D||14

5 1 0
                                    

"Pengumuman!! Untuk seluruh siswa/ siswi kelas Xll IPA, IPS, dan Bahasa. Silahkan berkumpul di AULA tanpa terkecuali. Sekali lagi untuk kelas................"

Suara pak utomo melenggar jelas di telinga kaum murid terutama kelas Xll yang jiwanya terpanggil, buru buru menuju Aula sekolah mereka sebelum di seret paksa oleh pak Utomo.

Di lain sisi, Hana sedang bingung sambil mengigit ujung jarinya cemas.

"Han yuk ke Aula" ajak Zino yang baru saja datang dari kelasnya

"Ck, kita ke sana tanpa Delima?" Tanya Hana membuat Zino mengerutkan dahi sambil melihat ke sebelah kanan kiri Hana

"Delima kemana? masih di kelas? ya udah ak-"

Hana menarik lengan Zino yang hendak masuk ke kelasnya berniat memanggil Delima "-Delima nggak hadir Zin" ucap Hana dengan raut kawathir

"Yang benar?" tanya Zino rilex "ya udah pulang sekolah nanti kita kerumahnya aja, sekarang kita ke aula dulu sebelum kursi pada penuh"

"Tapi Zin gue khawatir Delima kenapa napa" ucap Hana enggan beranjak dari tempatnya

"Ingat Han, Delima cewe kuat. Gue yakin dia baik baik aja sekarang" ucap Zino meyakinkan

"Ayukk" Zino menarik tangan Hana membuat Hana pasrah.

*****

Suasana aula saat ini sangat ricuh, anggota osis yang menyebar berniat menghentikan aktivitas kaum adam yang sangat ribut tak ada fungsinya.

sementara, Hana dan Zino hanya diam pasrah bersama beberapa orang lainnya yang tak kebagian tempat duduk hanya diam berdiri di pojokan.

"Selamat Siang!!" sambut ketua osis dari atas mimbar

"SIANG!" balas serempak semuan penghuni ruang luas  yang menampung 500 lebih manusia itu.

Sementara dengan wajah tak suka, Hana terus memperhatikan dua manusia yang sedang pentas drama di hadapannya

"Zino lo liat deh" ucap Hana seraya menunjuk ke arah Marco dan Irin yang sedang asik berpacaran. Zino memalingkan tatapannya kembali menatap Hana dengan tatapan jijik.

"Pacaran nggak kenal tempat? kaya dunia punya sendiri aja" ucap Hana diselingi kekehan tak suka

"Itu lah, namanya bucin milenial. Yang dulunya di ogah ogahin sekarang di embet" ucap Zino mengeleng kepala. Tentu ia sedang menyindir Marco

"Yoi, dulu aja bilang di hadapan kita 'jijik gue deket sama elu, cewe nggak punya malu' kan  jilat ludah sendiri sekarang" ucap Hana lagi sambil menirukan gaya bicara Marco pada Irin.

"Hahahah Najis" ucap Zino dengan rasa kesal. Dulu Marco sudah di anggap sahabat sama Zino dan Hana, tapi selama ia nyakitin Delima itu akan menjadi musuh bagi keduanya.

"Nah, siapa yang setuju kalau ujian prakteknya di adain di puncak Bogor?"  Tanya sang ketua osis sontak membuat beberapa siswa mengangkat tangannya semangat

99,99% siswa mengangkat tangannya tentu menyetujui perihal ujian praktek yang akan di adakan di puncak.

"Oke kalau gitu, dengan ini kita sepakati bersama perihal ini. Untuk info selanjutnya kalian bisa lihat di Mading, tapi bukan hari ini. Besok!" ucap sang ketua osis "Oke kalau gitu, jika ada yang ingin bertanya boleh bertanya langsung. Kurang lebihnya bisa kita diskusikan di lain hari, silahkan kembali ke kelas masing masing!" perintah itu seketika membuat ruang itu kembalih gaduh, banyak siswa siswi yang tak sabaran lebih memilih desak desakan saat mengeluari pintu timur dan barat.

****

"Zin, jadi kan kita jengukin Delima?" Tanya  Hana saat mereka telah tiba di parkiran. Entah kebetulan atau tidak, seorang lelaki bertubuh jangkung tak sengaja mendengar nama Delima seketika terdiam beberapa saat.

"Jadi, tapi gue Chat dia nggak balas" ucap Zino kembali mengecek  ponselnya

"Yaudah kita langsung cus aja kalau gitu" Hana kemudian menaiki mobil milik Zino dan perlahan mobil itu pun hilang di balik tikungan.

"Sayang ayok, malah bengong" Teriakan dari balik pintu mobil itu seketika membuyarkan pandangan Marco. Pria jangkung itu langsung menyadari bahwa ternyata  fokusnya telah tersita oleh kedua manusia yang dulu sempat bersahabat dengannya itu.

"Kamu kenapa sih? Kangen sama mereka berdua?" Tanya Irin  dengan tatapan tak suka

Marco diam memanggapi celotehan gadis di sebelahnya, dirinya tak perduli jika gadis ini harus marah karena ia tak menghiraukan dirinya berbicara, pikiran Marco sekarang malah terfokus sama ucapan Hana tadi.

"Delima nggak masuk sekolah? apa sakitnya kambuh?" pikir Marco.

"Sayang, jadikan hari ini kita nontonnya? aku udah nggak sabar deh per-"

"-Sory hari ini gue nggak bisa, lain kali aja bisa kan? Gue baru ingat kalau aku ada janji sama Soraya buat jengukin nenek aku. Dia sakit" potong Marco cepat, persetan dengan kebohongan yang ia ucapkan barusan, yang penting hari ini ia ingin melihat kondisi Delima.

"Lo nggak bisa gitu donk Sa-"

"Stop selalu berbuat egois rin, untuk kali ini biar kamu yang ngalah" Ucap Marco seketika membuat irin terdiam

"Lo nggak gini karena kedua manusia tadi kan Mar?" Tanya Irin  curiga

"Kedua manusia tadi? Hana sama Zino maksud lo?"

"Iya, siapa lagi coba?" balas irin jutek

"Elo bego atau gimana sih? mereka mana ada hubungannya sama nenek gue?" Pekik Marco habis kesabaran.

"Udah deh Rin, ingat kalo lo cu-"

"-Marco awas ada anak anak mau nyebrang" ucap Irin seketika membuat Marco menginjak Remnya kuat sehingga menimbulkan bunyi dencitan keras antara ban mobil dan juga aspal.

"Jangan uji kesabaran gue Rin" Ucap Marco memperingati. entahlah semenjak Marco memilih jauh dari Delima, ia lebih tempramental dan dingin.

Halo halo gaes...
Ketemu lagi kita😅
Semoga part ini seru buat kalian baca yah.

Maaf ngaur soalnya ini flog pertama author jadi maklum lah kalau typo di mana mana.

Bantu Dukung Author dengan cara Vote and Koment.
Salam

Verlitaelgaparanna_

DelimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang