D||01

17 3 0
                                    

"Mas, kenapa kamu bawa wanita sialan ini ke rumah kita?" Tanya Kirana dengan wajah syok saat melihat suaminya menggandeng seorang wanita yang tak lain adalah sekertaris dari suaminya itu.

"Kenapa memang? saya sudah bilang kalau saya sama Tamara akan menikah dan kamu tak usah selebai  itu. ini bukan yang pertama bukan kamu melihat saya memabawa Tamara ke rumah ini?" picik Erdik sambil terus membelai manja pada Tamara. Tentu hal itu membuat Kirana naik pitam langsung menampar kearah Tamara.

"Dasar pelakor! saya mohon jauhi suami saya" ucap Kirana denga mata memerah menahan tangis.

"Berani kamu menampar Tamara? dasar wanita Tua!" umpat Erdik kasar sambil menatap tajam kearah Karina.

"Papah harusnya sadar diri, kalau papah lebih tua dari mamah. Papah juga nggak tau diri dan seharusnya tau diri kalau papah bisa sukses gini karena mamah!"  Ucap Delima yang kini berdiri di ambang pintu dengan tatapan penuh emosi. Ia kemudian berjalan dengan langkah kasar kearah mereka.

"Heh wanita gatel, lo sadar nggak kalau papa udah tua ngapain lagi lo embet? " ucap Delima dengan nada getir, tak pernah terlintas di hatinya bahwa ia akan mengatai papahnya Tua karena itu tidak sopan, meskipun menurut Realitanya seperti itu. "Papah sadar nggak kalau wanita di samping papah cuman mau morotin harta papah? sekarang lagi jaman lo pah hal kayak gitu" ucap Delima santai sambil mengelus pundak Karina

"Diam kamu! kamu sama mamah kamu sama aja bikin saya pusing! Dan kamu karina" ucap Erdik menunjuk karina " Kamu saya talak saat ini juga!" ucap Erdik dengan tegas membuat Karian diam mematung. (ku menangisss membayangkan)

"Aghhh.." Rintih karina memegang dadanya

"Mah..mamah kenapa???" tanya Delima kaget dan takut melihat sang mamah perlahan menunduk sambil memegang dadanya.

"Mahh... pah tolongin mamah pah.. mama sakitnya kambu" ucap Delima meraung dengan nada memohon

"Terbukti sekarang bahwa dia lebih tua dari saya!" ucap Erdik tersenyum sinis kemudian berlalu bersama Tamara yang masih setia dengan gandengannya tanpa memerdulikan Delima yang berteriak minta tolong.

"Pahhh...."

"Mamahh bangunn mahhh" teriak Delima saat menatap Mata karina yang mulai tertutup.

"Maahhh" eghh teriak  Delima dengan nafas ngos ngosan.

"Mimpi itu lagi" erang Delima sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Aduhhh" rintihnya sambil melihat tangannya yang kini di penuhi luka memar. Pikirannya melayang kembali kepada kejadian beberapa jam lalu saat ayahnya memukulinya tanpa ampun.

"Sialan!" umpatan itu seakan mewakili perasaan kalutnya hari ini. ia kemudian menatap kearah jam beker di atas nakasnya 05:16 am sudah lumayan pagi untuk ia bangun hari ini.

Ia kemudian mengambil ponselnya dan menyalakannya. Terpampang wanita sekitar 40 an tahun di layar kunci ponsel berlogo Apple  tersebut sambil tertawa menampakkan gigi putihnya. Senyum Delima terukir manis menatap gambar tersebut

"Selamat pagi mah" lirih Delima dengan nada getir saat mencoba mengucapkan sapaan selamat pagi tersebut.

"Mamah apa kabar? kapan jemput Deli mah? Deli udah kangen banget sama mama! mama jangan buat Deli nunggu terlalu lama, Deli pengen cepat ketemu mama, merasakan tenangnya surga tanpa merasakan pukulan yang menyakitkan" ucap Delima sendu, air mata yang sedari tadi ia bendung tanpa terasa mulai menetes membasahi pelupuk matanya.

Delima memejamkan matanya sejenak mencoba menghentikan aliran air mata yang masih menumpuk di pelupuk matanya. Ia tak boleh menangis, ibunya pasti akan sedih melihatnya lemah seperti ini.

"Aghhh" rintihnya untuk kedua kalinya saat ia mencoba menggerakkan kakinya, ngilu kembali ia rasakan di persendian lututnya

"Sial" umpatan itu seakan menjadi wakil dari perasaan kalut Delima saat ini. Ia benci situasi tidak adil ini. Dengan langkah gontai Delima menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya kemudian bersih bersih sebelum Ke sekolah.

15 menit berlalu, setelah berkutat dengan semua keperluan menuju sekolah kini Delima turun menuruni tangga hendak menuju meja dapur untuk mengambil sarapanya, dari kejauhan Delima dapat melihat  Papahnya tengah sibuk sarapan di meja makan sendiri, tanpa Tamara. Jam segini perempuan itu so pasti masih tidur, Delima melewati meja makan begitu saja tanpa berniat menyapa sang ayah.

"Delima minggu depan kakek wisnu akan datang jemput kamu!" suara dingin itu menyambar seketika di pelupuk telinga Delima membuatnya berhenti seketika sambil menghela nafas berat.

"Papah, Delima masih hak asuh papa tapi kenapa papa mau ngasi aku ke kakek? papa mau ngerepotin mer....."

"Kamu bukan Delima yang papa kenal sekarang! Delima yang sekarang keras kepala, nggak bisa dengerin kata papa lagi udah berani ngebantah bahkan nggak nurut lagi sama perkataan papa!" Sentak Erdik sambil memukul keras meja menimbulkan bunyi yang mengagetkan Delima.

Dengan ekspresi tak kalah segit Delima tertawa masam "Papah juga sekarang beda, papa yg dulunya sosok paling Deli kagumi dan banggakan jadi kasar dan tempramental. Papa yang paling Deli sayang setelah mama udah berubah,papa yang dulunya lembut sekarang ngak ada lembut lembutnya, bahkan papah udah nggak pernah bicara lembut sama Deli. Papah selarang Dingin dan suka mukulin Deli. Asal papa tau aja, Deli kecewa banget sama papa" Ucap Delima dengan mimik wajah sok tegar, di balik tulang yang berdiri kokoh terdapat hati yang hancur dan otot yang tak mampu lagi menahan tubuhnya. Tubuhnya sangat lelah saat ini. Dengan perasaan yang tak bisa di jabarkan, Delima keluar dari Rumah dan memberhentkan sebuah taxi.

Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.

Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.

Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
Salam

Verlitaelgaparanna_

DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang