D||04

7 1 0
                                    

Sudah 2 hari berlalu, 2 hari itu pun Delima tak masuk sekolah karena keadaannya yang benar benar drop. Delima harap ia akan mendapat ketenangan saat di rumah, dan itu berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Di saat Delima sakit sekalipun tak ada yang peduli padanya kecuali bi sum, itu pun di berikan batas oleh ibu tirinya Tamara.

chat 148

Dr. Rena              12

Hana                     15

Mar🌹                    2

Xll IPS 3               +99

Delima tertegun melihat isi Whatsapp miliknya, suda 2 hari ini ia tak menengok aplikasi hijau itu di ponselnya yang menyimpan banyak kejutan.

Delima membuka chat dari Marco, harap itu adalah sebuah kata maaf, tapi semua menjadi pupus membaca isi pesan itu.

Mar🌹

Gue harap lo nggak datang sekolah hari ini nggak ada sangkutannya sama gue.

Gue nggak mau lagi terlibat dalam hidup lo!

Delima tersenyum masam menanggapi pesan yang di kirim kemarin itu. Sesak yang dadanya alamai saat ini seakan membunuhnya secara perlahan. Bahkan sakit yang ia derita bukan bandingan yang hatinya rasakan.

Tak sengaja, jari Delima menekan tulisan status menampakan status milik marco. Dengan ragu Delima membukanya dan melihat di sana Marco sedang berpelukan mesra sengan Irin. Delima memejamkan matanya pelan, meresapi udara dingin aroma cemara yang ada di kamarnya. Apakah Delima akan berhenti mencintai Marco?

Dert...

Ponsel Delima bergetar menandakan bahwa seseorang tengah menelfonnya. Dengan ragu Delima menatap Layar ponselnya yang kini tertera nama Dr. Rena di baliknya.

"Halo"

" Delima, kemana aja kau? kenapa susah sekali di hubungi? bahkan Read pesan ku saja kau enggan" Ucap dr. Rena sok puitis membuat Delima seketika menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Delima di rumah kok Dok, nggak ke mana mana" ucap Delima kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya

"Kenapa kamu nggak perna datang chek up? pasti sekarang kau lagi nggak baik baik aja ya kan?" tanya  Dokter berusia 35 tahun itu dengan nada khawatir.

"Ehm, dokter bisa nggak kalau Delima nggak usah cuci darah? Delima capek" lirih Delima

Kamu bisa ke rumah sakit sekarang Del? saya mohon sama kamu untuk tidak keras kepala lagi sekarang

Delima menahan nafas sejenak kemudian ia hembuskan secara perlahan
"Oke dok, 20 menit lagi saya ke sana" Final Delima kemudian mengahkiri telpon tersebut. Ia berpikir sejenak, dari mana lagi ia akan memperoleh uang buat cuci darah?

****

5:12 pm Kini Delima tengah menunggu di ruang Dr. Rena setelah berasil memeriksa dirinya kini Delima ditinggal dokter keluar sebentar.
10 menit menunggu, kini Dokter yang merawat Delima muncul dengan senyum masam.

"Delima, ini hasil pemeriksaan kamu" ucap Dokter itu sambil menyodorkan sebuah map merah kearah Delima. Delima menyambutnya dengan ekspresi datar.

"Del, kalau saya boleh anjurkan untuk kamu transplantasi ginjal saja" Dokter menghela nafas sejenak "Ginjal kamu sudah hampir kehilangan fungsinya dan kamu harus melakukan terapi pengganti ginjal ya seperti cuci darah. Tapi ahkir ahkir ini kamu sering alpa dalam cuci darah" Dokter Rena berucap sambil menatap narar kepada Delima.

"Dokter kan tau sendiri, Delima nggak punya uang untuk itu" lirih Delima sambil menggenggam erat map Merah yg ada di tangannya.

"Coba kamu jelasin ke papa kamu. Atau coba sini saya yang ngomong yah" pinta dokter Rena. Sudah beberapa kali Dokter itu meminta agar di ijinkan berbicara pada Erdik, tapi apalah daya ketika Delima selalu melarangnya tanpa alasan yang jelas.

"Kamu itu anak pengusaha sukses Delima, Buat beli ginjal ayah kamu nggak akan rugi banyak! lagian kamu kan anaknya dan itu adalah kewajiban ayah kamu buat sembuhin kamu" ucap Dokter itu lembut di barengi usapan lembut di pundaknya.

"Sekaya apa pun ayah, kalau masih dalam kendali wanita licik itu percuma Dok!"

"Biarin aku sakit, siapa tau dengan itu aku bisa dapat perhatian dari mereka" lanjut Delima sendu membuat Dokter yang sudah mengenal Delima lama terdiam.

"Ya udah, saya nggak bisa lakuin apa apa lagi Del. Itu keputusan kamu, saya juga nggak bisa kasi kamu obat terus karena fungsi ginjal kamu. Semangat Del, jangan putus asa" ucap Rena diiringi senyum penyemangat

"Ya udah, saya pulang dulu dok udah mulai gelap" pamit Delima kemudian keluar dari ruang bernuansa putih itu.


DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang