07. Pingsan

39 13 6
                                    

Gue bahagia kalo dia bahagia,
tapi gue lebih bahagia kalo
dia bahagia gara gara gue.

-KelvinAB.

¤¤¤

KelvinPov.

Abii kenapa lagi? Dia sakit atau gimana sih? Tiba tiba nyuruh gue nutup mata make dasi kayak tadi.

Dan tanpa pikir panjang gue langsung nurutin apa yang Abii suruh.

Gue denger suara resleting tas di buka, dia mau ngambil apa? Gua mau nanya, tapi gak jadi gara gara denger nafas dia gak beraturan. Sekian lama gue nutup mata akhirnya dia nyuruh gue lepas tutupan mata gue.

Buru buru gue lepas, gue liat muka dia pucet banget.

"Lo gapapa? Ada yang sakit? Mau ke rumah sakit aja?" ucap gue spontan ngusap pipinya dengan lembut dan tangan kiri yang megang tangan dia erat.

Kenapa tangannya berkeringat? Apakah gadis ini sakit?

'Kenapa gue tiba tiba khawatir sama Abii segini nya ya? Kayaknya gue mulai jatuh cinta sama gadis di depan gue saat ini. Tapi masa sih?!' batin gue mengarang.

"I'm fine!, gak mau pulang nih?" ucapnya tersenyum membuat detak jantung gue berpacu cepat, ya lord! semoga dia gak denger bunyi detak jantung gue.

Yaampun senyumnya manis banget! Tahan Vin, tahan gak boleh gegabah! Lo kuat kok Vin!

Dia natap gue seolah meyakinkan gue kalo dia baik baik saja. Gua yang gak mau bikin dia bingung buat jawab pertanyaan gue ntar akhirnya diem dan nyimpan pertanyaan itu sendiri.

"Yaudah yukk balik, biar kamu bisa istirahat" ucap gue dengan senyum terbaik. Dia ngangguk, gue ajak dia berdiri.

Gue tuntun dia buat nurunin anak tangga, tangan gue yang genggam tangan dia selalu gue eratkan.

Gue ngelirik dia dari ujung mata, dia keliatan bahagia dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Gue bahagia kalo dia bahagia, tapi gue lebih bahagia kalo dia bahagia gara gara gue.

Baru beberapa nurunin anak tangga, gue ngerasa tiba tiba Abii berhenti. Gue balik badan, gua liat dia mau jatuh. Dengan sigap gue tangkap dia sebelum dia jatuh.

"Abii... Bii... Lo kenapa? Bangun Abii" ucap gue sambil nepuk nepuk pipinya pelan. Perlahan matanya mulai menutup dan hilang kesadaran.

Gue khawatir pas dia pingsan, gue takut dia kenapa napa.

Tanpa pikir panjang gue angkat badan dia dengan gaya bridal style. Gue turuni anak tangga dengan tergesa gesa dan hati hati.

Akhirnya gue sampe di pintu keluar rooftop. Gue lewati koridor sekolah satu persatu, dan ngelewati lapangan sekolah. Disana ada banyak anak yang sedang bermain basket.

"Kelvin mau kemana lo?" teriak Didi dari lapangan, dia salah satu sahabat gue.

Gue terus lari tanpa ngehiraukan pertanyaan dari sahabat gue, yang gue pikirkan sekarang adalah keadaan Abii. Gue gak mau Abii kenapa napa.

Sampe di parkiran sekolah, gue masukkan Abii ke dalam mobil gue dengan hati hati. Gue mutar mobil dan masuk di tempat kemudi. Gue keluarkan mobil gue dari parkiran sekolah menuju rumah sakit.

Jalan demi jalan gue lewati, tanpa gue hiraukan klakson dari banyak pengemudi lain yang gue selipi secara brutal dan mendadak.

Sesampainya di rumah sakit, gue langsung gotong Abii menuju ke UGD dan menaruhnya di atas brankar.

Suster yang berlalu lalang segera menghampiri Abii.

"Lohh Abii?" ucap salah satu perawat. 'Kenapa perawatnya kenal sama Abii?' batin gue sambil dorong brankar Abii.

"Maaf, anda hanya bisa mengantar sampai sini. Selebihnya bisa menunggu di kursi tunggu" ucap salah satu perawat sebelum menutup rapat pintu UGD.

Gue yang kepalang dengan kondisi Abii cuman bisa mondar mandir di depan pintu UGD dengan mengucap doa sebanyak banyaknya.

Gue duduk dan berpikir keras mengulang kejadian kejadian tadi sehingga membuat Abii pingsan. Gua mau ngabarin keluarganya, tapi gue ga ada nomornya. Tiba tiba datang seorang dokter masuk ke UGD dengan tergesa gesa.

Udah satu jam gue nunggu tapi belum ada kabar dari perawat atau dokter di dalam.

Waktu gue mau berdiri tiba tiba pintu UGD ke buka dan keluarlah para perawat.

Pas gue mau nanya ke salah satu perawat tentang kondisi Abii. Ternyata Abii udah ada di belakang perawat bersama seorang dokter tadi. Dan gue kaget, tadi dia pingsan bahkan mukanya pucat banget. Tapi kenapa sekarang udah bisa pulang? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana tadi?

"Abii ini siapa?" goda sang dokter yang melirik ku dengan senyum geli.

"Temen bun" jawab Abii. What?! Ahh iya sekarang kami masih menjadi seorang teman, tapi liat aja, bentar lagi lu bakal jadi milik gue Abii.

"Temen? Yakin nih temen?" tambah dokter yang semakin gencar menggoda Abii.

"Iyaa bun temen, yaampun" telak Abii tak terima dengan pipi yang sudah mulai memerah.

"Yaudah kalo gitu bunda tinggal yaa, 'temenan' yang baik. Jangan lupa istirahat yang banyak" tutur dokter menekan kata 'temenan' seraya memeluk Abii.

Abii membalas pelukan dokter dengan erat seperti tak mau melepasnya. Gue yang ngeliat moment itu pun cuman bisa tersenyum.

"Titip Abii yaa, saya percaya sama kamu" ucap dokter kepada ku setelah melepas pelukannya.

"Iyaa, pasti saya jaga dengan baik" jawab gue gugup. Gue ngelirik name tag yang terdapat di almameter dokter itu.

dr. Sarah Sastro, Sp.P.D.
internist.

Bagian dalam? Abii sakit apa sih sampe dokter spesialis organ dalam ikut nimbrung nolong Abii. Ohh atau mungkin ini momnya Abii??

Ah udah lah gak tau, biar nanti Abii aja yang cerita sendiri ke gue. Sang dokter akhirnya meninggalkan kami berdua. Gue langsung deketin Abii. 'Dia ngelamun?' batin gue.

Dan benar saja Abii ngelamun, dia kaget waktu gue ngambil tangan kanannya dengan menggenggamnya sangat erat.

--------------------------------
-----------------------------------------

@ulpisang._ // "paus-theblue.

Oohhayyooo! gimana ceritanya? gajel yak? wkwkk maap.

Mohon doa ama supportnya geys. And terima kasih yang udah baca:>

-----------------------------------------

Strong Girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang