"Gue berdiri di tengah saat ini ada maksud tertentu" jelas Marco sambil memandang sekeliling yang kini di penuhi kaum siswa siswi SMA Lentera Bangsa yang ingin menyaksikan apa yang sedang dilakukan Most wanted Sekolah mereka di tengah lapangan.
"Jadi maksud gue berdiri di sini karena gue mau ngungkapin perasaan gue sama seseorang" ucap Marco tanpa cela keraguan membuat beberapa murid berteriak histeris.
"Huaaaa!!!"
"Kak Marco mau nembak siapa??"
"Bukannya Marco pacaran sama Delima?"
"Jadi bener berita kemarin kalau mereka udah putus? wah Marco Fakboy nih, masa baru kemarin putus sekarang udah nembak yg lain. parah"
Beberapa kritik mengenai Marco mulai mendesas desus. Sedangkan Delima yang mendengar itu hanya terpaku lemah di atas koridor kelasnya sambil menatap ke arah logo SMA Lentera Bangsa yang sedang di pijak oleh seorang laki laki yang kini menjadi perhatian kaum adam.
Tatapan mereka sempat bertemu sebelum Marco kembali memutuskan kontak mata antara mereka berdua.
"Irin" panggil Marco membuat seorang gadis berkulit putih berjalan angkuh kearahnya. Dialah Irin Rose.
"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Tanya Marco berlutut di hadapan Irin sambil menyodorkan sebuket bunga mawar. Irin tersenyum simpul kemudian mengangguk dan menerima bunga pemberian Marco itu. Semudah itu, kini status irin dan Marco menjadi Pacaran tanpa memikirkan perasaan kalut yang Delima punya.
Suara sorakan dari berbagai siswa mewarnai perasaan irin yang tengah berbunga bunga saat ini. Sementara itu, Marco kemudian menarik tangan Irin menuju pinggir lapangan dengan kasar.
"Sialan tu bocah, nyari petaka kali yah" ucap Zino dengan wajah memerah. Ia memang menyukai jika Delima dan Marco putus, tapi cara Marco menyakiti Delima saat ini sangat di luar batas kesabaran Zino. Lelaki itu kemudian mengeram garang, tak ada wajah bersahabat saat ini di wajahnya.
"Del, lo kuat yah! dia memang brengsek nggak pantas buat di tangisin" ucap Hana menenagkan Delima yang saat ini masih diam sambil membungkam mulutnya dengan tangannya. Apa ini alasan dari Marco memutusi hubungan mereka dengan sepihak?
****
"Heh banci, lo emang ganteng. Tapi nggak seharusnya lo berlaku murahan kayak tadi!" ucap Zino murkah. Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu, Zino pamit pulang sendiri tanpa Hana dan Delima dengan alasan ada urusan mendadak. Padahal urusannya saat ini nggak sama sekali mendadak melainkan sudah ia rencanakan sedari tadi.
"Lo ngomong sama siapa?" tanya lawan bicaranya santai sambil menengok ke arah temannya
"Yang banci di sini siapa sih? elu apa kita?" tanya Brian mengoreksi kata Banci
"ya jelas elo lah, elo kan temenannya sama ceuwe" lanjut Brian dengan menekan kata CEUWE di selingi tawa pecahnya.
Brukk...
Satu pukulan berhasil Zino lemparkan ke arah Marco.
"omongan lo memang benar, dan gue nggak perlu marah. lagian urusan gue sama Marco bukan sama Elo" ucap Zino menatap tajam le arah Brian.
"Gue harap karma nggak datang setelah ini Mar. Delima sakit dan elu nambah sakitnya dia? Elu cowo apa memang banci sih?" ucap Zino seakan jijik menatap kearah Marco.
"Jaga ucapan lo. Lo nggak tau apa apa!" Balas Marco dengan nada ketus kemudian pergi dari hadapan Zino.
"kenapa nggak ngelawan?" Teriak Zino membuat langkah Marco dan Brian terhenti saat hendak menuju motor mereka
"Lo pantas buat marah Zin, tapi jangan Bego!"
Zino diam sambil memejamkan matanya sejenak, mencerna setiap kata yang Marco keluarkan untuknya. Kata itu berhasil membuat harga dirinya ternodai tapi apa maksud Marco berlaku seperti itu, ia tak melawan ketika di pukuli oleh Zino. Seperti ada yang ia sembunyikan.
Zino kembali menaiki mobilnya kemudian beranjak dari tempat itu, mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata.
****
"Del, kalo nomor 4 gimana? ajarin donk" Ucap Hana sambil menggaruk kepalanya frustasi. Soal matematika 20 nomor di hadapan mereka tak satupun bisa Hana kerjakan sendiri. Gara gara bu Moni tidak masuk ke kelas mereka pada saat jam Matematika tadi, Bu Moni membiarkan kelas kosong tanpa di berikan tugas dan sekarang tugas yang seharusnya di berikan pada jam pelajaran MTK tadi di jadikan tugas rumah dan harus dikumpulkan sebelum bel jam pertama di mulai besok.
"Padahal gue sengaja lo masuk IPS biar nggak ketemu lagi sama Matematika, tapi sekarang apa? tetep aja dapet" ucap Hana nampak menyerah kemudian menelungkupkan kepalanya ke atas meja ruang tamu rumahnya.
"Hana, matematika itu ilmu pasti yang pasti akan selalu di pelajari. Biarpun lo lari ke jurusan bahasa sekalipun, tetep aja ada" ucap Delima yang masih fokus mengerjakan tugasnya.
"Tapi kan gue malas belajar matematika Del" ucap Hana lesu.
"Eh BTW lo kok nggak ada raut sedih sedihnya sih? lo nggak cemburu atau dendam gitu liat Marco nembak Iron man di lapangan tadi?" tanya Hana mencari topik baru
"Irin, Hana" koreksi Delima "gue nggak cemburu, tapi sakit hati ada. Biarin lah mungkin dia udah bosan sama gue secara lo tau sendiri gue ini penyakitan" Lanjut Delima tertawa sendu
Hana diam tak berkutik mencerna kalimat yang di lontarkan oleh sahabatnya itu. Hatinya terasa tercubit melihat sahabatnya yang sok tegar padahal dalam hatinya sangat Rapuh. Mana mungkin masih ada seorang gadis 17 tahun yang kuat menimang beban hidup yang begitu berat.
"Del, demi gue dan Zino, plis sembuh buat kita" ucap Hana dengan nada getir.
"Stadium 5 adalah ahkir dari segalanya, ginjal gue udah kehilangan fungsi seutuhnya yang berarti harapan buat gue hidup tinggal menghitung bulan" ucap Delima parau. Bibir pucatnya bergetar berusaha membentuk senyum.
Sementara di balik pintu rumah Hana, seorang lelaki yang memang di nantikan kehadirannya sedari tadi oleh kedua gadis itu diam mematung. Fakta kedua yang ia dengar dari mulut Delima mampu mengorek hatinya.
"Stadium 5?" Tanya Zino membuat kedua gadis tadi menoleh seketika"
Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.
Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
SalamVerlitaelgaparanna_
KAMU SEDANG MEMBACA
Delima
RandomTak berhak kah aku bahagia? hingga tangis selalu hadir tanpa jeda.