D||02

7 1 0
                                    

Tiba di sekolah, wajah muram Delima kini tak nampak lagi. Dengan switer abu abu favoritenya yang selalu membantunya menutupi setiap luka yg ada di tangannya, Delima berjalan melewati lorong sekolah sesekali menyapa teman yg melewatinya.

Mata Delima seketika berbinar saat melihat seorang lelaki jangkung tengah asik mengobrol di tangga Aula sekolahnya.

"Hai Marco" sapa Delima tersenyum Riang, seperti ada semangat Delima di dalam diri pria yang bernama Marco itu.

"Hai" Balas Marco cuek dan lebih memilih melihat kearah lapangan

Delima yang merasa aneh mengerutkan dahinya heran "Kamu kenapa?" Tanya Delima Bingung

"Nggak, gue kekelas duluan" ucapnya kemudian berlalu begitu saja meninggalkan tanda tanya besar bagi Delima.

"Marcoo" Teriak Delima membuat Marco berbalik menatapnya dengan tatapan malas

"Kamu beneran nggak papa?" tanyanya lagi yang di geleng geleng saja oleh Marco

"Aneh" gumamnya merasa janggal akan perubahan Marco yang tiba tiba aneh. Biasanya dia akan mengantarkan Delima ke kelasnya jika kebetulan berpapasan dengannya sambil membahas beberapa hal lucu. Almarco , pacar dari Delima Aydomelody adalah sosok yang ceria yang selalu menghibur Delima kala susahnya.

******

"Del, kayaknya kita  putus aja. Ada baiknya kita jalanin hidup tanpa sebuah ikatan" Hiruk pauk angin menghembus kasar menerpa wajah Delima. Cuaca siang ini sangat terik, ditambah penuturan Marco yang seakan sangat mendadak membuat Delima rasanya tambah kepanasan.

"Mak..sud Marco apa?" Tutur Delima mengerutkan dahinya

"Gue...Gue udah nggak suka lagi sama elo Del, dari pada kita pacaran dengan perasaan yang bertolak belakang lebih baik kita ahkiri aja hubungan ini" Ucap Marco tak tega. Air mata Delima kini mulai menetes membasahi pipinya, desiran sakit mulai menjalas di ulu hatinya tak percaya akan pengakuan Marco yang ia harapkan hanya sebuah mimpi. "Mar-"

"-Gue emang berengsek Del, maka dari itu jauhin gue. Masih banyak cowo yang lebih baik dari gue, yang pantas buat lo" Ucap Marco tulus, Delima menggeleng kasar tak terima dengan penuturan Marco yang hanya sepihak.

"Nggak! Gue nggak mau putus dari elo! gue nggak percaya lo udah nggak cinta sama gue. Gue mohon lo bilang kalau lo cuman ngePrank gue Mar, ini nggak lucu" Rengek Delima tanpa ampun. kini tangisnya pecah, entahlah sejak kapan Delima, seorang gadis Tomboy menjadi cengeng seperti ini. Marco hanya menanggapinya dengan tertawa masam

"Harusnya lo sadar diri Del, lo taunya cuman bikin susah gue! lo cewe penyakitan yang ngak guna!" sindiran kasar tersebut seketika membuat Delima diam dari tangisnya, merubah mimik wajahnya menjadi datar. Apa yang di katakan Marco benar, dia cewe penyakitan yang nggak guna, tapi apakah ia tak pntas bahagia?

"Marco, lo ngomong kayak gitu? kenapa?" Tanya Delima dengan tawa hampanya. Tak percaya orang yang selama ini menjaganya bahkan satu satunya orang yang selalu membela nya terkecuali Hana sahabatnya, berkata kasar dan membuat moodnya turun ke derajat paling rendah saat itu juga.

"Karena gue terbebani, gue rasa gue adalah manusia paling bodoh mau bertahan sama cewek kayak elo!" Tutur Marco menohok hingga ke sela lapisan terahkir hati milik Delima.

"Jahat!" Satu kata meluncur mewakili perasaan Delima saat ini sebelum Marco memilih enyah dari hadapannya.

"MARCO GUE NGGAK AKAN BIARIN LO PUTUSIN GUE GITU AJA!" teriak Delima dengan gentir saat melihat punggung Marco sudah hilang di balik tembok kokoh meninggalkan bayangan pilu bagi Delima.

"Nggak! gue nggak mau putus sama Marco, nggak mau" kekuh Delima dengan sorot mata tajam. Perlahan ia menuntun langkahnya beranjak dari tempat itu sambil melap genangan air mata yang masih menempel di pipinya. Langkah gontai membawa dirinya pergi berlawanan arah dari tempat yang harusnya ia datangi saat ini, kelasnya sendiri. Kini ia melangkah dengan tatapan kosong melewati koridor yang sepi menuju kelas milik Marco.

"Gue udah lakuin perintah lo buat  jauhin Delima! sekarang gue mohon sama elo buat penuhin kesepakatan kita" Pinta seorang lelaki dengan nada ketus dan tatapan dingin

"Ini belum seberapa Mar, kesepakatan kedua adalah lo harus jadi pacar gue! Dan itu harus lo lakuin. Lo ha-"

Cup...

Mata suci milik Delima seketika ternodai menatap adengan pilu di hadapannya. Tangannya bergerak menutup mulutnya yang hendak bersuara. Hal bodoh yang ia lakukan barusan adalah penyesalan terdalam baginya. Andai saja ia tak mengikuti egonya untuk datang ke tempat ini, sudah pasti ia tak akan menjumpai kenyataan pahit ini. Lagi lagi Delima harus menahan emosi, sakit hati dan air matanya.

"Mar...co" lirih Delima di ambang pintu saat tak kuasa melihat Marco sedang asik mencium Irin, seorang yang juga sanggat menyukai Marco.

Tak ingin melihat kejadian itu lebih lama, Delima memilih enyah dengan langkah gusar dari tempat keramat itu. Ia butuh pencerahan untuk saat ini.

"Jangan berpikir lebih soal tadi!" ucap Marco saat melihat senyum kepuasan terukir di bibir milik Irin "manusia ular" setelah mengumpat hal tersebut, dengan langkah kasar Marco pergi dari hadapan Irin dengan wajah Geram.

"Manis" ucap Irin tersenyum sumbang.

Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.

Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.

Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
Salam

Verlitaelgaparanna_

DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang