Pagi menyingsing, seorang gadis tengah menguap saat barusaja terbangun dari tidurnya. Hari ini sepertinya akan menyenagkan baginya. Seperti biasa ia memasuki kamar mandi untuk bersih bersih dan bersiap siap untuk berangkat ke sekolah.
Dengan wajah pucatnya, Delima masih melukis senyum dengan berusaha sambil menuruni tangga menuju meja makan."Pagi pah, mah" sapa Delima mulai menarik kursi dan duduk di hadapan sang ayah. Untuk kali pertama selama alm sang ibu pergi untuk selamanya Delima kembali duduk di meja makan untuk sarapan pagi bersama keluarganya. Karena setiap paginya Delima lebih memilih menjadikan sarapanya sebagai bekal dan mengambilnya langsung ke dapur bi Sum.
Tentu hal tersebut membuat Erdik dan Tamara terheran heran melihat keanehan yang mereka jumpai pada diri Delima. Apakah ia sudah menerima kehadiran Tamara di rumah ini? Pikir Erdik
"Pagi sayang" Balas Erdik dengan senyum. Nampaknya ia tengah sibuk memasukkan dokumen ke dalam tas kerjanya.
"Ada yang mau aku tunjukin sama papah, penting bangat" seru Delima sambil memandang sang ayah yang nampaknya buru buru.
"Papah aku tunjukin se-"
"-Maaf sayang, papa lagi buru buru, lain kali aja yah" Ucap Erdik kemudian berdiri sambil menenteng tas kerjanya
"Papah berangkat kerja dulu" pamit sang ayah.
"Pah, Delima numpang boleh?" Tanya Delima, tentu ia bisa lebih leluasa menunjukkan rekaman itu kepada papahnya tanpa gangguan Tamara jika di dalam mobil
Erdik terdiam sejenak "Papah buru buru sayang, sekolah kamu sama kantor papah berlawanan arah. Nanti papah suruh mang Aco buat antar kamu ke sekolah yah"
Delima tertunduk lesu"Ya udah pah, hati hati di jalan" ucapnya seraya menatap pungung sang ayah yang mulai menjauh menuju pintu utama.
"Emang kamu mau nunjukin apa? mama pengen tau juga donk" Ucap Tamara yang kini berdiri di sebelah Delima sambil bersedekap tangan
Delima menoleh ke sampingnya dengan tatapan kosong "Lo emangnya Mama tiri aku belum tau? oh iya lupa, yang mama tiri aku pikir kan cuman harta jadi nggak sempat kepikiran deh hidup kedepannya gimana" Ucap Delima tertawa sumbang kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Tamara yg bingung "Oh jadi kamu mau main main dengan saya?" tanyanya pada diri sendiri
****
Hari ini, jam pelajaran Sejarah tengah berlangsung di kelas milik Marco, Bu Mira sedang menjelaskan mengenai asal muasal manusia jaman dahulu yaitu manusia praaksara.
"Menurut teori Darwin, manusia adalah titisan dari monyet tapi, menurut pelajaran agama, Manusia diciptakan dari debu dan tanah. Ada banyak pertanyaan yang orang lain kemukakan ten-" Mata Bu Mira menajam saat melihat Marco tengah tertidur pulas di bangkunya
"Almarco Adipati, kamu sakit? kenapa tidur di jam pelajaran saya?" tanya Bu Mira mendatangi kursi milik Marco yang terletak di bagian pojok belakang.
"Ko! Mar-" ucap Brian berusaha membangunkan Marco dari tidurnya
"MARCO!" teriak Bu Mira seketika membuat Marco terbangun dengan ekspresi menahan kesal.
"Kamu sakit?" pertanyaan itu kembali meluncur dari bu Mira
"Enggak kok bu, saya cuman ngantuk aja semalam kurang tidur" ucap Marco menjelaskan
"kalau kamu belum siap belajar silahkan keluar dari kelas saya dari pada menganggu aktivitas belajar teman teman kamu" jelas Bu Mira tidak santai jelas membuat Marco takut. Bu Mira adalah guru Muda yang moodnya tak bisa di tebak. kadang baik dan kadang sanggat killer.
"Enggak bu, maaf saya tidak akan tidur lagi" ucap Marco menunduk membuat Bu Mira mengangguk kemudian kembali menjelaskan materi yg sempat tertunda
"Lo kenapa sih Mar? ahkir ahkir ini lo rada aneh?" Brian mulai mengritik Marco
"Aneh gimana? Muka lo kali yang aneh" Balas Marco membuka buku catatannya
"Aneh, lo jarang ngumpul lagi bareng kita, lo sering ngantuk di kelas dan banyak lagi. Lo aneh selama pacaran sama Irin, beda waktu lo pacaran sama-"
"-Delima?" potong Marco cepat kemudian mendengus kesal "Semua orang itu beda beda Yan, jangan bandingin Irin sama Delima. Jelas mereka beda"
Brian menghiperbola matanya "Yang jelas gue nggak suka liat hubungan lo sama irin.Bukannya gue cemburu tapi Baikan juga Delima" Final Brian kemudian memutar kepalanya menatap ke arah Bu Mira sebelum mereka kembali di tegur. Berdebat dengan Marco kalau di ladenin pintarnya melebihi Albert Einsten pikir Brian
Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.
Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
SalamVerlitaelgaparanna_
KAMU SEDANG MEMBACA
Delima
RandomTak berhak kah aku bahagia? hingga tangis selalu hadir tanpa jeda.