lembar uang merah di belakang vas bunga ruang tengah.
Alex meletakkannya sebelum pulang kemarin dengan temannya.
Agam melakukan semua pekerjaan itu bukan semata-mata hanya untuk kebutuhan sehari-hari.
Tapi, Agam punya alasan lain. Agam harus melunasi semua hutang Ayah. Agam pikir setelah berusaha bangkit Agam bisa menjalani hari yang berat dengan sedikit senyuman.
Namun, semesta seolah tidak.senang membiarkan Agam beristirahat. Kini Agam akan terus dikejar orang yang menagih hutang Ayah itu.
Flashback on
Matahari sudah tenggelam dan kini digantikan bulan yang bersinar terang diatas sana.
Suasana sekitar rumah Agam tampak sepi sekali. Tapi, Agam belum juga terlelap meski hari sudah larut.
Agam masih betah duduk diruang tengah sambil memandang foto Ayah dan Ibunya.
Agam mulai berusaha menerima kenyataan. Bahwa mereka telah pergi dan tidak akan pernah kembali.
Hidup terus berlanjut. Agam harus bangkit walau ia tidak punya sandaran bila ia nantinya terjatuh lagi.
Tok tok
Agam lantas menoleh kearah pintu yang tertutup saat mendengar ada seseorang yang mengetuknya.
"Siapa ya malam-malam gini datang kerumah?" tanya Agam pada dirinya sendiri.
Agam meletakkan foto itu di meja dan bergegas bangkit dengan kedua tongkatnya.
Agam melirik jam yang menunjukkan pukul sembilan malam. Agam ragu apakah ia harus membuka pintu itu atau tidak?
Dengan pelan Agam menganyunkan tongkatnya menuju pintu dan memutar kunci lalu pintu itu pun ia buka.
Agam terkejut saat melihat tiga pria berbadan besar dilengkapi dengan tato diseluruh tubuhnya kini berdiri persis didepan Agam.
"Wah wah lihat siapa yang berani menemui kita" ujar salah satu dari mereka dengan raut wajah yang menyeramkan.
Agam ketakutan. Jika saja bisa berlari, mungkin Agam sudah berlari sekarang.
"Ada yang bisa saya bantu Paman?" tanya Agam yang berusaha untuk tenang.
"Tentu. Lo bisa serahin uang lo sama kita anak kecil" ujar salah satu pria disebelah kanan dengan santai.
![](https://img.wattpad.com/cover/211467081-288-k488847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAM (End)
Novela JuvenilAgam itu selalu sendiri. Tidak ada penyemangat atau sosok yang selalu menyemangatinya. Ditengah kesulitan hidup yang pelik, Agam berusaha keras tetap bertahan. Menanti sebuah pelukan hangat dari satu-satunya keluarga yang ia punya. Selain pelukan, A...