Hari sudah berganti menjadi sore. Jalanan juga terlihat padat sebab sudah waktunya jam pulang kerja.
Sebagian orang tampak menunggu dengan sabar di halte. Menantikan bus agar mereka bisa lekas kembali kerumah.
Tapi, tidak bagi Agam. Selepas pulang sekolah Agam langsung datang ke restoran untuk menemui Ibu Herna.
Sebenarnya Agam takut dan ragu sebab kemarin Agam absen dari bekerja. Agam takut Bu Hasna marah dan mengusirnya.
Atau yang lebih buruknya mungkin ia sudah di pecat dari kemarin.
Keringat pun tampak meluncur deras sehingga Agam berulang kali menyekanya dengan punggung tangan.
Bahkan seragam sekolah pun terasa basah sebab Agam yang buru-buru mengayunkan tongkatnya menuju restoran tadi.
Dan sudah hampir lima belas menit Agam hanya mampu diam menatap pintu belakang restoran ini.
Sejenak Agam berpikir untuk pulang saja. Namun, saat memikirkan tentang surat yang diberi Bu Ratna membuat Agam akhirnya membuka pintu itu dengan tangan yang gemetar.
"Agam! Astaga kamu itu kemana aja?!" seru salah satu perempuan yang 3 tahun lebih tua dari Agam. Mbak Ela, yang merupakan pelayan di restoran ini.
Agam hanya mampu terdiam bahkan saat dari mereka mulai mengerubunginya.
Bahkan Keno yang terkenal irit bicara pun sampai meninggalkan sup yang tengah ia masak guna memindai apakah Agam baik-baik saja.
"Dek? Kok diam aja sih? Kamu sakit? Kenapa kemarin gak masuk kerja?" tanya Mbak Ela lagi.
Raut mereka menunjukkan raut khawatir sekaligus lega saat melihat Agam baik-baik saja.
Agam tampak tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Maaf" lirih Agam.
Dengan gemas pun Mbak Tika, perempuan yang 2 tahun lebih tua dari Agam mencubit pipi Agam. Mbak Tika tampak tersenyum ramah.
"Ibu kemarin nyariin kamu loh dek. Ibu khawatir karena kamu kemarin gak masuk kerja"ujar Mbak Tika.
Agam kini merasa bersalah. Sangat.
Lalu suara pintu dapur yang dibuka pun mengalihkan atensi mereka semua.
Tampak Bu Hasna yang terdiam dengan pandangan yang tertuju pada Agam.
Dengan cepat wanita itu langsung berjalan menuju mereka dengan raut datar.
"Kalian ngapain ngumpul-ngumpul disini?" tanya Bu Tika dengan nada dingin.
Mereka semua diam dan tidak berani menjawab.
"Ada banyak pelanggan yang menunggu diluar. Kembali bekerja!" perintah Bu Hasna yang membuat mereka dengan tidak rela meninggalkan Agam dengan Bu Hasna.
Pandangan Bu Hasna beralih pada Agam yang menunduk.
"Kamu ikut keruangan saya sekarang!" perintah Bu Hasna lalu berjalan duluan menuju ruangannya.
Agam kini berusaha menahan tangisnya. Entah kenapa Agam merasa ini pantas ia dapat. Mengingat Agam yang kemarin absen, hal itu pasti membuat Bu Hasna menganggap Agam sesuka hati mau masuk atau tidak.
Agam pun mengayunkan tongkatnya dengan hati-hati mengikuti langkah Bu Hasna.
Sementara Mbak Ela dan yang lainnya hanya bisa berdoa bahwa Agam akan baik-baik saja.
Lalu ayunan tongkat Agam berhenti diambang pintu rungan Bu Hasna.
Agam dapat melihat wanita itu sudah duduk di kursi meja kerjanya. Sementara Agam memilih berdiri. Saking takutnya Agam tidak berani untuk sekedar duduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGAM (End)
Novela JuvenilAgam itu selalu sendiri. Tidak ada penyemangat atau sosok yang selalu menyemangatinya. Ditengah kesulitan hidup yang pelik, Agam berusaha keras tetap bertahan. Menanti sebuah pelukan hangat dari satu-satunya keluarga yang ia punya. Selain pelukan, A...