24. Pemegang Janji

21 3 27
                                    

Gue bukan
kakak yang baik
buat lo.

-CAbiiS.

øøø

"Permisiii..." ucap Abii datar hingga mengagetkan seluruh penghuni ruangan.

Tempat yang ia kunjungi sekarang adalah kantor, tempat dimana ia harus menyelesaikan urusannya yang belum terselesaikan.

Dia terlihat seperti orang yang baru saja bangkit dari kubur. Rambut yang meneteskan air dari ujung rambutnya yang acak acakkan, seragam terdapat bercak tanah di sana sini, baju yang basah dan muka datar tak bersemangat menambah kesan mengerikan pada dirinya ditambah lagi cuaca di luar sana sedang gelap dan hujan deras.

"Bu Yuni, dimana?" ucapnya membuat seisi kantor mengernyit bingung, karena suaranya tak terdengar jelas sebab suara gemercik air dan petir jauh lebih besar di banding suaranya.

Pak Wijaya mendekati Abii. Beliau adalah guru olahraga khusus kelas 10.

"Naon Bii? Cari siapa Abii?" ucap pak Wijaya cukup keras karena hujan bertambah deras, takutnya Abii tak mendengar suaranya.

"Bu Yuni" jawab Abii datar nan santai menatap tajam pak Wijaya.

Sedangkan yang di tatap hanya menampang wajah takut bercampur geram. Apakah anak ini tidak punya sopan santun?!

"Ini saya, kenapa kamu nyari saya?" suara seseorang di sebelah Abii mengejutkan kedua manusia yang sedang bersitatap tadi.

Dengan cepat Abii bersikap tenang dengan tampang poker face miliknya.

"Hukuman" jawab Abii menatap bu Yuni.

Wanita berperawakan tua dengan kaca mata yang setia bertengger di depan mata dan tongkat kecil yang selalu ia pegang serta tatapan intemidasi dapat membuat nyali siapa saja merasa menciut jika di tatap. Tapi tidak dengan Abii, mungkin Abii dan bu Yuni ada persamaan? Bu Yuni paham apa yang di katakan oleh Abii.

Karena guru Killer yang Abii beri tau di kantin tadi adalah beliau. Beliau sangat bangga, kagum sekaligus geram dengan anak didiknya yang satu ini. Menurutnya Abii berbeda dengan anak brandalan lain. Mungkin jika anak brandalan lain berada di posisi Abii, mereka memilih untuk kabur demi tidak mengingatkan bu Yuni yang pelupa ini dengan hukumannya dari pada harus susah susah melakukan hukuman yang beliau berikan.

"Baiklah ikut saya" bu Yuni meninggalkan Abii dan berjalan mendahuluinya.

Abii mengikutinya tanpa berpamitan pada pak Wijaya. Pak Wijaya hanya menggelengkan kepalanya menatap dua punggung wanita yang mulai menjauh. Bagi pak Wijaya mereka itu seperti ibu dan anak, sama sama aneh!

¤...StrongGirl.

'Mau dibawa kemana gue sama nenek nenek ni?' batin Abii namun tetap mengikuti bu Yuni.

Lapangan indoor.

Lapangan terlihat sepi saat ini, hanya ada mereka dan suara hujan di luar sana yang mengisi ruangan ini.

"Berhubung di luar sedang hujan. Maka saya akan menghukum kamu di sini saja" jeda bu Yuni menatap Abii.

Abii hanya mengangguk paham dengan apa yang di katakan bu Yuni barusan.

"Hukuman kamu adalah lima kali mengelilingi lapangan karena masalah di kantin tadi, itu pun jika orang tua Joko tidak memprotes dan sepuluh kali push up karena seragam kamu basah, kotor dan tidak lengkap!" perintah bu Yuni pada Abii.

Sebenarnya ia merasa iba melihat Abii saat ini. Pakaiannya basah dan tampang yang acak acakan, serta luka yang belum di obati. Namun melihat seragam yang kotor dan tidak lengkap membuat rasa ibanya hilang begitu saja. Ia tak suka jika ada murid yang melanggar peraturan sekolah.

Abii dengan cepat melaksanakan hukuman sesuai perintah nenek nenek di depannya ini.

Setelah melakukan push up sepuluh kali, ia bangkit dengan nafas yang tersenggal senggal. Tapi bu Yuni tetap mengawasinya di salah satu kursi penonton dekat pintu keluar.

Abii berlari kecil mengelilingi lapangan. Pasir dan semen setia ia pijak, terlebih lagi suara gemercik air hujan menambah backsoundnya dalam menjalani hukuman.

Tapi pada saat kelilingan yang ke tiga, Abii merasa pusing pada kepalanya namun tak ia hiraukan. Tinggal sedikit lagi ia akan menyelesaikan masa hukumannya ini. Waktu terus bergulir jam dinding sudah menunjukkan jam 11.54 dan Abii telah menyelesaikan masa hukumannya.

Detik itu pula bu Yuni keluar lapangan meninggalkan Abii yang masih sibuk mengatur nafas dan menetralisir rasa sakit di kepalanya. Saat pintu sudah tertutup rapat, saat itu pula Abii menjatuhkan tubuhnya. Hujan belum berhenti sejak tadi, suara gemercik airnya seolah menemaninya saat ini.

'Testt!
'Tesst!

Darah mengalir di hidungnya, lalu jatuh di permukaan tanah. Dengan kepala yang berdenyut ia berusaha untuk duduk. Perlahan Abii melepas seragam putihnya yang hanya menyisakan kaos hitam seperempat lengan. Abii selalu membawa dua kaos hitam seperempat lengan saat ke sekolah. Jika terjadi yang seperti ini ia akan mengganti kaosnya dengan yang bersih, agar saat memakai seragam putih tidak akan ada bercak darahnya.

Perlahan nafas Abii mulai teratur, namun tidak dengan kepalanya, rambutnya basah sehingga menambah denyutan di kepalanya mejadi dua kali lipat. Terlebih lagi pakaiannya yang basah.

Hahh... mungkin dapat di pastikan nantinya ia akan masuk angin dan sakit. Pemikirannya sekarang entah meracau kemana, tiba tiba kepalanya berdenyut lebih sakit dari sebelumnya seperti tertindih sesuatu yang berat. Sedetik kemudian kesadarannya hilang dan matanya tertutup rapat, dirinya membenturkan badan ke tanah dari posisi duduknya yang awal. Semoga ia masih diberi umur nanti.

¤...StrongGirl.

"Dad bisakah kita jalan jalan sebentar?" pinta Cantika dari arah belakang kursi penumpang.

"Tapi sayang... kamu harus istirahat, kan kamu habis pulang dari rumah sakit" Mawar membalikkan badan menghadap Cantika, dengan tatapan lembutnya.

Cantika mengerucutkan bibirnya bertanda bahwa ia tidak suka. Ia hanya ingin jalan jalan sebentar saja, toh ia duduk di dalam mobil bukan jalan kaki.

"Tapi mom Cantika bosan, dad ayo dong, kan Cantika duduk di mobil doang. Bukan jalan kaki" rengek Cantika memasang wajah puppy eyes.

"Baiklah sayang... tapi hanya sebentar saja yaa" final Panji mengikuti kemauan Cantika.

Seketika Cantika ingin melonjak senang, dengan cepat ia bersorak gembira. Cantika membuka kaca mobil, menghirup segar aroma sisa hujan tadi pada pepohonan yang menghiasi jalan.

Pemandangan yang ia lihat sekarang tampaklah asri, pepohonan di kanan dan kiri jalan. Serta tetesan air hujan dari setiap dedaunan yang ia lewati, begitu sangat menyejukkan.

Setelah sepuluh menit berkeliling menyusuri jejalanan, akhirnya Cantika sampai di mansion orang tuanya. Dilihatnya garasi terdapat mobil Toyota CH-R milik Satya dan motor Ninja Kawasaki favorit Hilmy.

Dengan cepat Cantika turun dari mobil dan berlari memasuki mansion. Tangannya membuka pintu yang terlihat elegant itu. Tatapan yang tadinya berbinar sekarang menjadi redup. Dimana kakak kakaknya? Apakah mereka tidak mengingat kalau Cantika hari ini pulang? Pasalnya rumah terlihat sepi sekarang, Cantika tak melihat dimana abangnya berada.

Cantika berjalan lesu kearah ruang tengah dengan menenteng kotak pizza yang sempat ia beli tadi.

"Satyaaa!!!" teriak seseorang dari arah ruang tengah.

-----------------------------
-----------------------------------

@ulpisang._ // "paus-theblue.

Oohhayyooo! gimana ceritanya? gajel yak? wkwkk maap.

Go follow my partner: Nobocin_

Thanks buat yang udah baca, jadi zheyenk deh. Ayo dong voment voment, jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!^^

------------------------------------------

Strong Girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang