5 hari sudah Delima di rawat di rumah sakit ini, selama itu pula sudah ada beberapa orang datang menjenguknya mulai dari teman kelasnya, teman SMP bahkan sampai wali kelasnya sudah tau kondisi Delima saat ini. Ayahnya masih ada di luar kota entah apa yang beliau urus, yang penting berita bahwa Delima sakit tak sampai di telingahnya.
Hanya satu yang Delima pikir, seorang yang belum menjenguknya sama sekali, entah itu dia tak tau kabar Delima atau ia memang sudah tak perduli. Itu ada lah Marco,Almarco Adipati seorang yang Delima harap akan datang mensuport dirinya yang menang sedang membutuhkan banyak dorongan untuk bertahan hidup.
Rasa bosan mulai mengepung pada diri Delima membuatnya ingin berjalan jalan walau hanya keliling Rumah sakit dan berahkir di taman. Hampir seminggu melakukan aktivitas di atas kasur tanpa melakukan apa apa tentu rasa bosan pasti ada, lagian dokter ada mengatakan bahwa kondisi Delima sudah membaik, hanya menunggu waktu pulang yang tepat saja.
"Bi, Delima bosan" ucap Delima dengan nada manjanya.
"Bosan? bibi mau ngapain atuh biar non tidak bosan?" Tanya bi sum. Bi sum yang memang selalu setia selama 5 hari lamanya tak pernah alpa menjaga Delima. Persetan dengan Nyonya besarnya yang akan memecatnya nanti, yang Bi sum pikir hanya Delima lebih membutuhkannya dari pada Ny Besarnya itu.
"Kita jalan jalan keluar yuk bi, keliling rumah sakit pake kursi roda. Tapi bibi yang dorong biar kayak di film film gitu" pinta Delima di selingi senyum memohon.
"Ya udah deh, bibi ambil kursi roda sebentar yah" ucap Bi sum mengerti. Berhari hari di dalam ruang berbau obat tentu membosankan, apa salahnya jika ia mengiyakan ajakan Delima untuk keluar menghirup udara segar.
Singkat cerita, kini Bi sum tengah mendorong tubuh anak majikannya kemanapun langkah mereka menuntunnya, sesekali bercerita pengalaman satu sama lain mereka tertawa bersama dan banyak hal yang mereka bagi (Shering).
"Eh bi, bibi emang nggak kangen sama suami bibi yang ada di kampung?" tanya Delima mulai ngasal. Bi sum terkekeh sebentar lalu menjawab "Kangen ada toh, tapi bukan sekarang buat saling lepas lepas kangen"
"Maaf yah bi, Delima udah ngerepotin bibi. Gara gara Deli sakit, bibi jarang istirahat" ucap Delima merasa bersalah.
"Nggak papa, bibi juga senang kok di repotin sama non"
Delima mengerutkan dahi sejenak, suara yang berbeda dari suara bi sum. Delima menoleh sejenak menatap tangan yang mendorong kursi rodanya kemudian lanjut melihat postur tubuh dan yang terahkir wajar seorang yang kini bukan lagi bi sum.
"Marco!" pekik Delima syok, bagai mana bisa Bi sum berubah jadi Marco?
"Bi sum ma-"
"Ijin ke toilet katanya"potong Marco dengan kekehan khasnya
"Marco kamu kok disini bukannya di sekolah?" Tanya Delima rada canggung. Bagaimana tidak canggung, perpisahan mereka berakhir Sad ending dan di tambah lagi, udah beberapa hari ini ia tak berkomunikasi dengan Marco.
"Bolos" ucapnya tanpa ekspresi sambil terus mendorong kursi roda Delima menuju taman rumah sakit.
"Bo...bolos?" Tanya Delima lagi.
"Hmm, bolos karena pengen ketemu elo" jawabnya seketika membuat rona merah di permukaan pipi Delima terpose.
"Maaf selama beberapa hari ini gue nggak datang jenguk lo. Sebenarnya gue tau lo sakit sejak 5 hari yang lalu, tapi gue malas datang jenguk aja" jelas Marco.
Delima sadar, bahwa sekarang Marco bukan lagi apa apanya. Bahkan untuk sekedar menjenguknya Delima yakin Marco masih berfikir puluhan kali.
"Pasti kamu mikir panjang dulu yah buat jenguk aku?" Tanya Delima Tersenyum sembang. Marco memberhentikan langkahnya saat tiba di tempat tujuan, kemudian duduk berhadapan dengan Delima.
"Bukan pikir panjang,tapi tunggu waktu yang tepat aja" ucapnya sambil memegang tangan Delima
"Waktu yang tepat? supaya Irin nggak tau kalau kamu datang nemuin gue?" Tanya Delima dengan senyum menyimpan banyak luka.
"Em, Lo tau nggak kalau hari jumat ini kita bakal ke puncak bogor?" Tanya Marco mengalihkan topik, ia tak ingin membahas Irin hari ini, ia hanya ingin duduk bersama Delima, wanita yang ia cintai.
"Oh ya? hari jumat?" Delima bertanya balik. Selama di rumah sakit, Delima benar benar taidak tau menau masalah projek yang sekolah langsungkan.
"Hm, lo ikut yah" Ajak Marco. Delima tersenyum melengketkan kedua ujung bibirnya.
"Nggak, Lo paham sendirikan kondisi gue?" ucap Delima tak enak hati, Sebenarnya dia sangat ingin ikut bersama teman temannya yang lain, tapi merepotkan adalah hal yang paling alergi buat Delima sebenarnya.
"Nggak papa lah, sekali kali aja Del, gue janji gue bakal jaga lo saat di sana" ucap Marco memberi jaminan.
Delima tersenyum kecut "Seriously?" Tanya Delima kurang yakin
Marco tersenyum sambil mengelus rambut Delima "Yes, why not?"
Delima menerima saja perlakuan manis dari Marco, melupakan pengakuan Marco bahwa ia tak lagi mencintainya.
"Tapi gimana dengan Irin? dia kan pacar kamu?" Tanya Delima kembali mengingat status Marco sekarang ini.
Maeco tersenyum hangat "nggak usah pikirin dia, dia masih sehat" Ucap Marco
Delima tersenyum canggung "Jadi ceritanya kamu proritasin aku karena aku sakit? aku nggak butuh di kasihani" ucapnya kesal sambil membuang muka
"bukan gitu Del ta-"
"Iya gue ngerti, lagian gue cuman becanda kok" ucap Delima tersenyum kaku. Ia harus sadar diri, dia sakit sakitan dan sudah sepantasnya ia di perlakukan kasihan oleh orang orang sekitarnya.
Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.
Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
SalamVerlitaelgaparanna_

KAMU SEDANG MEMBACA
Delima
AléatoireTak berhak kah aku bahagia? hingga tangis selalu hadir tanpa jeda.