Ku harap...
aku menjadi adik yang
baik untuk mu-CTikaS.
×××
"Non, enon Abii!" teriak bik Darni dan mencekal tangan Abii sebelum Abii benar benar tenggelam.
Ditariknya Abii menuju pinggiran kolam. Bik Darni berlari kedalam meminta pertolongan segera, sebelum anak anak tuannya datang. Dilihatnya mang Ujang sedang berjalan ke arah dapur.
"Mang, mang Ujang!" teriak bik Darmi segera.
"Ono opo to mbok?" (Ada apa sih bu?) jawab mang Ujang saat melihat pakaian bik Darni basah kuyup.
"Rene oo, kulo arep njalok tolong" (sini dulu, saya mau minta tolong) ucap bik Darni berlalu meninggalkan mang Ujang.
Mang Ujang tanpa basa basi mengikuti bik Darni, menembus dingin dan derasnya hujan. Mang Ujang melihat ada seorang gadis yang terbaring di pinggir kolam, masih dengan rok abu abunya. Dengan cepat ia sadar, bahwa itu adalah Abii. Memang, Abii selama di rumah selalu mendapatkan perlakuan yang seharusnya tidak ia dapatkan.
Tanpa di suruh mang Ujang menggendong Abii, lalu membawanya ke kamar. Bik Darni mengikuti dari arah belakang. Mang Ujang menaiki tangga dengan terburu buru namun hati hati. Pembantu lain pun dengan cekatan mengepel lantai yang basah, akibat tetesan air dari baju mereka.
Sesampainya di kamar mang Ujang membaringkan Abii di atas kasurnya, dan berlalu pergi. Bik Darni dengan telaten mengganti baju Abii yang basah dengan yang kering. Tak lupa pula ia juga mengganti selimut yang tadi dengan yang baru, sebab selimut tadi basah terkena air dari baju Abii.
Bik Darni juga mengganti pakaiannya dengan yang kering. Setelah itu ia ke dapur mengambil makanan, air hangat, obat, dan air minum.
Mumpung anak anak tuannya belum kembali jadi ia masih bisa sedikit leluasa untuk menjaga Abii. Dengan segera bik Darni menuju kamar Abii. Dilihatnya Abii sedang mengigau, keringat dingin mengucur dari arah pelipisnya. Pelan tapi pasti bik Darni mengelap keringat Abii dan mengompresnya dengan air hangat yang ia bawa tadi.
"Non, enon... bangun dulu makan sama minum obat" panggil bik Darni saat perlahan mata Abii mulai membuka.
Abii hanya mengangguk, berusaha untuk duduk di bantu bik Darni. Punggung Abii terasa sakit setiap kali bergesekan dengan pakaiannya, terlebih badannya lemas dan harus bersenderan pada kepala kasur.
"Aakkhh..." ringis pelan Abii saat punggungnya ia senderkan di kepala kasur.
Bik Darni menatapnya khawatir, tapi Abii dengan cepat tersenyum tipis kembali. Bik Darni paham dan cepat menyuapkan bubur yang sempat di buat oleh pembantu lain tadi. Menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Baru setengah bubur itu tandas tapi Abii sudah merasa kenyang di perutnya.
"Minum obat non" pinta bik Darni menyodorkan satu pil tablet pada Abii.
Abii meminumnya, tentu saja dengan bantuan bik Darni. Setelah itu bik Darni mengambil obat merah dan kapas. Mengobati luka Abi yang masih membuka dan sudah membiru. Jika tidak cepat di obati, maka mungkin luka itu akan infeksi.
Abii menggigit bibirnya lagi, menahan ringisan yang membuatnya terlihat lemah. Bik Darni melihat ekspresi Abii, hatinya terasa sakit saat mengingat kejadian tadi. Disaat tuannya menghukum Abii tanpa ampun. Perlahan bulir air mata bik Darni turun, tangannya bergetar saat mengobati luka Abii. Abii menatapnya bingung, apa yang terjadi dengan bibik?
"Biiikk..." parau Abii memanggil bik Darni.
Bik Darni mendongak, dan melihat senyum tulus Abii. Di peluknya Abii dengan penuh kasih sayang. Abii merasa hangat di hatinya, mungkin dewi fortuna sedang berpihak kepadanya. Walau sejujurnya punggung dan lengannya sakit, tapi berkat pelukan bik Darni rasa sakit itu lenyap begitu saja.
Waktu telah berlalu, menampakkan jam dinding menunjukkan angka 09. 21 dan bik Darni telah selesai mengobati Abii. Bahkan Abii tertidur dengan posisi miring karena bik Darni mengobati punggungnya.
Bik Darni menuruni tangga menuju lantai satu, sepi. Rumah mewah nan megah ini terasa begitu sepi dan sunyi.
'Apakah anak anak tuan dan nyonya belum kembali? Larut sekali mereka pulang' batin bik Darni saat melihat ruang tengah kosong. Karena biasanya di sana keluarga tuannya itu sedang berkumpul hangat.
"Assalamu'alaikum... dad!!! Yuuhuu we back nih!" teriak seorang gadis dari arah ruang tamu.
Di ikuti dibelakangnya ada Mawar, Satya, dan Hilmy. Sedang menenteng tas belanja yang banyak. Panji keluar dari kamarnya di lantai satu. Yaa, kamar Panji dan Mawar di lantai satu sedangkan kamar anak anaknya di lantai dua. Termasuk Abii.
"Ohh hey! My baby" ucap Panji merentangkan kedua tangannya.
Dengan berlari Cantika menubruk badan kekar ayahnya. Sedangkan Panji mencium puncak kepala Cantika penuh kasih sayang.
"Sayang... cuci tangan, cuci kaki dulu" ucap Mawar bahagia, saat melihat suami dan anak kesayangannya begitu dekat.
"Yes mom, habis ini juga Cantika mau langsung tidur aja" balas Cantika berjalan ke arah belakang menuju toilet umum rumahnya.
Sedangkan yang lain menatap Cantika aneh. Pasalnya tumben sekali Cantika bersikap seperti ini, bahkan pizza yang ia rengek tadi saja belum ia sentuh.
Cantika kembali, dan mulai menaiki anak tangga satu persatu. Tapi dari arah ruang tengah ia merasa semua orang di sana sedang memperhatikannya. Dengan cepat ia menoleh seolah bertanya 'apa', tapi melihat pandangan mereka ia menjadi sadar.
"Huuft... Cantika capek tau, berkeliling mall seharian. Jadi Cantika mau istirahat" ucap Cantika menghela napas.
Sebenarnya badannya bukan hanya capek, tapi juga ia merasa badannya sedikit tidak enak tadi. Entah apa alasannya, tapi ia malas memikirkannya yang ia pikirkan saat ini adalah memeluk boneka beruang kesayangannya. Keluarganya mengangguk paham atas jawaban Cantika. Karena wajar saja ia tadi habis keluar rumah sakit, dan sorenya ia ke mall ikut membeli bahan makan bulanan.
Cantika kembali melangkahkan kakinya. Ia membuka pintu kamar, dan menguncinya. Merebahkan diri di atas kasur, menuju alam mimpi yang indah. Ia ingin tidur cepat, badannya terasa pegal hari ini. Bahkan saja ia tidak berfikir apakah Abii sudah pulang atau belum.
¤...StrongGirl.
Kkkrrrriiinnggg!
Suara alarm milik Cantika berbunyi, menandakan sudah jam 05.32.
Dengan malas ia bangkit dari kasur tersayangnya dan berjalan menuju kamar mandi yang terdapat di kamarnya.
Setelah menunaikan ibadah shalat subuh, Cantika segera mandi guna bersiap berangkat sekolah.
Setelah siap dengan seragamnya, Cantika mengoles sedikit liptint dan beda bayi pada wajahnya. Padahal sebenarnya tanpa olesan make up sedikit pun ia sudah cantik, karena ibunya mempunyai darah keturunan orang bule.
"Hello everybody!" teriak Cantika menuruni anak tangga.
"Woi, ini rumah bukan hutan maen teriak teriak aja" balas bang Hilmy meneriaki Cantika.
"Hilmyyy, ini rumah bukan hutan main teriak teriak aja" ucap bang Satya menyindir Hilmy, dengan membalikkan kalimatnya tadi.
"Anuu.. itu... maksudnya tuh.." gagap bang Hilmy karena memakan omongan sendiri.
"Kemakan omongan sendiri ya bang, uchh jadi malu dedeq Cantika" remeh Cantika dengan gaya lebaynya.
Hilmy memelototi Cantika memberi ancangan 'baku hantam', bahkan jika Mawar tidak mengingatkan mereka makan mungkin Hilmy sudah menerkamnya dari tadi. Sedangkan Cantika sudah cekikikan sendiri karena berhasil mengerjai abangnya.
Tapp! Tapp! Tappp!
-----------------------------
-----------------------------------@ulpisang._ // "paus-theblue.
Oohhayyooo! gimana ceritanya? gajel yak? wkwkk maap.
Go follow my partner: Nobocin_
Thanks buat yang udah baca, jadi zheyenk deh. Ayo dong voment voment, jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!^^
------------------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/224373674-288-k239441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl.
Fiksi RemajaCassandra Abiitrosh Sajidan adalah wanita dengan segudang impian, harapan dan kekuatan. Terabaikan oleh keluarga dan orang sekitar sudah biasa baginya. Ia di kenal dengan sebutan 'Bee', Lebah. Ia tak akan mengusik hidup orang lain jika mereka tak me...